Gridhot.ID- Presiden Donald Trump disebut sudah menyiapkan " daftar eksekusi" jika dia menang kembali dalam Pilpres AS.
Daftar itu di antaranya memuat nama Direktur Biro Penyelidik Federal ( FBI) Christopher Wray, Direktur Badan Intelijen Pusat ( CIA) Gina Haspel.
Kemudian Menteri Pertahanan Mark Esper tak luput dari list orang-orang yang hendak dia singkirkan jika dia kembali menjadi presiden.
Berdasarkan laporan yang dibuat oleh Axios, Haspel, Wray, dan Esper merupakan nama teratas dalam "daftar eksekusi" milik Trump.
Sumber dari Gedung Putih mengungkapkan, Wray dan Haspel "sangat dibenci dan tidak disukai oleh lingkaran dalam presiden".
Dua pejabat dari badan bergengsi di "Negeri Uncle Sam" itu disebut bakal dipecat secepatnya jika bukan karena perhelatan Pilpres AS.
Sang presiden disebut begitu kecewa dengan Wray karena FBI menolak untuk menyelidiki putra rivalnya, kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden.
Anak Biden, Hunter Biden, dituding Trump melakukan pelanggaran ketika berbisnis dengan perusahaan Ukraina, Burisma, dan sempat dipublikasikan oleh New York Post.
Presiden 74 tahun itu juga tak terkesan dengan Wray, karena organisasi yang dipimpinnya tak menyelidiki klaimnya terkait pelanggaran pada Pilpres AS 2016.
Jika Trump sampai memecat Wray, pejabat anonim FBI menyatakan langkah itu bakal menjadi blunder.
Karena mereka memberikan dukungan bagi Wray.
Haspel, sementara itu, berdsarkan sumber di Gedung Putih dipandang sebagai sosok manipulatif, di mana gerak-geriknya "selalu mencurigakan".
Presiden ke-45 AS tersebut dilaporkan begitu kesal dengan Haspel, yang menolak permintaan deklasifikasi dari Direktur Intelijen Nasional John ratcliffe.
Dokumen itu merupakan salah satu bagian dari penyelidikan terhadap pemerintahan Presiden Barack Obama, di mana dia diduga terlibat dengan Rusia.
Meski begitu, Haspel diyakini bakal mundur atas kemauannya sendiri, untuk melindungi sumber yang berhubungan dengan dokumen Rusia.
Sementara Menteri Pertahanan Mark Esper juga masuk dalam radar berkaitan dengan demonstrasi kematian George Floyd, dilaporkan Daily Mirror Senin (26/10/2020).
Saat itu, Esper menolak untuk mengerahkan militer demi membubarkan demonstran, meski Trump berulang kali mendorong "penegakan ketertiban".
Esper, yang merupakan mantan perwira militer, juga terkesan menjaga jarak ketika presiden memerintahkan agar demonstran ditembak gas air mata.
Keputusan itu dilakukan supaya presiden dari Partai Republik tersebut bisa berfoto di depan Gereja Espikopal St John, yang kemudian menjadi kontroversi.
Juru bicara Esper Jonathan Hoffman menyatakan, suksesor James Mattis itu berkomitmen untuk memberi yang terbaik bagi militer dan negara.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jika Terpilih Lagi, Ini "Daftar Eksekusi" Trump"