Hampir 3 Dekade Berhasil Tahan Nafsu, Amerika Serikat Diduga Bakal Kembali Lakukan Uji Coba Nuklir Mematikan Setelah Sekian Lama, Grasa-grusu Tak Sabar Termakan Kabar Burung Rusia dan Chinarasa-grusu Tak Sabar Termakan Kabar Burung Rusia dan China

Selasa, 26 Mei 2020 | 20:42
pixabay

senjata nuklir ketika diledakkan

Gridhot.ID - Donald Trump sepertinya termakan kabar burung mengenai Rusia dan China yang melakukan tes nuklir rendah.

Pemerintahan Donald Trump sedang membahas, apakah akan melakukan uji coba nuklir Amerika Serikat (AS) untuk pertama kali sejak 1992, langkah yang akan memiliki konsekuensi jangka panjang untuk hubungan dengan kekuatan nuklir lain.

Usulan uji coba nuklir itu muncul dalam pertemuan para pejabat senior yang mewakili badan-badan keamanan nasional AS pada 15 Mei lalu.

Baca Juga: Trend Aneh di Tengah Pandemi, Banyak Orang Makin Tak Peduli Bahkan Sengaja Keluar Rumah Supaya Tertular corona, Ternyata Ini Tujuan Mereka

Ini menyusul tuduhan dari pejabat negeri uak Sam bahwa Rusia dan China melakukan tes nuklir hasil rendah.

Hanya, tudingan tersebut belum didukung oleh bukti yang tersedia untuk umum, dan Rusia juga China telah membantah.

Seorang pejabat senior AS yang berbicara dengan syarat anonimitas untuk menggambarkan diskusi nuklir yang sensitif mengatakan kepada Washington Post, percobaaan nuklir untuk menunjukkan kepada Moskow dan Beijing bahwa Washington bisa melakukan "uji cepat".

Baca Juga: Biadab, 4 Bocah Bau Kencur Ini Jadi Pelaku Pembunuhan Tukang Becak Tak Berdaya, Korban Dikeroyok dan Dibunuh Secara Keji Hanya Demi Rampas Uang Rp 7.500

Uji coba tersebut terbukti berguna dari sudut pandang negosiasi ketika AS mencari kesepakatan trilateral untuk mengatur gudang senjata dari kekuatan nuklir terbesar di dunia.

Pertemuan itu tidak menyimpulkan, dengan perjanjian apa untuk melakukan tes nuklir. Tapi, pejabat senior AS menyebutkan, "sangat banyak percakapan yang sedang berlangsung" tentang rencana uji coba nuklir tersebut.

Hanya, pejabat lain yang mengetahui pertemuan itu mengungkapkan, keputusan sudah ketok palu untuk mengambil tindakan lain sebagai tanggapan terhadap ancaman Rusia dan China serta menghindari uji coba nuklir.

Baca Juga: 2 Bulan Tak Muncul di Televisi, Rocky Gerung Ternyata Lagi Lakukan Aktivitas di Kaki Gunung Selama Masa Pandemi: Disini Enak, Banyak Lembah Bisa Lari-lari

Dewan Keamanan Nasional AS (NSC) menolak berkomentar.

Selama pertemuan itu, perselisihan serius muncul mengenai ide uji coba nuklir, khususnya dari Badan Keamanan Nuklir Nasional (NNSA), menurut dua orang yang akrab dengan diskusi tersebut kepada Washington Post.

NNSA, badan yang menjamin keamanan persediaan senjata nuklir AS, tidak menanggapi permintaan komentar dari Washington Post.

Baca Juga: Detik-detik Soeharto Dijatuhkan, Politisi Senior Ini Ngaku Sempat Sempat Dapat Ancaman Disiram Air Keras Penelpon Misterius: Apa Anda Sudah Bosan Hidup?

Yang jelas, AS belum melakukan ledakan uji coba nuklir sejak September 1992.

Dan, para pendukung nonproliferasi nuklir memperingatkan, hal itu sekarang bisa memiliki konsekuensi destabilisasi.

"Itu akan menjadi undangan bagi negara-negara bersenjata nuklir lainnya untuk mengikutinya," kata Daryl Kimball, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengawas Senjata (ACA).

Baca Juga: Jangan Senang Dulu Jika Berhasil Mudik, Siap-siap Kehilangan Pekerjaan atau Tak Bisa Buka Usaha, Pemerintah DKI Tutup Akses Balik Jakarta Meski Pemudik ber KTP Jakarta

"Itu akan menjadi senjata awal untuk perlombaan senjata nuklir yang belum pernah terjadi sebelumnya".

"Anda juga akan mengganggu negosiasi dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang mungkin tidak lagi merasa terdorong untuk menghormati moratorium pengujian nuklirnya," ujar dia.

AS tetap menjadi satu-satunya negara yang telah menggunakan senjata nuklir selama masa perang.

Baca Juga: Sadis! Kencan Sesama Jenis Berujung Maut, 2 Pria Ini Bunuh Mahasiswa yang Menyewanya karena Tak Mau Bayar, Dipukuli Pakai Shock Beker dan Mayatnya dibuang ke Sungai

Tetapi, sejak 1945, setidaknya delapan negara secara kolektif melakukan sekitar 2.000 uji coba nuklir, yang lebih dari 1.000 dilakukan oleh AS.

Konsekuensi terkait dengan lingkungan dan kesehatan dari pengujian nuklir memindahkan proses tersebut di bawah tanah, yang akhirnya mengarah pada moratorium mendekati global pada uji coba di abad ini dengan pengecualian Korea Utara.

Kekhawatiran tentang bahaya pengujian mendorong lebih dari 184 negara untuk menandatangani Perjanjian Larangan Uji Nuklir Komprehensif, sebuah kesepakatan yang tidak akan berlaku sampai diratifikasi oleh delapan negara kunci, termasuk AS.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Respons Rusia dan China, AS bakal uji coba nuklir pertama kali sejak 1992?

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber kontan