Find Us On Social Media :

Sama-sama Menginvasi Afrika, Amerika Serikat Ngaku Khawatir dengan Kehadiran Jet Tempur Rusia di Libya, Petinggi Militer AS: Kami Akan Coba Atasi Bersama Tunisia

militer rusia

Gridhot.ID - Pergerakan militer di tengah pandemi telah dilakukan oleh beberapa negara.

Selain karena adanya konflik yang memanas antar negara, ada pula yang menggerakkan militer untuk latihan.

Baru-baru ini Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan untuk mengirimkan Brigade Bantuan Pasukan Keamanan ke Tunisia untuk pelatihan, sebagai bagian dari program bantuannya dengan negara Afrika Utara, di tengah kekhawatiran atas aktivitas Rusia di Libya.

Baca Juga: Anak Tukang Ojek Ini Sukses Tembus Pusdikkes TNI, Sang Kowad Curi Perhatian Hingga Disambangi Istri KSAD, Hetty Andika Perkasa: Dibully Ya, Sama Tetangga-tetangganya?

Perang saudara Libya telah menarik kekuatan regional dan global, mendorong apa yang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebut sebagai gelombang besar senjata dan pejuang ke wilayah itu, yang melanggar embargo senjata.

"Ketika Rusia terus mengipasi kobaran konflik Libya, keamanan regional di Afrika Utara menjadi perhatian yang meningkat," kata Komando Afrika AS dalam sebuah pernyataan, Jumat (29/5), seperti dikutip Reuters.

"Kami mencari cara baru untuk mengatasi masalah keamanan bersama dengan Tunisia, termasuk penggunaan Brigade Bantuan Pasukan Keamanan kami," ujar Komando Afrika AS.

Baca Juga: Walikota Surabaya Mencak-mencak Merasa Mobil PCR Disabotase, Anggota DPRD Jatim Ini Suruh Risma Bicara Baik-baik: Jangan Sampai Pemimpin Bertengkar, Rakyat Jadi Korban!

Tapi, Komando Afrika AS menyebutkan, Brigade Bantuan Pasukan Keamanan merupakan unit pelatihan kecil sebagai bagian dari bantuan militer dan tidak menyiratkan pasukan militer tempur.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Pertahanan Tunisia pada Sabtu (30/5) mengatakan, AS adalah mitra utama dalam upaya membangun kemampuan operasional pasukan militernya.

Sebelumnya, militer AS mengungkapkan pada Rabu (27/5), militer Rusia telah mengirimkan 14 jet tempur MiG 29 dan Su-24 ke Pangkalan Udara Jufra Tentara Nasional Libya (LNA), meskipun ada penolakan dari LNA dan anggota Parlemen Rusia.

Kekhawatiran terbesar AS

Mesir, Rusia, dan Uni Emirat Arab mendukung LNA pimpinan Khalifa Haftar yang berbasis di Libya Timur, yang melancarkan serangan tahun lalu untuk merebut Ibu Kota Tripoli.

Brigadir Jenderal AS Gregory Hadfield, Wakil Direktur Direktorat Intelijen Komando Afrika AS, menyebutkan, jalur penerbangan pesawat tempur Rusia melewati Iran dan Suriah sebelum mencapai Libya.

Menurut Hadfield, pesawat tempur itu belum digunakan tetapi bisa menambah kemampuan baru untuk LNA, yang sejauh ini gagal dalam upaya selama setahun terakhir merebut Tripoli dari Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui dunia internasional.

Baca Juga: Pamer Kecantikannya Gunakan Gaun Pengantin Sendirian, Wanita Ini Ternyata Baru Saja Rasakan Sakit Hati Luar Biasa di Hidupnya, Omongan Sang Tunangan Detik-detik Sebelum Pernikahan Buatnya Ambil Keputusan Berat

Tapi, Hadfield memperingatkan, Moskow mungkin tidak membutuhkan kemenangan langsung LNA untuk memajukan kepentingan Rusia.

"Mendukung LNA dan mendukung Haftar, ini benar-benar bukan tentang memenangkan perang, ini tentang mengembangkan benteng," kata Hadfield seperti dilansir Reuters.

Kekhawatiran terbesar AS adalah, jika Moskow menggunakan lokasi seperti Libya untuk menembakkan rudal.

Baca Juga: Tampak Meyakinkan dengan Setelan Lengkap Seragam TNI AD Plus Baret Merah Kebangaan, Kopassus Gadungan Ini Ngaku-ngaku Berdinas di Pusdiklatpassus Batujajar, Langsung Tak Berkutik Saat Dicokok di Warung Makan

"Jika Rusia mengamankan posisi permanen di Libya dan, lebih buruk lagi, menyebarkan sistem rudal jarak jauh, itu akan menjadi pengubah permainan bagi Eropa, NATO dan banyak negara Barat," sebut Hadfield.(*)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Rusia kirim jet tempur ke Libya, AS terjunkan pasukan di Tunisia"