Gridhot.ID - Konflik India dengan China kini kian memanas.
Sengketa panas antara India dengan China soal perbatasan Himalaya merembet ke urusan bisnis.
Di India, kini muncul gerakan boikot produk-produk dari China, termasuk boikot aplikasi teknologi China.
Bahkan ada satu aplikasi bernama "Remove China Apps" kini menjadi aplikasi gratis paling populer di India. Aplikasi ini sudah diunduh lebih dari lima juta unduhan sejak akhir Mei 2020.
Popularitas aplikasi ini datang di tengah seruan untuk memboikot aplikasi ponsel Cina di India karena sengketa perbatasan Himalaya memicu reaksi terhadap produk-produk dari China.
Guru yoga India yang populer Baba Ramdev memposting sebuah video di Twitter pada Minggu (31/5) yang menunjukkan penghapusan bertahap dari beberapa aplikasi China, sebuah langkah yang dia sebut sebagai "layanan nasional".
Perusahaan-perusahaan China telah menghadapi oposisi sesekali selama bertahun-tahun di India, di mana beberapa pendukung partai Perdana Menteri Narendra Modi menganjurkan kemandirian.
Aplikasi "Remove China Apps" yang logonya berisi kepala naga dengan dua sapu, memindai ponsel pengguna untuk aplikasi seperti ByteDance's TikTok dan UC Browser Alibaba.
Setelah dihapus, sebuah pesan muncul dengan mengatakan, "Kamu luar biasa, tidak ada aplikasi China yang ditemukan."
OneTouch AppLabs, pengembang aplikasi "Remove China Apps", tidak menanggapi permintaan komentar soal ini.
Perusahaan yang berbasis di kota Jaipur di India barat, menggambarkan aplikasi tersebut sebagai inisiatif pertama menuju "India yang mandiri".
ByteDance dan Alibaba tidak menanggapi permintaan Reuters untuk mengomentari aplikasi tersebut.
Kedutaan China di New Delhi juga tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Protes terhadap aplikasi China datang setelah India pada bulan April 2020 mengeluarkan aturan penyaringan yang lebih ketat akan berlaku untuk investasi asing langsung dari China, yang mengkhawatirkan investor di sana.
China mengatakan kebijakan itu diskriminatif.
"Seruan boikot sebelumnya difokuskan pada barang-barang China. Sedangkan yang ini terutama menargetkan aplikasi China, yang dapat berdampak pada perusahaan teknologi China yang telah melihat India sebagai pasar penting," kata Tanvi Madan, seorang partner senior di Brookings Institution.
Taruhannya tinggi untuk perusahaan seperti ByteDance, yang berencana berinvestasi US$ 1 miliar di India dan baru-baru ini meningkatkan perekrutan karyawan.
Nupur Sharma, juru bicara partai Modi, sangat senang melihat warga yang peduli memberi contoh.
"Kita harus memukul mereka di tempat yang paling menyakitkan," kata Sharma di Twitter, menggunakan tagar #BoycottChineseProducts.
Seorang eksekutif senior yang bekerja untuk sebuah perusahaan yang berbasis di Cina di India mengatakan perusahaan-perusahaan Cina berkontribusi terhadap ekonomi India, terutama sektor manufaktur.
Dia memperkirakan protes ini akan berumur pendek. "Itu menyakitkan tetapi (boikot) akan memudar."
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Konflik India vs China merembet, kini muncul aksi boikot aplikasi China di India.
(*)