Tidak hanya itu, para pemain di balik harga pasar ini juga menciptakan rumor-rumor tertentu untuk mempermulus upayanya dalam melambungka harga.
"Yang dilakukan adalah proses pembentukan harga di antara sesama pedagang, kemudian diciptakan rumor atau isu agar masyarakat makin tertarik beli. Ada forum-forum kolektor juga, diciptakan imajinasi bahwa yang warna tertentu, bentuk tertentu punya harga lebih," katanya lagi.
Misalnya, saat ini tanaman monstera dengan jenis variegata atau memiliki campuran warna putih dan hijau, dibanderol harga lebih tinggi daripada monstera yang berwarna hijau biasa, karena disebut langka, dan sebagainya.
"Jadi diciptakan pembenaran bahwa harga yang fantastis itu wajar," ujarnya.
Namun, satu hal yang perlu diselidiki menurut Bhima adalah siapa yang bermain di balik semua ini.
Menurutnya, spekulan pasar selalu menciptakan produk untuk dipermainkan.
"Iya memang ada perubahan perilaku juga selama pandemi, masyarakat banyak WFH, sehingga perhatian terhadap interior rumah, termasuk tanaman indoor naik. Jadi ada tren ini, tapi juga digoreng oleh spekulan," pungkas Bhima.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Kini Janda Bolong Dihargai Rp100 Juta, Dulu Anturium Ditukar Innova, Diduga Sosok Inilah 'Penggorengnya', Bikin Harga Jadi Irasional Tapi Tetap Dibeli (*)