Find Us On Social Media :

Resesi Hantui Banyak Negara, Indonesia Bisa Masuki Skenario Terburuk Karena Corona, Ini yang Bisa Dilakukan Pengusaha untuk Selamatkan Bisnisnya

Ribuan buruh pabrik PT Jaba Garmindo mogok kerja pada 2014

Gridhot.ID- Tak hanya pada kesehatan, pandemi virus corona yang terjadi di seluruh dunia juga berdampak pada perekonomian.

Sejumlah negara melaporkan adanya penurunan ekonomi, bahkan sebagian mengalami resesi.

Dilansir Forbes, 15 Juli 2020, resesi terjadi saat kegiatan ekonomi turun secara signifikan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Resesi dianggap sebagai bagian yang tak terhindarkan dari siklus perekonomian suatu negara.

Sejumlah ahli menyatakan ada sejumlah indikator suatu negara mengalami resesi.

Baca Juga: Foto Lawas Sandra Dewi Jadi Bintang Iklan di Bangkok 7 Tahun Lalu Bikin Pangling, Istri Harvey Disebut Mirip Artis Korea, Netizen: Aku Kira Song Hye Kyo!

Di antaranya adalah produk domestik bruto (PDB) negatif, jumlah pengangguran meningkat, penjualan ritel menurun, hingga manufaktur yang berkontraksi untuk periode waktu yang panjang.

Dikutip Gridhot.ID dari Kompas.com, setidaknya sudah ada tujuh negara yang mengalami resesi akibat pandemi Covid-19.

Mereka adalah Korea Selatan,Singapura, Jerman, Amerika Serikat, Jepang, Prancis dan Italia.

Bukan hanya mengancam nyawa manusia, wabah corona (Covid-19) juga mengacaukan perekonomian nasional. Bahkan ekonomi Indonesia diprediksi dapat masuk ke dalam skenario terburuk selama masa pandemi ini.

Pemerintah kini meningkatkan status imbauan physical distancing menjadi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan tersebut meningkatkan risiko sektor industri menghadapi gangguan signifikan dari sisi supply-chain, tenaga kerja, kesinambungan bisnis hingga arus kas mereka.

Baca Juga: Aksi Lutfi Agizal Larang Kata Anjay Jadi Bumerang, Pejabat Negara Ini Pukul Telak Perjuangan Calon Mantu Iis Dahlia: Tidak Ada Manfaatnya!

Dikutip Gridhot.ID dari Kontan, Grant Thornton Indonesia, sebuah lembaga global yang menyediakan jasa audit, tax, dan advisory merangkum lima area yang bisa menjadi fokus pengusaha untuk melewati krisis ini

Pertama, cash management. Pengaturan arus kas menjadi kunci utama perusahaan untuk dapat melewati tantangan berat di tahun 2020. Perusahaan perlu mengambil langkah-langkah untuk mengamankan persediaan kas mereka termasuk mengambil tindakan yang diperlukan seperti memperpanjang pembayaran kreditor, negosiasi penangguhan pembayaran sewa dan kredit bank, negosiasi dengan pelanggan untuk pembayaran lebih awal hingga mempertimbangkan keringanan pajak maupun program pemerintah yang memberikan kemudahan bagi pengusaha.

"Cash management juga meliputi bagaimana perusahaan mampu melakukan forecast keuangan jangka pendek dan menengah dengan baik," ungkap Johanna Gani, Managing Partner Grant Thornton Indonesia, dalam pernyataan resmi yang diterima KONTAN, (15/4/2020).

Kedua, contingency planning. Panduan tanggap darurat perlu langsung disusun untuk mengetahui apa saja sektor krusial dalam perusahaan dan memastikan strategi yang akan diambil aman untuk kelangsungan bisnis ke depannya.

Ketahui dimana titik-titik kritis dalam rantai pasokan, menyiapkan cadangan darurat saat persediaan menipis dan mengidentifikasi pasokan alternatif termasuk dalam perencanaan darurat ini. "Pastikan juga karyawan-karyawan yang berada di posisi krusial untuk mendukung bisnis perusahaan tetap dapat bekerja dengan fleksibilitas tinggi melalui kebijakan work from home dan remote meeting," kata dia.

Baca Juga: Satu-persatu Korban Penyerangan Polsek Ciracas Bermunculan, Kebrutalan Anak Buah KSAD Andika Perkasa di Luar Nalar, Pedagang Pisang Beri Kesaksian Mencekam

Ketiga, pengelolaan pemegang saham. Perkiraan arus kas yang baik akan menempatkan perusahaan pada posisi yang lebih kuat saat berdiskusi dengan para pemegang saham. Disarankan perusahaan untuk proaktif dan mengambil inisiatif untuk secara aktif berhubungan dengan otoritas pajak, pemberi pinjaman hingga supplier utama untuk tetap mendapat dukungan keuangan yang mungkin saja tersedia.

