Find Us On Social Media :

Selalu Bersaing Ketat dalam Kembangkan Alutsista, Rusia Masih Ngerasa Pede Miliki 'Monster Laut' Satu Ini, Hingga Kini Masih Jadi Ancaman Utama Kapal Perang Hebat AS

Kapal AS di Laut Hitam

Gridhot.ID - Negara-negara maju yang terlibat konflik kini sedang berlomba mengembangkan alutsistanya.

Salah satunya adalah Rusia.

Bahkan dalam beberapa dekade terakhir, Rusia telah menjadi rumah bagi salah satu bagian mesin modern yang paling kokoh dan andal, dengan hanya Amerika Serikat (AS) yang mendekati kekuatan manufakturnya.

Mulai dari Tank Tempur Utama (MBT) canggih yang mampu beroperasi di suhu di bawah nol hingga jet tempur yang mengarungi langit dengan kecepatan luar biasa, jika ada persenjataan canggih di luar sana di dunia, Rusia sudah memilikinya.

Baca Juga: Terawang Kehidupan Nikita Willy Pasca Menikah, Mbak You Sebut Istri Indra Priawan Bakal Hengkang dari Dunia Hiburan: Bisa Tunduk dan Jadi Wanita Seutuhnya

Nah, sementara banyak fokus tertuju pada pengembang jet tempur seperti Mikoyan dan Sukhoi untuk menyediakan pesawat tempur canggih seperti MiG 29 dan Su-35, ada monster laut tua yang terkunci di teluk negara yang sama menakutkan karena kecepatannya seperti dilansir The Eur Asian Times, Jumat (6/11)

Torpedo VA-111 Shkval bersama dengan keturunannya, telah menjadi jawaban bagi Uni Soviet dan kemudian Rusia untuk menangkal kapal selam musuh dan torpedo-nya selama yang bisa diingat.

Awalnya kapal perang ini dikembangkan di bawah pemerintahan Soviet, torpedo supercavitating, yang dioperasikan pada awal 1977, memiliki kecepatan lebih dari 200 knot (370 km per jam atau 230 mil per jam)

Baca Juga: Bongkar Kehidupan Seksnya, Nassar Ngaku Pernah Berhubungan Intim dengan Wanita 78 Tahun, Eks Suami Muzdalifah: Nggak Tau Dia Nikmat Apa Nggak, Aku Sih Oke Aja

Torpedo super cepat dirancang sedemikian rupa sehingga mereka dapat menghancurkan musuh sebelum sempat mendeteksi atau bertindak. Torpedo VA-111 diluncurkan dari tabung torpedo 533 mm dengan kecepatan 50 knot (93 km per jam) sebelum mencapai kecepatan 200 knot dengan menggunakan pengapian roket berbahan bakar padat.