Ekonomi Lumpuh Gara-gara Virus Corona, Utang Indoneisa Kini Bengkak 2 Kali Lipat, Begini Rinciannya

Jumat, 22 Mei 2020 | 10:13
Instagram/@smindrawati

Sri Mulyani

Gridhot.ID- Semakin hari Indonesia terus mengalami peningkatan jumlah kasus virus corona.

Virus corona juga melumpuhkan Indonesia di berbagai sektor, khususnya sektor ekonomi.

Banyak pekerja yang di rumahkan, buruh pabrik yang di PHK dan masih banyak lagi orang yang kehilangan pekerjaannya.

Baca Juga: Gembar-gembor Mampu Beri Bansos untuk 1,1 Juta Warganya, Anies Baswedan Kini Angkat Tangan, Sri Mulyani Ungkap Gubernur DKI Jakarta Tak Punya Anggaran Hingga Minta Pemerintah Pusat Kucurkan Dana untuk Wilayahnya

Tak sampai di situ, kabar yang lebih buruk datang dari Pemerintahan Pusat.

Mengutip dari Sripoku.com, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, posisi utang pemerintah sampai Maret 2020 sebesar Rp 5.192,56 triliun.

Dengan begitu, rasio utang pemerintah terhadap produk domestik Bruto (PDB) menjadi 32,12%.

Baca Juga: Hidup Bergelimang Harta Usai Tiga Periode Duduk di Kursi Menteri, Sri Mulyani Nyatnya Tak Punya Mobil Pribadi, Pilih Desak-desakan Naik Delman Demi Temani Cucunya Bermain

Jumlah ini meningkat Rp 244,38 triliun atau 4,7% dari posisi utang pemerintah di bulan sebelumnya sebesar Rp 4.948,18 triliun.

Meskipun meningkat, tetapi rasio utang pemerintah masih berada di bawah batas aman 60%.

Mengutip keterangan di dalam buku Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) edisi April 2020 yang dirilis pada Jumat (17/4/2020).

Baca Juga: Jadi Garda Terdepan Penanganan Virus Corona, Ratusan Tenaga Medis RSUD Ogan Ilir Justru Dipecat Secara Tidak Hormat, Tak Disangka, Ternyata Ini Alasannya

Peningkatan jumlah utang pemerintah ini terutama disebabkan oleh adanya tekanan dan ketidakpastian global, termasuk merebaknya virus Corona.

"Dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 begitu kompleks, mulai dari kesehatan sampai dengan gangguan ekonomi."

"Ini mendorong pemerintah untuk memberikan intervensi dan stimulus, baik di sektor kesehatan maupun ekonomi,"

Baca Juga: Wabah Corona Tak Jelas Selesainya, Nadiem Makarim Sampai Siapkan Banyak Strategi untuk Hadapi Tahun Ajaran Baru, Sang Menteri Bocorkan Hal Ini

"Sehingga memerlukan relaksasi defisit anggaran di atas 3% terhadap PDB," papar Kemenkeu.

Penyebab Hutang Melonjak

Secara rinci, utang pemerintah ini terdiri atas penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dengan kontribusi sebesar 82,67% dari total utang pemerintah.

Serta pinjaman dengan kontribusi sebesar 17,33%.

Baca Juga: Benci Sampai ke Ubun-ubun, Amerika Serikat Buat Manuver Gila untuk Gulung China, Loloskan RUU yang Bisa Buat Perusahaan Tiongkok Ditendang dari Bursa Saham

Adapun penerbitan SBN sampai dengan akhir Maret 2020 lalu tercatat sebesar Rp 4.292,73 triliun.

Penerbitan SBN ini terbagi menjadi penerbitan SBN domestik dan valuta asing (valas).

Penerbitan SBN Domestik tercatat sebesar Rp 3.036,96 triliun yang terbagi menjadi Surat Utang Negara (SUN) senilai Rp 2.520 triliun.

Baca Juga: Dua Hari Jelang Lebaran, Asteroid Berukuran Hampir 1.500 Meter Terpantau Meluncur Mendekati Bumi, Benarkah Berbahaya?

Serta Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp 516,96 triliun.

Untuk SBN Valas, sampai dengan Maret 2020 tercatat sebesar Rp 1.255,77 triliun dengan rincian SUN senilai Rp 1.006,99 triliun dan SBSN sebesar Rp 248,78 triliun.

