Manfaatkan Wabah Virus Corona, Tiongkok Buat Negara Se-Asia Tenggara Melempem Semejak Klaim Semena-mena di Laut China Selatan Semakin Membabi Buta, Presiden Tersangar Filipina Sampai Tak Berkutik Dibuatnya

Sabtu, 27 Juni 2020 | 13:42
Xinhua

Xi Jinping Tawarkan Sogokan Kepada Filipina Terkait Konflik Teritori Laut Kedua Negara

Gridhot.ID - Ketegangan yang dibuat Tiongkok di Laut China Selatan membuat negara-negara di Asia Tenggara ketakutan.

Pasalnya sengketa tersebut seakan sulit ditantang balik tanpa bantuan negara besar.

Vietnam dan Filipina sampai mengingatkan meningkatnya rasa tidak aman di Asia Tenggara pada pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pada Jumat (26/6).

Baca Juga: Kirim Telegram Bertanda Tangan Asisten Operasional, Kapolri Cabut Maklumat Tentang Covid-19, Idham Azis Tarik Kembali Keputusannya Usai 3 Bulan Dikeluarkan

Ini setelah China meningkatkan kegiatannya di Laut Cina Selatan yang disengketakan selama pandemi virus corona.

Vietnam dan Filipina sudah mengajukan protes ke China pada bulan April 2020 lalu setelah China secara sepihak mendeklarasikan pembentukan distrik administratif baru di pulau-pulau di jalur perairan bermasalah di Laut China Selatan yang juga diklaim menjadi wilayah Vietnam dan Filipina.

"Bahkan ketika wilayah kami berjuang untuk menahan wabah corona (Covid-19), insiden-insiden yang mengkhawatirkan di Laut Cina Selatan terjadi," kata Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam pertemuan secara virtual para pemimpin Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) pada Jumat (16/6) yang dikutip Reuters.

Baca Juga: Mantan Istrinya Diisukan Jadi Pelakor dan Rela Dinikah Siri, Harry Nugraha Komentari Pernikahan Mulan Jameela dengan Ahmad Dhani: Wanita Mana Sih yang Mau Dimadu?

"Kami meminta para pihak untuk menahan diri dari meningkatkan ketegangan dan mematuhi tanggung jawab di bawah hukum internasional," katanya.

China telah mendorong kehadirannya di Zona Ekonomi Eksklusif dari negara-negara lain, sementara negara lain sibuk menangani pandemi corona.

Ini yang mendorong Amerika Serikat (AS) meminta China agar menghentikan perilaku intimidasi di Laut China Selatan.

Baca Juga: BPBD Belum Sanggup Mencari, 3 TKI dari Malaysia Hilang Usai Tembus Belantara Kalimantan untuk Pulang Kampung dengan Jalan Kaki, Awal Bulan Ramadhan Terakhir Bisa Dihubungi

Pada awal April 2020, Vietnam menyatakan, salah satu kapal penangkap ikannya ditenggelamkan oleh kapal pengawas maritim Tiongkok.

China mengatakan klaim Vietnam di laut Cina Selatan adalah ilegal dan pasti akan gagal.

Dalam pidato pembukaannya di KTT ASEAN, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc mengatakan, lembaga internasional dan hukum internasional telah ditantang secara serius selama krisis global.

Baca Juga: Antiklimaks! Strateginya untuk Kendalikan Wabah Corona Sejak 2 Tahun Lalu Meleset, Bill Gates Kualahan Sendiri Hadapi Pandemi: Lebih Seram dari Perkiraan Saya

"Pandemi corona ini mengipasi api tantangan yang tidak aktif dalam lingkungan politik, ekonomi dan sosial dunia dan di setiap wilayah," kata Phuc.

"Sementara seluruh dunia terentang tipis dalam perang melawan pandemi, tindakan dan tindakan yang tidak bertanggung jawab yang melanggar hukum internasional masih terjadi, mempengaruhi lingkungan keamanan dan stabilitas di wilayah tertentu, termasuk di wilayah kami," kata Phuc, yang tidak menyebutkan China sehubungan dengan komentar tersebut.

Masalah keamanan di Laut Cina Selatan yang disengketakan dengan China ini yang membuat Filipina menangguhkan rencana membatalkan perjanjian kunjungan pasukan atau the Visiting Forces Agreement (VFA) dengan Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Beri Peran Ini ke Anak Buahnya, John Kei The Godfather of Jakarta Rencanakan Hal Tak Terduga Usai Serang Rumah Pamannya, Bensin dalam Plastik Jadi Buktinya

Bulan lalu, Filipina mengumumkan telah menangguhkan rencana untuk membatalkan VFA.

Bagi AS, ini sebuah kesepakatan yang penting untuk melawan meningkatnya kekuatan regional China.

Filipina sempat berniat mengakhiri pakta militer dengan AS tersebut karena dipicu oleh pembatalan visa oleh AS terhadap Ronald Dela Rosa, seorang senator yang menjabat sebagai arsitek utama perang narkoba ala Duterte.

Baca Juga: Orang Tua Harap Waspada! Kasus Baru Bayi Terpapar Virus Corona Usai Dicium dan Dipegang Orang Lain, 2 Diantaranya Meninggal Dunia

Rencananya pengakhiran pakta militer tersebut akan berlaku pada bulan Agustus 2020.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Ulah China di Laut China Selatan membuat rasa tak aman di Asia Tenggara meningkat.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber kontan