Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Virus corona hingga kini masih menjadi hal yang ditakutkan.
Pasalnya, ini sangat mudah menyebar dari satu orang ke orang lain.
Di tengah-tengah pandemi virus corona, siapapun yang mulai bersin atau merasakan gejala seperti flu sangat dianjurkan untuk segera tinggal di rumah.
Tak hanya itu saja, seiring mewabahnya virus corona (Covid-19), hampir seluruh masyarakat di dunia disarankan untuk beraktivitas di dalam rumah.
Melansir Kompas.com, pakar darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Minggu (23/3/2020) mengatakan, negara-negara di seluruh dunia tidak bisa hanya menerapkan lockdown saja untuk mencegah virus corona.
Seperti halnya social distancing atau melakukan testing saja. Semua tidak bisa berdiri sendiri.
Baca Juga: Negaranya Sedang Dilanda Resesi, Pejabat Israel Malah Ramai-ramai Mengundurkan Diri, Ini Alasannya
Harus dilakukan semua dan bersamaan. Pejabat WHO itu menambahkan, ada banyak langkah kesehatan masyarakat yang juga harus diterapkan untuk menghindari kebangkitan virus di kemudian hari.
"Yang harus kita fokuskan adalah menemukan pasien Covid-19, mereka yang memiliki virus dan mengisolasi mereka. Kemudian menemukan orang yang telah kontak dengan mereka (pasien positif Covid-19) dan mengisolasi mereka," kata Mike Ryan dilansir Reuters, Minggu (22/3/2020).
"Bahayanya lockdown adalah, jika kita tidak menerapkan langkah kesehatan masyarakat yang kuat, ketika aturan pembatasan gerak dan lockdown dihentikan, maka bahaya penyakit akan muncul lagi," imbuh dia.
Sebagian besar Eropa dan AS mengikuti China dan negara-negasa Asia lainnya melakukan lockdown untuk melawan virus corona baru.
Semua orang diminta bekerja dan belajar dari rumah. Semua sekolah, restoran, dan tempat hiburan ditutup.
Sementara itu, baru-baru ini, WHO justru memberi peringatkan pemimpin negara.
Dilansir dari TribunJateng.com, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan para pemimpin negara agar tidak mengandalkan penguncian (lockdown) untuk mengatasi pandemi covid-19.
Imbauan itu disampaikan WHO, setelah sebelumnya memperingatkan negara-negara harus berhati-hati dalam membuka kembali lockdown.
Utusan WHO, David Nabarro mengatakan, langkah-langkah pembatasan seperti lockdown hanya boleh diambil sebagai upaya terakhir, demikian laporan majalah Inggris The Spectator, dalam sebuah wawancara video, seperti dilansir New York Post, Senin (12/10/2020).
"Kami di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menganjurkan lockdown sebagai sarana utama pengendalian virus ini," kata Nabarro.
"Satu-satunya saat kami percaya lockdown dibenarkan adalah memberi Anda waktu untuk mengatur ulang, mengelompokkan kembali, menyeimbangkan kembali sumber daya Anda, melindungi petugas kesehatan Anda yang kelelahan, tetapi kami lebih suka tidak melakukannya," jelasnya.
Nabarro menuturkan, ada kerugian signifikan yang disebabkan oleh lockdown, terutama pada ekonomi global.
"Lockdown hanya memiliki satu konsekuens.
Anda tidak boleh pernah meremehkan dan itu membuat orang miskin jauh lebih miskin," ucapnya.
Dia menambahkan, lockdown telah sangat berdampak pada negara-negara yang mengandalkan pariwisata.
"Lihat saja apa yang terjadi pada industri pariwisata di Karibia misalnya, atau di Pasifik, karena orang-orang tidak melakukan liburan mereka," tuturnya.
"Lihat apa yang terjadi pada petani kecil di seluruh dunia.
Lihat apa yang terjadi pada tingkat kemiskinan.
Tampaknya kita mungkin memiliki dua kali lipat kemiskinan dunia pada tahun depan.
Kita mungkin akan memiliki setidaknya dua kali lipat kekurangan gizi anak," tukasnya.
WHO sebelumnya memperingatkan negara-negara agar tidak terlalu cepat mencabut lockdown selama gelombang pertama virus.
"Hal terakhir yang dibutuhkan negara mana pun adalah membuka sekolah dan bisnis, hanya untuk dipaksa menutupnya lagi karena kenaikkan kembali kasus," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Namun, ia telah mendesak negara-negara untuk memperkuat langkah-langkah lain, termasuk penguncian yang luas dan pelacakan kontak.
Sehingga mereka dapat dengan aman membuka kembali dan menghindari penguncian di masa mendatang.
"Kita perlu mencapai situasi yang berkelanjutan, di mana kita memiliki kontrol yang memadai terhadap virus ini tanpa mematikan hidup kita sepenuhnya, atau bersembunyi dari penguncian ke penguncian yang memiliki dampak yang sangat merugikan masyarakat," tandasnya. (*)