Find Us On Social Media :

95 Persen Lumpuh Total, Kota Termewah di Dunia Ini Nyatanya Masih Terseok-seok Setelah Dihantam Wabah Corona, Pembatasan Dilonggarkan Namun Ekonomi Terlanjur Mati Tak Berdaya, Begini Kondisinya Sekarang

Pulau Palm Dubai dari Ruang Angkasa

Gridhot.ID - Wabah corona tak hanya menyerang korban jiwa, namun juga sampai ke ekonomi dunia.

Kita sadari bersama jika sektor ekonomi menjadi bagian yang paling terdampak pandemi corona.

Lalu manakah yang paling tergerus akibat dampak pandemi virus Corona?

Berbagai analisis dari para ahli ekonomi tentu akan memberikan jawaban yang berbeda-beda.

Baca Juga: Cepat Atau Lambat Bakal Dikirim ke Luar Negeri, Betrand Peto Syok Dengar Penuturan Ruben Onsu, Tatapan Matanya Nanar Saat Tanyakan Hal Ini pada Suami Sarwendah

Namun, jika dari pengamatan kacamata awam, salah satu sektor yang jelas sangat terpukul akibat penyebaran Covid-19 adalah sektor pariwisata.

Dengan langkah pencegahan Covid-19 berupa physical distancing dan mengindari kerumunan, sudah barang tentu sektor pariwisata sangat terbentur dalam sejak pandemi global ini karena kegiatan tersebut sering dijalankan dengan kerumunan orang atau massa.

Nasib bagaimana terpukulnya sektor pariwisata bisa dilihat di salah satu kota surganya hiburan dan rekreasi, Dubai.

Di distrik Marina Dubai yang mewah, kapal pesiar putih ditambatkan ke dermaga, tertonggok tak bergerak, seperti nasib banyak perusahaan di balik industri gaya hidup mewah yang dihantam oleh krisis virus corona.

Baca Juga: Niat Ketemu Gadis di Hotel, Seorang Pria di Bogor Malah Didatangi Waria, Tak Berapa Lama, Dirinya Langsung Lari Keluar Kamar Sambil Telanjang, Permintaan Ini Buatnya Lari Terbirit-birit Ketakutan

Hampir 95 persen omset telah hilang," kata manajer perusahaan penyewaan kapal pesiar kepada AFP.

Ketika Uni Emirat Arab menghentikan semua penerbangan komersial dan memberlakukan jam malam yang ketat untuk membendung penyebaran virus COVID-19, bisnis perjalanan wisata mengering kerontang bak suasana terik di gurun Sahara.

Melansir laman Kontan/DW.com berjudul Dubai: Selamat Tinggal Kemewahan?, meski sumber minyak Uni Emirat Arab tidak sebanyak yang lain, Dubai memiliki sektor ekonomi yang paling beragam di kawasan Teluk, dan berhasil membangun reputasi sebagai pusat keuangan, perdagangan, dan pariwisata yang menarik sekitar 16 juta pengunjung per tahunnya.

Sektor jasa di kosmopolitan ini didorong oleh ratusan ribu orang pekerja asing, mulai dari pekerja migran yang super kaya hingga berpenghasilan rendah yang hidup di belakang layar kehidupan kelas atas.

Baca Juga: Tak Kuat Liat Jokowi Turun Langsung ke Mall di Tengah Pandemi, Mantan Jubir SBY Ini Tertawa-tawa: Kalau Presiden Salah, Siapa yang Mau Koreksi, Dia Kan Paling Tinggi

Akankah Dubai melupakan kemewahan?

Geliat ekonomi di Dubai membantu mereka menciptakan dan mengoperasikan kota yang penuh dengan distrik perkantoran berkilauan serta pusat perbelanjaan megah, resor super mewah dan tempat wisata unik seperti lereng ski dalam gedung dan bar di lantai 124 menara tertinggi di dunia, Burj Khalifa.

Sejauh ini, Uni Emirat Arab mencatat lebih dari 15.000 infeksi virus corona dengan 146 kasus kematian.

Beberapa tindakan pembatasan telah dicabut dan banyak bisnis yang sudah dibuka lagi.

Baca Juga: Terus-terusan Menderita, Artis Cantik Ini Sempat Akan Dinikahi Penipu Hingga Bangsawan Malaysia, Sekarang Hidup Bahagia Usai Dilamar Anggota DPRD yang Usianya 3 tahun Lebih Muda

Namun, untuk pengusaha dan karyawan, ketidakpastian masih membayangi mereka.

Seorang manajer kapal pesiar mengatakan, perusahaannya sekarang diizinkan untuk memulai kembali layanan terbatas tetapi "permintaan sangat sedikit".

Banyak penduduk terlalu takut untuk keluar dari rumah mereka, katanya.

Selain itu, ini adalah bulan Ramadan ketika kehidupan sehari-hari cenderung melambat.

