Gridhot.ID- Jika kendaraan tempur lapis baja dengan cepat mendekati posisi musuh yang dijaga ketat, dan mendekati musuh dalam jangkauan tembakan, kawanan drone terintegrasi mungkin menawarkan keuntungan taktis yang substansial dengan menyelimuti daerah tersebut dengan pengawasan, menguji pertahanan musuh, atau diri mereka sendiri berfungsi sebagai bahan peledak.
Pendekatan strategis seperti itu, yang sudah lama dilakukan dalam pengembangan senjata AS, sekarang sedang dianut oleh militer China yang sekarang bekerja untuk mengintegrasikan kendaraan tempur lapis baja dengan kawanan drone.
Sebuah laporan di Global Times mengatakan China sedang menguji "sistem tempur" baru ke kawanan drone yang terhubung ke kendaraan penyerang lapis baja.
Ini adalah sebuah langkah yang dimaksudkan untuk membawa opsi perang darat baru kepada komandan China yang berusaha mengalahkan pasukan Angkatan Darat AS.
"Pada bulan Mei, unit yang dirahasiakan dari Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan serangkaian pelatihan pemanfaatan dengan sistem ini, yang berhasil," tulis surat kabar itu, mengutip kolom urusan militer yang berafiliasi dengan China Central Television yang disebut Weihutang.
The Global Times mengatakan sistem tempur kendaraan lapis baja dibuat oleh China Aerospace Science and Industry Corporation milik pemerintah China.
Keberhasilan sinergi kendaraan-drone, tampaknya, hampir seluruhnya bergantung pada tingkat kecanggihan teknis di bidang otonomi dan AI.
Itu karena sekumpulan sistem tak berawak dapat mengoptimalkan dampaknya melalui koordinasi yang rumit.
Misalnya, algoritma canggih yang memungkinkan peningkatan ukuran otonomi memungkinkan drone untuk beroperasi bersama-sama satu sama lain dan, antara lain, menghindari tabrakan.
Setiap drone dapat mengawasi area tertentu, dan jika sekelompok sistem tak berawak memiliki kemampuan AI , mereka dapat berbagi dan mengoordinasikan informasi melalui node perintah dan kontrol.