Gridhot.ID- Semakin hari Indonesia terus mengalami peningkatan jumlah kasus virus corona.
Virus corona juga melumpuhkan Indonesia di berbagai sektor, khususnya sektor ekonomi.
Banyak pekerja yang di rumahkan, buruh pabrik yang di PHK dan masih banyak lagi orang yang kehilangan pekerjaannya.
Tak sampai di situ, kabar yang lebih buruk datang dari Pemerintahan Pusat.
Mengutip dari Sripoku.com, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, posisi utang pemerintah sampai Maret 2020 sebesar Rp 5.192,56 triliun.
Dengan begitu, rasio utang pemerintah terhadap produk domestik Bruto (PDB) menjadi 32,12%.
Jumlah ini meningkat Rp 244,38 triliun atau 4,7% dari posisi utang pemerintah di bulan sebelumnya sebesar Rp 4.948,18 triliun.
Meskipun meningkat, tetapi rasio utang pemerintah masih berada di bawah batas aman 60%.
Mengutip keterangan di dalam buku Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) edisi April 2020 yang dirilis pada Jumat (17/4/2020).
Peningkatan jumlah utang pemerintah ini terutama disebabkan oleh adanya tekanan dan ketidakpastian global, termasuk merebaknya virus Corona.
"Dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 begitu kompleks, mulai dari kesehatan sampai dengan gangguan ekonomi."
"Ini mendorong pemerintah untuk memberikan intervensi dan stimulus, baik di sektor kesehatan maupun ekonomi,"
"Sehingga memerlukan relaksasi defisit anggaran di atas 3% terhadap PDB," papar Kemenkeu.
Penyebab Hutang Melonjak
Secara rinci, utang pemerintah ini terdiri atas penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dengan kontribusi sebesar 82,67% dari total utang pemerintah.
Serta pinjaman dengan kontribusi sebesar 17,33%.
Adapun penerbitan SBN sampai dengan akhir Maret 2020 lalu tercatat sebesar Rp 4.292,73 triliun.
Penerbitan SBN ini terbagi menjadi penerbitan SBN domestik dan valuta asing (valas).
Penerbitan SBN Domestik tercatat sebesar Rp 3.036,96 triliun yang terbagi menjadi Surat Utang Negara (SUN) senilai Rp 2.520 triliun.
Serta Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp 516,96 triliun.
Untuk SBN Valas, sampai dengan Maret 2020 tercatat sebesar Rp 1.255,77 triliun dengan rincian SUN senilai Rp 1.006,99 triliun dan SBSN sebesar Rp 248,78 triliun.
Sementara itu, utang pinjaman pemerintah sampai dengan Maret 2020 tercatat sebesar Rp 899,83 triliun.
Di mana, pinjaman ini terdiri atas pinjaman dalam negeri sebesar Rp 10,23 triliun, serta pinjaman luar negeri sebesar Rp 889,60 triliun.
Lebih rinci, pinjaman luar negeri ini berasal dari pinjaman bilateral senilai Rp 352,74 triliun.
Pinjaman multilateral senilai Rp 490,67 triliun, serta pinjaman bank komersial sebesar Rp 46,19.
Kemenkeu menjelaskan, peningkatan posisi utang pemerintah pada akhir Maret ini juga disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah sebesar Rp 2.133 terhadap US Dolar.
Pelemahan ini, kemudian mengakibatkan peningkatan posisi utang pemerintah meningkat senilai Rp 284,61 triliun akibat adanya selisih kurs.
"Di tengah berbagai tekanan domestik dan global ini, pemerintah tetap berupaya mengelola utang dengan pruden dan akuntabel dalam mendukung APBN yang semakin kredibel," tutur Kemenkeu.
Bantuan untuk Indonesia
Sebelumnya, Menteri Keuangan sempat menyebut ada bantuan berupa tawaran hutang dari negra tetangga untuk Indonesia.
"Kita kemudian ada pinjeman yang berasal dari bilateral, Australia kemarin telepon 'Kamu perlu nggak saya pinjemin tambahan', Jepang, Perancis."
"Mereka semuanya dalam posisi untuk kemudian kita menggunakan dari lembaga multilateral," imbuhnya.
Pandemi yang melanda hampir seluruh negara di dunia ini, membuat semua pihak berusaha saling membantu agar wabah Covid-19 ini bisa segera selesai.
"Semuanya mereka ingin membantu, dalam situasi seperti ini lembaga-lembaga ini mandatnya adalah ingin membantu negara anggota," kata Sri Mulyani.
"Indonesia termasuk negara anggota di situ, jadi mereka akan menambahkan. Jadi kita sudah menambahkan sekarang jumlah yang bisa kita tarik dari lembaga-lembaga tersebut," tandasnya.
Sri Mulyani bahas kondisi keuangan Indonesia
Diberitakan sebelumnya, Indonesia mencari utangan baru, sedikitnya dibutuhkan Rp 104,4 triliun untuk menutupi defisit APBN 2020.
Dalam waktu dekat pinjaman dari Asian Development Bank Rp 22,3 triliun akan segara cair.
Utang ini dibutuhkan karena dampak wabah Covid-19 berimbas pada defisitnya APBN.
Artikel ini telah tayang di Nova dengan judul: "Dampak Corona Semakin Jadi Mimpi Buruk, Utang Indonesia Tiba-tiba Melonjak hingga 2 Kali Lipat, Begini Rinciannya."
(*)