Baca Juga: Pernah Berada di Titik Terendah Usai Dikhianati Rekan Duet Sendiri, Maia Estianty Wanti-wanti Ketiga Putranya Agar Tak Lakukan Hal Ini, Istri Irwan Mussry: Jangan!

"Pada tingkatan ini, kita hanya bisa bertahan sampai akhir tahun atau awal Januari," katanya kepada AFP.

Manajer kapal pesiar asal Prancis yang meminta namanya tidak disebutkan, mengatakan perusahaannya telah merugi hingga 80.000 dollar AS atau sekitar 1,1 milliar rupiah sejak krisis corona melanda.

Karyawan telah menerima 50 persen dari gaji mereka pada bulan Maret lalu, dan diminta untuk mengambil cuti yang tidak dibayar pada bulan April

Lembaga riset Capital Economics mengatakan, dengan utang yang tinggi, sektor real estate yang sedang berjuang, meningkatnya persaingan dari negara tetangga dan ekonomi yang terjerembab, Dubai sangat didera dampak pandemi corona.

Baca Juga: Putranya Rela Jadi Budak Cinta, Terungkap Hubungan Ibunda Ahmad Dhani dengan Mulan Jameela, Tak Peduli Menantunya Dicap Perusak Rumah Tangga?

"Pemerintahan di seluruh dunia, termasuk Dubai, telah memberlakukan langkah-langkah pembatasan sosial yang ketat dan pembatasan perjalanan untuk meredam penyebaran virus corona," katanya.

"Dubai adalah yang paling rentan di Timur Tengah dan Afrika Utara dalam hal kerusakan ekonomi dari wabah tersebut."

Sebagian besar sisi ekonomi terpukul

Ekonom riset perusahaan James Swanston mengatakan, seluruh sektor jasa, yang membentuk sekitar 80 persen perekonomian Dubai terpukul akibat Covid-19.

Baca Juga: Singkong Parut Seharga Rp 20 Ribu Jadi Pemicu Ruslan Buton Diseret ke Pengadilan, Pecatan TNI yang Tuntut Jokowi Mundur Ini Ternyata Juga Beri Ancaman: Dari Seluruh Elemen Masyarakat!

Sektor pariwisata, perdagangan grosir dan eceran juga akan terkena dampak terburuk.

"Kami memperkirakan bahwa jika langkah-langkah jarak sosial dan pembatasan perjalanan diberlakukan selama tiga hingga empat bulan, maka akan menurunkan sekitar 5-6 persen Produk Domestik Brutto setidaknya untuk tahun ini," katanya kepada AFP.

UAE telah mengumumkan paket stimulus senilai 70 miliar dollar AS atau setara 17,5 triliun rupiah dan langkah-langkah lain untuk mendukung perekonomian, termasuk keringanan pajak dan pembebasan berbagai bea, sambil memungkinkan bisnis memecat karyawan asing, mengurangi upah, atau memaksakan cuti yang tidak dibayar.

Di antara mereka yang berisiko adalah Lila, seorang karyawan asal Nepal di salah satu dari banyak perusahaan jasa kebersihan, yang mengantarkan para perempuan petugas kebersihan ke rumah-rumah dan kantor-kantor bisnis di Dubai.

Baca Juga: Dari Dokter, Pilot Hingga Pengusaha Pernah Singgah di Hati Aurel, Ashanty Bandingkan Mantan Kekasih Putrinya dengan Atta Halilintar, Sang YouTuber: Waduh, Kalau Nggak Langsung Cut

Perempuan berusia 23 tahun itu tiba di Dubai tepat sebelum pandemi melanda, direkrut oleh sebuah perusahaan yang menyediakan jasa pembersih ke rumah-rumah dengan mengklik sebuah aplikasi.

Beberapa rekan Lila sudah dipecat dan sedang menunggu untuk kembali ke negara asal mereka, sebagian besar berasal dari Asia.

"Mereka tidak akan memberhentikan saya karena saya pegawai baru," katanya seraya menjelaskan bahwa dia perlu membayar kembali utangnya kepada agensi, yang pasti akan memakan waktu, karena upahnya hanya 1.500 dirham (sekitar 380 euro) sebulan.

Vani Saraswathi, associate editor di Migrant-Rights.org, mempertanyakan langkah-langkah apa yang akan dilakukan untuk mencegah tekanan lebih lanjut pada nasib pekerja, terlebih pekerja asing yang tidak memiliki perlindungan sosial memadai.

Baca Juga: Baru 2 Tahun Pacaran, Pesinetron Cantik Ini Sudah Dihujani Hadiah Mewah, Dapat Uang dan Mobil Alphard Saat Lebaran, Terungkap Sang Kekasih Bukan Orang Sembarangan

Krisis corona pun masih berlanjut di Dubai dan negara tersebut sedang bersiap diri untuk sementara waktu tidak hidup dalam kemewahan dan gemerlap seperti hari-hari biasa.

Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Dihantam Pandemi Corona, Seperti Inilah Kondisi Kota Megah Dubai Ketika Hadapi Masalah Ekonomi.

(*)