Keempat, perhatikan karyawan. Memahami profil karyawan menjadi sangat penting dalam situasi ini untuk menemukan berbagai opsi untuk solusi tenaga kerja dalam perusahaan. Pada beberapa situasi, pengusaha akan menghadapi posisi sulit antara mempertahankan karyawan atau harus melakukan pengurangan demi kelangsungan bisnis.

Kebijakan yang jelas untuk work from home, unpaid leave hingga kapan karyawan harus dikarantina di kondisi kesehatan tertentu perlu disampaikan agar karyawan tahu bagaimana posisi mereka dan dapat menerima pesan dari pemimpin bisnis.

Kelima, bentuk tim manajemen krisis. Bentuk tim khusus dan pastikan perwakilan dari tiap divisi saling berkomunikasi untuk membahas dan menentukan prioritas masalah yang dihadapi perusahaan dan mengantisipasi masalah yang dapat muncul ke depannya.

Komunikasi sejak dini dan keterbukaan dengan tim dapat membangun sistem komunikasi yang sehat dan menjangkau semua karyawan baik mereka yang bekerja dari rumah maupun yang masih melakukan pekerjaan di kantor. Komunikasi yang baik juga mengurangi ketidakpastian dan kekhawatiran para karyawan.

Baca Juga: Kondisi Keluarga Lutfi Agizal Ditanya Denny Sumargo Pasca Kasus Kata Anjay, Calon Mantu Iis Dahlia Justru Pamerkan Latar Belakang Orang Tua

Johanna menegaskan, kunci untuk bertahan adalah tetap optimis dan selalu beradaptasi dengan keadaan. "Pengusaha yang dapat menyusun rencana terstruktur baik dimasa pandemi ini maupun setelah krisis mereda akan mampu bergerak lebih cepat kembali pada trajektori pertumbuhan semula,” kata dia.

Wabah Covid-19 pasti akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan maupun di masing-masing industri. "Para pengusaha perlu memastikan mendapat informasi terkini dari sumber berita yang kredibel sebelum menentukan strategi bisnis mereka," pungkas Johanna.

Namun demikian, meski berkurangnya masa operasional perusahaan selama pandemi bukan berarti kegiatan menjaga komunikasi brand terhenti.

Justru hal ini menjadi momentum untuk memperkuat promosi atau iklan, agar nantinya dapat memperkuat kepemimpinan di pasar.

"Masa sulit pandemi Covid-19 memang berdampak luar biasa ke hampir semua bisnis. Namun, bagi pemilik bisnis yang punya alokasi bujet iklan yang mencukupi, bisa mencoba berpikir terbalik dari pemilik bisnis pada umumnya, yakni memanfaatkan momentum sekarang ini untuk berinvestasi lewat promosi pasang iklan di berbagai media," tutur Direktur Marketing Doremindo Agency (DO'A), Suardi dalam keterangan resminya pada Gridhot.ID, Kamis (20/8/2020).

Baca Juga: Dituding Telantarkan Anak dari Mantan Istri Kedua, Akun Instagram Ayah Atta Halilintar Diserbu Netizen, Keberadaan Suami Lenggogeni Faruk Terungkap

Banyak saluran yang bisa dipergunakan untuk berinvestasi iklan, baik itu pasang iklan melalui media konvensional/ cetak seperti koran atau majalah, maupun media digital/ online seperti radio, televisi hingga media online. Dan pilihan terbaiknya, kata Suardi, adalah menggunakan kombinasi kedua jenis media tersebut.

"Biasanya pada masa normal tidak ada krisis/ pandemi, harga iklan di media cenderung lebih tinggi dan diskonnya lebih kecil, karena banyak brand yang mengantre atau rebutan memasang iklan di posisi terbaik. Investasi lewat promosi iklan di media yang tepat pada masa sekarang, ibarat membeli saham ketika harga lagi turun," paparnya.

Sebagaimana diketahui, semenjak seluruh masyarakat dianjurkan berada di rumah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 hingga diterapkannya adaptasi kebiasaan baru, terdapat perubahan pola hidup masyarakat.

Selain penerapan protokol kesehatan, aktivitas masyarakat kini lebih banyak ke ranah digital.

Alhasil, iklan digital akan terus tumbuh, namun tetap diperlukan pemasangan iklan secara konvensional guna menjangkau pengguna nondigital.

"Untuk mengetahui investasi lewat pasang iklan secara lebih dalam, silahkan hubungi Doremindo Agency melalui website www.doremindo.co.id," lanjut Suardi.(*)