Gridhot.ID - Mantan Ketua MPR, Amien Rais, kembali menjadi oposisi pemerintah.
Kali ini mantan Ketua MPR itu menentang pemerintah yang baru-baru ini menggaungkan istilah 'New Normal'.
Ia menganggap bahwa new normal itu istilah yang salah arah.
Salah satu pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) sekaligus mantan Ketua MPR RI, Amien Rais ungkap kekeliruan mengenai istilah 'New Normal'.
Ia pun menjelaskan arti dari istilah tersebut yang dianggapnya salah kaprah oleh pemerintah Indonesia.
Tak hanya itu, Amien pun mewanti-wanti masyarakat untuk hati-hati menerima istilah atau jargo-jargo baru.
Hal itu disebutnya berkaitan dengan makna dan pelaksanaan istilah tersebut yang bisa berlebihan.
Amien pun meminta agar istilah 'New Normal' itu tak dipakai lagi.
Salah satu alasannya adalah istilah tersebut bisa mengelabuhi masyarakat mengenai fakta yang terjadi.
Pendapat mantan ketua MPR RI tersebut diungkapkannya dalam sebuah unggahan di sosial media pribadinya.
Melalui akun Instagram pribadinya, @amienraisofficial, pada Senin (25/5/2020) dirinya mengungkap alasan kenapa menyarankan masyarakat dan pemerintah untuk tak menggunakan istilah 'New Normal'.
Dirinya berpendapat bahwa istilah normal yang baru tersebut menurut ilmuwan dunia salah kaprah atau salah arah.
Dan dirinya pun merasa setuju dengan apa yang diungkap oleh ilmuwan internasional mengenai istilah tersebut.
"Untung ada para scientist yang mengingatkan bahwa perkara new normal itu sesungguhnya misleading, salah arah dan sesungguhnya ada pengelabuan, mohon maaf itu kata mereka, dan saya setuju," kata Amien Rais dalam video tersebut.
Menurutnya istilah normal yang baru bermakna, melanjutkan hidup secara normal selamanya.
Namun, dirinya menambahkan pemerintah saat ini belum siap untuk melaksanakan skenario new normal tersebut.
Menurunya, istilah 'New Normal' tidak tepat digunakan dalam memerangi virus corona saat ini.
Ia pun lebih menyarankan menggunakan istilah 'We have to straight normal forever', atau kita harus lanjutkan normal selamanya.
Sebab menurutnya, apa yang normal biasanya ada standarnya, pola-pola yang tetap melalui rujukan tertentu.
"Dikatakan sesungguhnya itu bukan new normal, tapi itu we have to straight normal forever dan kita lanjutkan yang normal itu selamanya, karena apa yang normal itu biasanya ada standarnya, ada norma-norma, ada pola-pola yang reguler, dan tentu ada poin rujukan referensi, ini tak ada sama sekali," imbuhnya.
Dan Amien pun mengatakan 'New Normal' di Indonesia dapat dilihat dari kondisi sosial dan perekonomian yang semakin memburuk.
Hal itupun menurutnya dapat memicu istilah normal yang baru menjadi salah kaprah.
Seperti kenormalan dengan jumlah pengangguran yang bertambah dan kenormalan utang negara yang semakin bertambah.
"Saudara-saudara, jangan dipakai lagi ini (istilah new normal). Ini bisa mengelabui kita sendiri, dikarenakan apapun dianggap normal," ungkap Amien Rais.
Meski tak setuju penggunaan istilah tersebut, Amien memahami niat dan maksud pemerintah dalam menerapkan normal yang baru saat pandemi seperti ini.
Oleh karena itu ia mengajak masyarakat untuk tidak menggunakan istilah 'New Normal' agar tak dikelabuhi.
Ia pun menambahkan bahwa maksud dari istilah tersebut oleh pemerintah adalah dalam hal pelaksanaan kehidupan sehari-hari baik bagi masyarakat biasa maupun pegawai pemerintahan.
"New normal setelah virus mereda yaitu pegawai negeri tetap pakai masker, tetap jaga jarak, ada waktunya di rumah, ada waktunya di kantor, dan sebagainya," ujarnya.
Melansir dari Kompas.com, Presiden Jokowi kini tengah mempersiapkan skenario 'New Normal' untuk empat provinsi.
Dan apabila skenario tersebut dianggap efektif melawan penyebaran virus corona, Presiden akan memperluas skenario tersebut ke berbagai wilayah lainnya.
Artikel ini telah tayang di Sosok.id dengan judul Ogah Gunakan Istilah New Normal, Amien Rais Kritik Keputusan Presiden Karena Ada Pengelabuan dan Ajak Masyarakat Tak Memakainya: Jangan Dipkai Lagi! (*)