"Sejak kembali ke Aceh, sebelum tsunami dahsyat pada Desember 2004, kami terhubung seperti biasa.
Namun setelah tragedi dahsyat itu, komunikasi terputus, saya di sini tidak berputus asa beberapa kali mencoba mencari anak dan istri dengan kenalan dan saudara di Aceh.
Malangnya, saya banyak menerima kabar bahwa anak dan istri saya sudah menjadi korban pada tragedi tersebut,” ucapnya pada Harian Metro yang dikutip Serambinews.
Oleh karena itu, kemudian Rahim Said mengikhlaskan kepergian istri dan anaknya, sehingga tak mencarinya lagi.
"Aku menjadi tenang ... kadang-kadang di sudut hatiku ada rasa bersalah dan rasa bersalah setelah 'keberangkatan' mereka.
Hampir setiap tahun jika ada lebih banyak rezeki keluarga kami di sini tidak pernah lupa untuk mengadakan tahlil untuk mereka," katanya.
Rahim mengatakan keajaiban tiba-tiba muncul ketika Nur Lyana Aqilah memberi kabar istri dan anak-anaknya masih tinggal di Aceh.