Pandemi Covid-19 Belum Kelar, WHO Minta Pemimpin Negara Hentikan Lockdown: Kami Tidak Menganjurkan

Selasa, 13 Oktober 2020 | 11:13
Tribunnews.com

Ilustrasi lockdown

Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari

GridHot.ID - Virus corona hingga kini masih menjadi hal yang ditakutkan.

Pasalnya, ini sangat mudah menyebar dari satu orang ke orang lain.

Di tengah-tengah pandemi virus corona, siapapun yang mulai bersin atau merasakan gejala seperti flu sangat dianjurkan untuk segera tinggal di rumah.

Baca Juga: Mampu Bertahan 28 Hari di Uang Kertas dan HP, Virus Corona Makin Berbahaya Akhir-akhir Ini, Jadi Lebih Kuat dari Flu Biasa

Tak hanya itu saja, seiring mewabahnya virus corona (Covid-19), hampir seluruh masyarakat di dunia disarankan untuk beraktivitas di dalam rumah.

Melansir Kompas.com, pakar darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Minggu (23/3/2020) mengatakan, negara-negara di seluruh dunia tidak bisa hanya menerapkan lockdown saja untuk mencegah virus corona.

Seperti halnya social distancing atau melakukan testing saja. Semua tidak bisa berdiri sendiri.

Baca Juga: Negaranya Sedang Dilanda Resesi, Pejabat Israel Malah Ramai-ramai Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

Harus dilakukan semua dan bersamaan. Pejabat WHO itu menambahkan, ada banyak langkah kesehatan masyarakat yang juga harus diterapkan untuk menghindari kebangkitan virus di kemudian hari.

"Yang harus kita fokuskan adalah menemukan pasien Covid-19, mereka yang memiliki virus dan mengisolasi mereka. Kemudian menemukan orang yang telah kontak dengan mereka (pasien positif Covid-19) dan mengisolasi mereka," kata Mike Ryan dilansir Reuters, Minggu (22/3/2020).

"Bahayanya lockdown adalah, jika kita tidak menerapkan langkah kesehatan masyarakat yang kuat, ketika aturan pembatasan gerak dan lockdown dihentikan, maka bahaya penyakit akan muncul lagi," imbuh dia.

Sebagian besar Eropa dan AS mengikuti China dan negara-negasa Asia lainnya melakukan lockdown untuk melawan virus corona baru.

Baca Juga: Aktivitas Perkantoran Jakarta Bakal Kembali Ramai, Pemprov DKI Cabut PSBB Ketat dan Beralih ke PSBB Transisi, 50 Persen Pegawai Diperbolehkan Ngantor

Semua orang diminta bekerja dan belajar dari rumah. Semua sekolah, restoran, dan tempat hiburan ditutup.

Sementara itu, baru-baru ini, WHO justru memberi peringatkan pemimpin negara.

Dilansir dari TribunJateng.com, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan para pemimpin negara agar tidak mengandalkan penguncian (lockdown) untuk mengatasi pandemi covid-19.

Who.int
Who.int

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kerap disalahkan karena pandemi Covid-19.

Baca Juga: Baru Saja Sembuh, Donald Trump Sudah Sombong Setinggi Langit Sebut Dirinya Kini Kebal Virus Corona, Hasil Tes Terakhir Sang Presiden Amerika Seakan Disembunyikan Dokternya

Imbauan itu disampaikan WHO, setelah sebelumnya memperingatkan negara-negara harus berhati-hati dalam membuka kembali lockdown.

Utusan WHO, David Nabarro mengatakan, langkah-langkah pembatasan seperti lockdown hanya boleh diambil sebagai upaya terakhir, demikian laporan majalah Inggris The Spectator, dalam sebuah wawancara video, seperti dilansir New York Post, Senin (12/10/2020).

"Kami di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menganjurkan lockdown sebagai sarana utama pengendalian virus ini," kata Nabarro.

"Satu-satunya saat kami percaya lockdown dibenarkan adalah memberi Anda waktu untuk mengatur ulang, mengelompokkan kembali, menyeimbangkan kembali sumber daya Anda, melindungi petugas kesehatan Anda yang kelelahan, tetapi kami lebih suka tidak melakukannya," jelasnya.

Nabarro menuturkan, ada kerugian signifikan yang disebabkan oleh lockdown, terutama pada ekonomi global.

Baca Juga: Putar Otak di Tengah Pandemi, Perusahaan Maskapai Ini Berhasil Kembalikan Omzet Pengahasilannya Usai Gulung Tikar Saat Wabah Corona, Banting Stir Jajakan Gorengan hingga Buka Cabang

"Lockdown hanya memiliki satu konsekuens.

Anda tidak boleh pernah meremehkan dan itu membuat orang miskin jauh lebih miskin," ucapnya.

Dia menambahkan, lockdown telah sangat berdampak pada negara-negara yang mengandalkan pariwisata.

Baca Juga: Donald Trump Ngotot Ikut Debat Capres Kedua pada 15 Oktober Mendatang, Joe Biden: Jika Dia Masih Idap Covid-19, Kita Tidak Boleh Berdebat!

"Lihat saja apa yang terjadi pada industri pariwisata di Karibia misalnya, atau di Pasifik, karena orang-orang tidak melakukan liburan mereka," tuturnya.

"Lihat apa yang terjadi pada petani kecil di seluruh dunia.

Lihat apa yang terjadi pada tingkat kemiskinan.

Tampaknya kita mungkin memiliki dua kali lipat kemiskinan dunia pada tahun depan.

Kita mungkin akan memiliki setidaknya dua kali lipat kekurangan gizi anak," tukasnya.

Baca Juga: Langsung Syuting Meski Baru Sembuh dari Virus Corona, Nunung Bongkar Resep Rahasia Kesembuhan Kilatnya dari Covid-19: Enggak Ada yang Sampai Ngapa-ngapain

WHO sebelumnya memperingatkan negara-negara agar tidak terlalu cepat mencabut lockdown selama gelombang pertama virus.

"Hal terakhir yang dibutuhkan negara mana pun adalah membuka sekolah dan bisnis, hanya untuk dipaksa menutupnya lagi karena kenaikkan kembali kasus," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Namun, ia telah mendesak negara-negara untuk memperkuat langkah-langkah lain, termasuk penguncian yang luas dan pelacakan kontak.

Baca Juga: Kasus Corona Membludak, Jurnal Medis AS Minta Donald Trump Angkat Kaki dari Gedung Putih, Muak dengan Sikap Presiden yang Sepelekan Covid-19

Sehingga mereka dapat dengan aman membuka kembali dan menghindari penguncian di masa mendatang.

"Kita perlu mencapai situasi yang berkelanjutan, di mana kita memiliki kontrol yang memadai terhadap virus ini tanpa mematikan hidup kita sepenuhnya, atau bersembunyi dari penguncian ke penguncian yang memiliki dampak yang sangat merugikan masyarakat," tandasnya. (*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Kompas.com, TribunJateng.com