Find Us On Social Media :

Laut Mediterania Tiba-tiba Hening, Erdogan Melempem Sampai Diprotes Para Pasukannya Sendiri, Sang Pemimpin Seakan Sadar Turki Tak Bakal Bisa Menangkan Perebutan Ladang Minyak dengan Yunani

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membacakan Alquran di dalam Hagia Sophia pada pelaksanaan salat Jumat perdana Jumat (24/7/2020)

Tanir mengatakan kepada The Arab Weekly bahwa sejak percobaan kudeta pada 2016, “Erdogan telah mampu menekan oposisi di media, tentara dan negara, dan ketika mantan Kepala Staf Hulusi Akar menjadi Menteri Pertahanan, Erdogan memperoleh kendali yang lebih besar atas tentara.

"Jadi, Erdogan tidak mengadopsi dasar-dasar pengawasan dan keseimbangan di jajaran sipil atau militer," kata Tanir. Henri J.Barkey, profesor hubungan internasional di Universitas Lehigh di Amerika Serikat, memperkirakan konfrontasi di Laut Mediterania akan meningkat, jika Turki yang memiliki kekuatan angkatan laut dan tentara yang signifikan di kawasan itu, tetap bersikukuh pada ambisi mereka mengenai kekayaan Mediterania Timur.

Barkey, yang menjabat sebagai asisten peneliti senior untuk studi Timur Tengah di Dewan Hubungan Luar Negeri AS, mengatakan tidak menutup kemungkinan bahwa wacana menantang Erdogan bertujuan untuk mencoba mendorong pihak lain di Mediterania untuk memasukkan Turki dalam negosiasi tentang berbagi sumber daya daerah tersebut.

Namun, agak tidak mungkin terjadi bila mengingat hukum internasional berpihak pada Yunani. Pada Kamis, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa tujuh negara Mediterania menginginkan "dialog dengan itikad baik" bersama Turki, yang memimpin kebijakan ekspansionis di Mediterania.

Dia merujuk pada "keinginan untuk memulai dialog yang bertanggung jawab dan menemukan keseimbangan, tanpa kenaifan dan dengan niat baik."

Penolakan internasional terhadap proyek-proyek Ankara di Mediterania semakin meningkat, dengan Washington mencabut embargo senjata di Siprus, dan Yunani merundingkan pembelian pesawat tempur dari Perancis.

Baca Juga: Bagai Macan yang Terbangun dari Tidur Panjangnya, Ahok Galak Kuliti Aib Pertamina yang Sebut Ada Manipulasi Gaji dan Direksi Suka Lobi Menteri: Harusnya Kementerian BUMN Dibubarkan!

Pada Kamis, Hulusi Akar mengatakan bahwa pencabutan embargo senjata oleh Washington terhadap Siprus yang dikelola Siprus-Yunani akan mengarah pada jalan buntu.

"Jika Anda mencabut embargo dan mencoba mengganggu keseimbangan dengan cara ini, itu akan menimbulkan konflik, bukan perdamaian," tambah Akar dalam ancaman perang yang terselubung.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa negaranya telah mencabut pembatasan yang diberlakukan pada penjualan peralatan dan layanan pertahanan, tidak mematikan ke Republik Siprus untuk tahun fiskal berikutnya, yang membuat marah Turki.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Yunani Christos Staikouras membenarkan bahwa negaranya siap menghabiskan sebagian dari cadangan uangnya untuk membeli senjata dan peralatan lainnya yang akan membantu meningkatkan "kekuatan pengelak", menyusul pemotongan belanja pertahanan selama bertahun-tahun.

Pada pertengahan Agustus, Perancis mengirim 2 jet tempur Rafale dan sebuah pesawat pendukung, untuk ditempatkan di Pangkalan Udara Andreas Papandreou di wilayah Paphos di Siprus, dalam kerangka perjanjian militer yang baru-baru ini diaktifkan antara Perancis dan Siprus.

Langkah Perancis itu adalah pesan peringatan yang ditujukan untuk Ankara.

Para pengamat percaya bahwa episentrum krisis kini telah sepenuhnya bergeser dari Libya, ke zona maritim di seberang Siprus, yang menegaskan bahwa Libya hanyalah pertunjukan sampingan bagi Turki.

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Turki Dibingungkan Oleh Erdogan Yang Tiba-tiba Melempem, Militernya Sampai Desak Presiden untuk Lawan Eropa, 'Ini Ada Hubungannya Dengan Perang Dunia I'

(*)