Sementara itu, utang pinjaman pemerintah sampai dengan Maret 2020 tercatat sebesar Rp 899,83 triliun.

Baca Juga: Ancang-ancang Sebelum Lepas Status Lajang, Aktris Cantik Ini Kabarnya Bakal Jadi Mualaf Sebelum Nikahi Pengusaha Kaya, Sang Ayah: Itu yang Paling Pokok!

Di mana, pinjaman ini terdiri atas pinjaman dalam negeri sebesar Rp 10,23 triliun, serta pinjaman luar negeri sebesar Rp 889,60 triliun.

Lebih rinci, pinjaman luar negeri ini berasal dari pinjaman bilateral senilai Rp 352,74 triliun.

Pinjaman multilateral senilai Rp 490,67 triliun, serta pinjaman bank komersial sebesar Rp 46,19.

Baca Juga: Kalap Belanja Sampai Lupa Virus Corona, Para Pengunjung Mal di Medan Ini Mendadak Ketar-ketir, Petugas Kasir Dinyatakan Positif Covid-19, Kadiskes: Besok Rapid Test!

Kemenkeu menjelaskan, peningkatan posisi utang pemerintah pada akhir Maret ini juga disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah sebesar Rp 2.133 terhadap US Dolar.

Pelemahan ini, kemudian mengakibatkan peningkatan posisi utang pemerintah meningkat senilai Rp 284,61 triliun akibat adanya selisih kurs.

"Di tengah berbagai tekanan domestik dan global ini, pemerintah tetap berupaya mengelola utang dengan pruden dan akuntabel dalam mendukung APBN yang semakin kredibel," tutur Kemenkeu.

Baca Juga: Jadi Kekuatan Rezim Baru, Tentara Bayaran Sudan Malah Sebarkan Kekejaman Luar Biasa, Bantai Ratusan Orang dan dengan Santai Buang Para Mayat ke Sungai Nil

Bantuan untuk Indonesia

Sebelumnya, Menteri Keuangan sempat menyebut ada bantuan berupa tawaran hutang dari negra tetangga untuk Indonesia.

"Kita kemudian ada pinjeman yang berasal dari bilateral, Australia kemarin telepon 'Kamu perlu nggak saya pinjemin tambahan', Jepang, Perancis."

"Mereka semuanya dalam posisi untuk kemudian kita menggunakan dari lembaga multilateral," imbuhnya.

Baca Juga: Yang Lain Sudah Pasrah dengan The New Normal, Paranormal Termuda di Dunia Ini Justru Bongkar Corona Bakal Selesai Setelah Lebaran, Terawangannya Sampai Dapat Penghargaan Besar

Pandemi yang melanda hampir seluruh negara di dunia ini, membuat semua pihak berusaha saling membantu agar wabah Covid-19 ini bisa segera selesai.

"Semuanya mereka ingin membantu, dalam situasi seperti ini lembaga-lembaga ini mandatnya adalah ingin membantu negara anggota," kata Sri Mulyani.

"Indonesia termasuk negara anggota di situ, jadi mereka akan menambahkan. Jadi kita sudah menambahkan sekarang jumlah yang bisa kita tarik dari lembaga-lembaga tersebut," tandasnya.

Baca Juga: Serangan Balik untuk KKB Papua, Polri Sudah Siapkan Skenario Agar Pelaku Penyerangan Paspol Paniai Menyerah, Bakal Rebut Kembali Senpi yang Dirampas Kelompok Bersenjata

Sri Mulyani bahas kondisi keuangan Indonesia

Diberitakan sebelumnya, Indonesia mencari utangan baru, sedikitnya dibutuhkan Rp 104,4 triliun untuk menutupi defisit APBN 2020.

Dalam waktu dekat pinjaman dari Asian Development Bank Rp 22,3 triliun akan segara cair.

Utang ini dibutuhkan karena dampak wabah Covid-19 berimbas pada defisitnya APBN.

Artikel ini telah tayang di Nova dengan judul: "Dampak Corona Semakin Jadi Mimpi Buruk, Utang Indonesia Tiba-tiba Melonjak hingga 2 Kali Lipat, Begini Rinciannya."

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari

Sumber NOVA