GridHot.ID - Donald Trump dinyatakan kalah dari pesaingnya, Joe Biden, di Pemilihan Umum Amerika Serikat (Pemilu AS) 2020.
Meskipun demikian, Trump seolah terus-menerus menolak kenyataan itu.
Apa alasannya?
Dilansir Kompas.com dari CNN pada Sabtu (21/11/2020), Trump sebenarnya mengetahui kalau dia kalah dalam pemilu AS 2020, namun dia sengaja menunda proses transisi kekuasaan.
Tak cukup sampai di situ, Trump juga secara agresif terus menolak hasil pemilu AS 2020.
Langkah tersebut dilakukan Trump dengan sengaja karena ingin membalas perlakuan Partai Demokrat karena mempertanyakan legitimasi kemenangannya dalam pemilu AS 2016.
Tindakan Trump itu diungkapkan oleh seorang sumber yang akrab dengan Trump kepada CNN.
Penolakan Trump untuk menyerah melawan hasil pemilu 2020 disebabkan karena sejumlah faktor.
Salah satunya adalah Trump merasa bahwa Hillary Clinton dan mantan Presiden AS Barack Obama merongrong kepresidenannya dengan mengatakan Rusia ikut campur dalam pemilu 2016 dan memengaruhi hasilnya.
Trump terus menyimpan dendam terhadap mereka yang dia klaim telah meragukan kemenangannya dalam pemilu AS 2016 dengan menunjuk adanya campur tangan dari Rusia.
Karena itulah, Trump menganggap bahwa adalah hal yang adil jika dia membuat permainan untuk tidak mengakui Biden memenangi pemilu AS dan menjadi presiden AS terpilih.
Faktor lain yang membuat Trump sengaja menolak hasil pemilu AS adalah bahwa Trump tidak terima karena dikalahkan dari seorang kandidat yang dia anggap sebagai lawan yang tidak sepadan.
Oleh karena itu, kekalahannya dari Biden akan menjadi penghinaan bagi Trump.
Trump lagi-lagi tidak tampil di depan umum pada Kamis ketika digelar pengarahan gugus tugas virus corona pertama di Gedung Putih selama lebih dari enam bulan.
Menurut pejabat senior AS kepada CNN, Trump berencana untuk berpartisipasi dalam KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik pada Jumat (21/11/2020).
Trump telah mendengar desakan dari banyak teman dan rekan bisnisnya untuk setidaknya membiarkan transisi dimulai, bahkan jika dia tidak ingin menyerah.
Namun, menurut seorang sumber yang akrab dengan pemikiran Trump mengatakan kepada CNN bahwa desakan dan saran tersebut tidak diindahkan oleh Trump.
Ketika Trump diminta untuk mengeluarkan Rudy Giuliani dan anggota tim hukumnya dari gugatan hasil pemilu, Trump tidak setuju.
Dia ingin terus melanjutkan perjuangannya, dan orang-orang dekat Trump bahkan telah menyatakan keprihatinannya.
Trump juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur, bahkan ketika orang-orang di sekitarnya terus menunjukkan bahwa akhir sudah dekat.
Para sekutu Trump telah menyatakan kekhawatiran bahwa faksi yang cukup besar di AS menganggap pemilihan telah dicurangi dan bahwa Biden tidak menerima pengarahan keamanan nasional.
Teman-teman dan kolega, kata sumber tersebut, sudah mengimbau Trump untuk memikirkan masa depan.
Mereka mengatakan kepada Trump bahwa dia mempersulit dirinya sendiri karena dia akan kesulitan membuat orang menginap di hotelnya.
Dia merusak mereknya atas sikapnya tersebut, kata mereka. Namun menurut Trump itu salah.
Trump menjawab, dia memiliki lebih dari 70 juta orang yang memilihnya, yang menurutnya memberinya kekuasaan dan otoritas yang besar.
Di sisi lain, Biden mengungguli Trump dengan hampir 6 juta suara rakyat AS serta menggamit 306 suara elektoral dibandingkan Trump yang meraup 232 suara elektoral.
Trump sebenarnya mendengarkan teman-temannya, kata sumber tersebut, tetapi buru-buru mengakhiri percakapan jika dia tidak setuju. Trump tidak ingin mendengar apa yang tidak dia percayai.
Di dalam Gedung Putih, banyak orang telah memutuskan untuk membiarkan Trump, entah karena mereka benar-benar ingin melakukannya atau karena mereka tidak punya pilihan.
Menantu sekaligus Penasihat Senior Gedung Putih Jared Kushner bersikap tenang, sementara putrinya Ivanka Trump telah cukup banyak melepaskan diri dari ini, seperti yang dilaporkan CNN pekan lalu.
Ivanka sangat sadar dia memiliki bisnis yang mungkin ingin dia kembalikan, atau bahkan memilkirkan karier politik di masa depan, kata sumber itu.
Sumber tersebut menambahkan Trump tidak melihat dampak dari perbuatannya itu terhadap negara, atau bahkan kepada demokrasi itu sendiri.
Dia tetap fokus pada dirinya sendiri, bukan Covid-19 atau bahkan transisi kekuasaan. (Danur Lambang Pristiandaru)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trump Sebenarnya Tahu Kalah Pemilu, Sengaja Tunda Transisi demi Balas Dendam ke Demokrat"
(*)