Meski Migran China Jadi Penipu, Rakyat Timor Leste Sebut Negaranya Lebih Maju di Bawah Tiongkok Ketimbang Indonesia: Sekarang Kami Sangat Mandiri

Minggu, 01 November 2020 | 18:13
Stefanus Akim/Tribun

Pedagang aksesoris di Market Tais, di Timor Leste, Dili.

Gridhot.ID-China menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Timor Leste pada tahun 2002.

China juga membangun hubungan diplomatik, salah satunya pemberian modal untuk membangun Timor Leste.

Mica Barreto Soares dari Routledge Handbook of Contemporary Timor Leste 2019, memperkirakan negara itu menjadi sasaran migrasi penduduk China.

Baca Juga: Beda Kubu dengan Keluarga, Pengungsi Timor Leste Ini Ogah Kembali ke Tanah Kelahiran Demi Pilih Indonesia: Saya Lebih Suka di NTT, Lebih Baik dari Bumi Lorosae

Ada sekitar 4.000 migran dari China yang tinggal di negara Timor Leste pada tahun 2019.

Mereka mendirikan setidaknya 300-400 perusahaan bisnis, dari usaha kecil hingga besar.

Orang-orang China yang datang ke Timor Leste, menjual barang-barang murah dan bahan bangunan serta menjalankan usaha kecil seperti restoran, hotel, ritel hingga rumah bordil.

Baca Juga: Ekonomi 'Jalan di Tempat' Sejak Pisah dari Indonesia, Biaya Hidup di Timor Leste Ternyata Lebih Tinggi dari Jakarta, Berikut Rinciannya

Sayangnya, laporan tersebut tak pernah dipublikasikan oleh Kedutaan Besar China di Dili.

Mereka enggan merilis berapa banyak warganya yang tinggal di Timor Leste, karena tidak mendaftarkan kehadiran mereka melalui visa.

Sehingga sangat sulit untuk memastikan jumlah keberadaan orang-orang China di Timor Leste.

Keberadaan orang-orang China dalam mendominasi ekonomi di Timor Leste, menunjukkan pengaruh China yang cukup besar di negara tersebut.

Baca Juga: Pantas Jor-joran Beri Utangan, China Ternyata Kuasai Industri Kecil di Timor Leste, 4.000 Warganya Sampai Rela Pindah ke Bumi Lorosae

Mereka, datang dengan alasan karena cukup mudah mendapatkan uang di Timor Leste.

"Sebenarnya China bukan pemain utama di Timoe Leste, tetapi keberadaan perusahaan dan bisnis yang signifikan, membuat mereka bergerak di usaha kecil menengah," kata Soares.

Meski demikian, perusahaan China yang hadir di Timor Leste juga dipandang meningkatkan ekonomi Timor Leste.

Mereka menurunkan harga dan meningkatkan persaingan, tetapi ada kekhawatiran terjadinya kolusi di antara bisnis China.

"Ada ketegangan sosial dalam banyak kasus, terutama di sektor ritel dan kontruksi di mana pengusaha lokal merasa dikesampingkan oleh pendatang China," kata Graeme Smith, dari Universitas Nasional Australia.

"Sisi negatif paling jelas adalah ketegangan sosial antara pemilik toko, dan meningkatnya hubungan klientelis pengusaha Tiongkok yang lebih besar," tambahnya.

Sementara, Soares menyoroti pertikaian penduduk Dili dengan migran China yang dikaitkan dengan kecemburuan sosial.

Baca Juga: Terjebak Belenggu Kemiskinan, Rakyat Timor Leste Hidup dari 'Mengais Sampah', TPA Bahkan Jadi Lokasi Tur untuk Warga Australia

"Mungkin terlalu dini mengklaim bahwa terjadi peningkatan sentimen Anti-China di Timor Leste, tetapi insiden ini mengarah pada sentimen dan motivasi rasial terhadap pendatang baru China," katanya.

Akan tetapi, berlawanan dengan pendapat para peneliti, penduduk asli Timor Leste justru mengatakan hal berbeda.

Maria Carmen Alianca Xiamens Pereira (37) yang bekerja di Hotel di Dili, mengatakan investasi China di negara itu justru bagus, karena memberikan penduduk lokal pekerjaan.

"Sejujurnya, ketika kita di bawah pemerintah Indonesia, hanya separuh orang Timor Leste yang bisa bekerja sebagai karyawan, atau di toko," kata Pereira.

"Sekarang kami sudah sangat mandiri, semua orang bekerja dan menerima gaji," katanya.

Petugas keamanan Adelino Soares, mengatakan bahwa ekonomi Timor Leste semakin bergantung pada uang China, negara tersebut telah berubah sedikit demi sedikit.

Namun, orang China yang berada di Timor Leste, Ma yang membuka toko di Timor Leste justru ungkap borok asli orang China.

Baca Juga: Murka Timor Leste Disebut Jadi Incaran Jebakan Utang China, Ramos Horta Sebut Wartawan Jepang Konyol: Terkenal Tidak Bisa Objektif!

"Tidak peduli negara Asia Tenggara mana, ada banyak orang China yang menjadi penipu," katanya.

Dia mengatakan, bersama suaminya awalnya tidak memiliki prospek ekonomi baik di Fujian China, tapi menghasilkan banyak uang di Timor Leste.

"Kami sebenarnya ingin pulang, saat ini banyak yang bisa kami lakukan," katanya.

"Kembali ke China untuk mengembangkan diri kami sendiri, tetapi itu tidak mungkin karena kami sekarang sudah berusia 40-50 tahunan," jelasnya.Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul: "Sebut Kehidupan Timor Leste Lebih Baik di Bawah Pengaruh China Ketimbang Indonesia, Padahal Orang China di Timor Leste Malah Blak-Blakan Sebut Orang China Penipu."

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari

Sumber Intisari Online