Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Pandemi virus corona berdampak pada perekonomian negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.
Bahkan kini perekonomian Indonesia juga terancam jatuh ke jurang resesi yang diprediksi akan terjadi pada kuartal III 2020.
Pasalnya, hal ini mengikuti pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi atau minus sejak kuartal II 2020.
Baca Juga: Tahun 2020 Tinggal 4 Bulan Lagi, Indonesia Terancam Resesi, Ekonom Singgung Skenario Terburuk
Jika pertumbuhan ekonomi masih minus pada kuartal III 2020, maka ini adalah resesi pertama yang dialami Indonesia sejak 1998.
Melansir Kompas.com, bila resesi benar-benar terjadi, dampak seperti apa yang akan ditimbulkan, terutama bagi masyarakat kelas bawah?
Naiknya angka kemiskinan
Pakar Finansial Ahmad Gozali mengatakan dampak resesi ekonomi, terutama pada masyarakat kelas bawah adalah tingkat pengangguran yang bertambah.
"Produksi dalam negeri berkurang otomatis lapangan kerja juga berkurang. Hal ini menyebabkan naiknya angka kemiskinan," kata Gozali saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/8/2020).
Selain itu, resesi juga bisa menyebabkan deflasi atau penurunan harga, tapi resesi yang berkelanjutan justru menyebabkan hyper inflasi (kenaikan harga sangat tinggi).
Gozali mengatakan, hal ini juga akan berdampak sangat berat bagi masyarakah menengah ke bawah.
"Pekerjaan makin sulit, dan harga-harga yang melambung naik," kata Gozali. Meski demikian, ia menambahkan bahwa hyper inflasi belum tentu terjadi.
Biasanya yang pertama terjadi adalah deflasi terlebih dulu.
"Nah, deflasi ini sudah kita rasakan sekarang," kata dia.
Gozali menjelaskan, inflasi tinggi akan terjadi jika resesi berkepanjangan, sehingga perusahaan tidak sanggup bertahan kemudian tutup.
Akibatnya, kapasitas produksi makin berkurang, sehingga jumlah barang beredar berkurang.
"Ini yang kemudian sebabkan inflasi tinggi. Hal ini masih bisa dicegah dengan adanya intervensi dari pemerintah," kata Gozali.
Cara bertahan saat resesi
Agar bisa bertahan saat resesi, Gozali menyebut ada beberapa hal yang secara umum bisa dilakukan, yaitu:
- Melindungi sumber penghasilan
"Untuk yang punya usaha, pertimbangkan kembali rencana ekspansi," kata Gozali
- Miliki dana cadangan
- Tahan pembelanjaan besar, terutama kredit
"Apakah cukup aman untuk melanjutkan rencana tersebut. Jangan terlalu memaksakan, misalnya menggunakan dana cadangan untuk bayar DP (down payment)," kata Gozali.
"Intinya dana cadangan menjadi semakin penting, jangan terpakai untuk hal lain dulu. Bahkan kalau bisa ditambah," imbuhnya.
- Tetap belanja secara rutin
Dilansir dari Wartakotalive.com, beberapa negara bahkan telah jatuh lebih dulu ke jurang resesi, sebut saja Singapura, Korea Selatan, AS, Hong Kong, hingga beberapa negara di Eropa.
Isu resesi tak luput mengikuti pertumbuhan ekonomi Indonesia .
Resesi ekonomi adalah situasi terjadinya penurunan nilai pertumbuhan ekonomi rill menjadi negatif sepanjang sepertiga tahun berturut-turut.
Beberapa indikator awal telah menunjukkan kinerja perekonomian RI tak sedang baik-baik saja.
Pemerintah hingga ekonom sepakat PDB kuartal II 2020 akan terkontraksi lebih dari 4 persen.
Bila pertumbuhan ekonomi dua kuartal atau lebih berturut-turut negatif, praktis secara teknikal Indonesia tak kebal dari resesi.
Terlepas bakal resesi atau tidak, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyarankan Indonesia bercermin pada China.
Ekonomi Negara Tirai Bambu ini langsung menanjak usai membukukan pertumbuhan negatif yang curam akibat pandemi.
"Dia (China) bukan hanya stimulusnya yang cepat, tapi penanganan Covid-nya juga sangat baik. Jadi artinya, ini harus jadi contoh sukses sebagai negara yang bisa keluar dari jebakan ataupun jeratan resesi," kata Josua, Senin (3/8/2020).
Informasi saja, China sempat mencatatkan PDB terkontraksi 6,8 persen pada kuartal I 2020 sejak pandemi Covid-19 menyerangnya di akhir 2019.
Namun pertumbuhan ekonomi kembali menyentuh angka positif 3,2 persen pada kuartal II 2020, meski Negara Xi Jinping tak berani menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020.
Josua bilang, Indonesia perlu memitigasi kemunculan resesi sebelum terlambat.
Caranya adalah mempercepat penyaluran bantuan sosial secara tepat sasaran dalam bentuk tunai dan stimulus lainnya yang mampu menopang ekonomi.
Sekalipun nantinya terjadi resesi, percepatan penyaluran stimulus akan membuat ekonomi kembali positif di kuartal IV 2020.
"Resesi atau tidak resesi, bukan itu konsennya. Tapi next-nya yang menjadi konsen kita apa, itu yang harus disiapkan pemerintah. Jadi sekalipun resesi, bisa langsung kembali ke (pertumbuhan) positif lagi di kuartal IV," ucap Josua. (*)