Find Us On Social Media :

Menjelma Bak 'Pahlawan', Virus Ebola Justru Membantu Afrika Menghadapi Virus Corona, Berikut Penjelasan Ahli Medis

Ebola Justru Menjelma Bak 'Pahlawan' saat Wabah Virus Corona Menghantam

Obat Antivirus Ebola untuk Hadapi Covid-19

Obat antivirus yang digunakan untuk mengobati infeksi virus ebola, remdesivir, kembali memberi bukti manfaat terhadap terapi pengobatan untuk pandemi virus yang mewabah saat ini.

Melansir CNN, Selasa (2/6/2020), Gilead Sciences, perusahaan pembuat obat remdesivir ini mengumumkan dalam sebuah pernyataan, obat antivirus tersebut mempercepat pemulihan pada pasien yang Covid-19.

Hasil uji klinis Fase III pada obat memang belum dipublikasikan dalam jurnal medis peer-review, namun perusahaan ini menyatakan akan mengirimkan hasil uji klinis tersebut secara lengkap untuk dipublikasikan beberapa minggu ke depan.

Baca Juga: Ayahnya Sebut New Normal Hanya Hasutan Semata, Hanum Rais Sokong Omongan Amien Rais Pakai Kritikan Pedas: Jangan Buat Aturan Bagaikan Pagi Kedelai Sore Tempe Besok Tahu

"Dengan data terbaru yang diumumkan (Senin), kami sekarang memiliki tiga uji klinis secara acak yang menunjukkan remdesivir meningkatkan hasil klinis dengan beberapa langkah berbeda," kata Dr. Merdad Parsey, kepala petugas medis Gilead Sciences.

Seperti diketahui, perusahaan ini awalnya mempelajari remdesivir sebagai pengobatan potensial untuk penyakit yang disebabkan oleh virus ebola.

Akan tetapi, melalui percobaan di laboratorium, obat ini kemudian memungkinkan untuk digunakan terhadap virus corona.

Baca Juga: Terlanjur Bahagia, PNS dan Pensiunan Kini Gigit Jari, Menkeu Sri Mulyani Batal Cairkan Gaji ke-13 di Tahun Ajaran Baru, Ini Alasannya, Harap Sabar Menunggu

Ya, virus ebola secara idak langsung membuat Afrika siap hadapi virus corona.

Sementara dokter di organisasi non-pemerintah Alima di Mambasa, Republik Demokratik Kongo timur, Dr Junior Ikomo (33) menuturkan bahwa sudah lebih dari 120 hari sejak kasus Ebola terakhir, meski epidemi berlanjut di tempat lain di Kongo timur, virus telah menewaskan lebih dari 2.200 orang.