GridHot.ID - Laporan yang diterbitkan Amerika Serikat (AS) tentang negaranya membuat China naik pitam.
Laporan itu menyebut China meningkatkan kekuatan nuklir dan misilnya untuk "merevisi" tatanan internasional.
Selain itu, laporan itu juga menyebutkan tentang pengeluaran Beijing, kebijakan nuklir, dan Taiwan.
Seperti diketahui, Taiwan memiliki konflik dengan China. Namun negara itu meminta bantuan kepada Amerika.
Tiongkok pada Minggu (13/9/2020) mengatakan bahwa laporan yang diterbitkan AS adalah fitnah dan provokatif.
Mengutip South China Morning Post, dalam pernyataan resmi, Kementerian Pertahanan China menyatakan "oposisi yang tegas" terhadap "Laporan Kekuatan Militer China" yang diterbitkan oleh departemen pertahanan AS baru-baru ini.
Laporan tersebut telah melacak ekspansi militer China setiap tahun sejak tahun 2000.
"Mempromosikan apa yang disebut narasi ancaman China dan mencemarkan nama baik modernisasi militer China", kata Juru Bicara Kementerian Wu Qian dalam pernyataan resmi.
"Itu membuat tuduhan tidak berdasar tentang pengeluaran militer China, kebijakan nuklir, dan masalah Taiwan," katanya.
Beijing menegaskan bahwa kemajuan militer yang terjadi di negaranya adalah murni demi meningkatkan pertahanan nasional.
Alasan itu harusnya tidak memicu ketegangan dengan negara lain karena tidak merugikan negara mana pun, klaim China.
"Kemajuan militer Tiongkok didorong dengan mempertahankan kedaulatan nasional, keselamatan, dan pembangunan."
"Itu tidak melawan negara mana pun dan tidak akan mengancam negara mana pun," kata Wu, menambahkan bahwa laporan AS menunjukkan "hegemoni dan provokasi" yang merusak hubungan militer keduanya.
Perhatian utama yang disoroti dalam laporan AS adalah pembangunan pasukan darat, udara, dan laut China yang dapat tersedia jika terjadi invasi dan konflik bersenjata dengan Taiwan.
Tetapi kementerian pertahanan China menyalahkan pemerintah Taiwan dan "pasukan asing" karena dianggap telah menimbulkan masalah di wilayah tersebut.
China menyebut Taiwan telah memicu ketegangan regional.
"Penyebab ketegangan saat ini di Selat Taiwan adalah upaya Partai Progresif Demokratik (yang berkuasa)... untuk menolak penyatuan kembali dengan kekuatan serta upaya pasukan anti-China eksternal untuk memisahkan China (dengan Taiwan)," katanya.
China mengancam akan menurunkan pasukan PLA jika ada negara yang berusaha melepaskan Taiwan darinya.
Sementara di sisi lain, Taiwan menolak diakui sebagai bagian dari China, dan menyebut memiliki hak demokratis untuk mengatur sendiri negaranya.
"Jika ada yang berani mencoba memisahkan Taiwan dari China, Tentara Pembebasan Rakyat akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk secara tegas mengalahkan setiap upaya untuk mencampuri urusan dalam negeri China atau merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan."
Pernyataan tersebut menunjuk pada keterlibatan Amerika Serikat dalam perang di Timur Tengah sebagai "bukti" bahwa hal itu memicu konflik regional dan menjadi "perusak perdamaian dunia".
Menurutnya, AS tidak berkaca diri sebelum menerbitkan laporan tentang militer China.
"AS tidak merefleksikan perilakunya sendiri tetapi merilis laporan tentang pembangunan militer normal China," katanya.
"Kami meminta AS untuk mengambil sikap rasional terhadap pengembangan kemampuan China dan menghentikan pernyataan dan laporan yang salah."
Washington menjadi semakin khawatir tentang ekspansi militer China sejak Beijing menetapkan tujuan untuk membentuk "militer kelas dunia" yang mampu menyaingi AS pada tahun 2049.
Laporan Pentagon mengatakan, China mungkin telah melampaui kemampuan militer AS di bidang pengembangan rudal dan pembuatan kapal.
Tujuannya yakni untuk memanfaatkan kekuatan militernya demi memajukan kebijakan luar negerinya dan "merevisi aspek tatanan internasional", katanya.
Anggaran pertahanan China naik dari US $ 100 miliar pada 2012 menjadi US $ 174 miliar pada 2019, menurut angka resmi dari Beijing.
Tetapi laporan AS mengklaim anggaran China yang sebenarnya untuk tahun lalu mungkin lebih dari US $ 200 miliar.
Sementara itu, anggaran militer Amerika Serikat untuk 2019 adalah US $ 686 miliar.
Artikel ini telah tayang di Sosok.id dengan judul "Bikin China Kebakaran Jenggot, PLA Siap Terjun Habisi Negara yang Ikut Campur, Beijing: AS Nggak Ngaca!"
(*)