20 Tahun Hidup dalam Bayangan, Zulkarnaen Sang Panglima Perang Jamaah Islamiyah Akhirnya Berhasil Ditangkap, Begini Cara Dia Cari Makan Setelah Kasus Bom Bali Menjeratnya

Minggu, 13 Desember 2020 | 11:13
dokumentasi Kepolisian

Tim Densus 88 Antiteror

Gridhot.ID - 2020 jadi tahun berakhirnya pelarian teroris yang satu ini.

Namanya adalah Zulkarnaen.

Dirinya ditangkap oleh Densus 88 antiteror Polri.

Teroris Zulkaranen ini disebut-sebut terlibat dalam kasus peledakan bom bali I, pada tahun 2002.

Dalam program berita TV One, disebutkan Zulkarnaen ditangkap di Kabupaten Lampung Timur, Lampung.

Kepala Bindang Humas Polda Lampung Komisaris Besar Polisi Zahwani Arsyad menjelaskan pihaknya mendampingi tim Densus 88 saat melakukan penangkapan.

"Kami mendampingi tim Densus 88 yang melakukan penangkapan Zulkarnaen," ujar Kombes Zahwani Arysad di siaran TV One, Sabtu (12/12/2020).

Baca Juga: 20 Hari Bakal di Balik Jeruji Besi, Rizieq Shihab Ditahan Polisi Karena Alasan Ini

Hanya dia tak bisa menjelaskan apa yang dilakukan Zulkarnaen di Lampung hingga bisa bertahan beitu lama di sana.

Dijelaskan, Polda Lampung terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar terhindar dari paparan radikalisme.

Demikian dengan isu-isu kotak amal yang digunakan sebagai sumber pendanaan aksi terorisme. Polisi memberikan pencerahan agar hal itu tidak terjadi.

"Kami datangi masjid-masjid, masyarakat, mengedukasi agar tidak terpapar paham radikalisme," ujarnya.

Keluarga Tak Yakin Zulkarnaen Jadi Teroris

Pada 2010, wartawan Surya (grup Tribunjabar.di) sempat mendatangi rumah Ustadz Zulkarnaen alias Arif Sunarso.

Orangtua Zulkarnaen meyakini Arif, demikian Zulkarnaen dipanggil, tak terlibat dalam kegiatan terorisme.

Baca Juga: Tepat Tengah Malam Keluar dari Ruang Pemeriksaan, Rizieq Shihab Buat Gempar Keluar dengan Rompi Tahanan, Kedua Tangannya Jadi Perhatian

Berikut catatannya ketika Wartawan Surya mendatangi rumah orangtua Zulkarnaen.

Nama Ustadz Zulkarnaen alias Arif Sunarso alias Ustadz Daud sempat lama tenggelam dalam pemberitaan tentang teroris. Padahal, kabarnya, dia adalah panglima perang di kelompok Jamaah Islamiyah (JI).

Namanya kembali mengemuka setelah gembong teroris Dulmatin ditembak mati polisi. Pintu rumah sederhana di Dukuh Gebang Kidul RT 14/RW 6, Desa Gebang, Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, itu terbuka lebar. Suasana sepi.

Begitulah suasana di rumah orangtua Arif Sunarso, Hadi Saleh, 63, Selasa (16/3/2010) siang. Desa tersebut terletak sekitar 30 kilometer dari Kota Solo.

Ketika pintu diketuk, tuan rumah pun keluar dari dalam rumah yang terbuat dari kayu tersebut, kemudian mempersilakan wartawan Surya duduk di kursi ruang tamu.

Tak selang lama, istri Hadi Sholeh, Ny Aminah, 60, juga keluar dari bagian dalam rumah. Hadi Saleh, pensiunan guru, kini bekerja sebagai petani. Adapun Aminah sehari-hari berdagang pakaian di pasar-pasar.

Dia biasa berjualan di berbagai pasar, tergantung hari pasaran tertentu. Jika situasi pasar sepi, dia membantu suaminya bekerja di sawah.

Baca Juga: Rizieq Shihab: Saya Tidak Kemana-mana, Saya ke Sentul Menengok Anak Cucu!

Meski kedatangan tamu asing, pasangan suami-istri yang baru datang dari sawah itu tampak tidak kaget.

Tak heran, karena sejak bertahun-tahun silam, tepatnya beberapa saat setelah peristiwa bom Bali 1, 12 Oktober 2002, mereka telah mendengar kabar tak sedap bahwa Arif diduga terlibat aksi terorisme.

Suami istri berpenampilan sederhana sebagaimana layaknya warga desa lainnya tersebut sudah menduga bahwa tamu mereka pasti akan menanyakan tentang Arif.

Apalagi, Hadi dan Aminah dapat merasakan bahwa selama ini sering ada petugas kepolisian yang menyamar, yang mengintai kediaman mereka.

"Dulu mereka pura-pura berjualan di pojok gang di sana, bawa-bawa bronjong (wadah dari bambu, Red). Suka tanya ini dan itu.

Mereka pikir kami tidak tahu," kata Ny Aminah dalam Bahasa Jawa halus alias krama inggil. Aminah mengaku tidak takut dan khawatir meski sering diintai polisi. Karena dia yakin Arif, anak sulungnya, tidak berbuat salah sebagaimana tuduhan polisi. Aminah juga yakin bahwa dirinya, suaminya maupun seluruh anggota keluarganya tidak pernah terlibat peristiwa kriminal.

"Tidak mungkin anak saya begitu (menjadi teroris, Red). Kalau dia berbuat begitu pastilah sudah kaya, bisa kirim banyak uang ke orangtuanya atau ke istrinya. Nyatanya kami masih miskin seperti ini," katanya dengan nada emosional.

Baca Juga: Reaksi Nikita Mirzani Soal Rizieq Shihab Jadi Tersangka, Nyai: Luar Biasa, Mereka Nanti Ruinian Kan Ada yang Udah Masuk

Berbeda dengan sang istri, Hadi Saleh tampak lebih tenang. Pensiunan guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN, setingkat SD, Red) di wilayah Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jateng, ini lebih banyak diam.

"Saya pensiun sejak tiga tahun lalu," kata Hadi, yang mengenakan baju batik dan kain sarung.

Ny Aminah berkali-kali menegaskan keyakinannya bahwa Arif tidak mungkin berbuat jahat dengan menjadi teroris yang tega membunuh orang dengan aksi-aksi pengeboman.

"Tidak mungkin. Mana ada ayat (dalam Alquran) yang membolehkan orang membunuh? Tidak ada," tegas ibu enam anak ini, yang siang kemarin mengenakan kerudung warna putih.

Ketika ditanya apakah dirinya masih berharap bertemu Arif, yang diketahui menghilang sejak tahun 2001 atau sejak sekitar sembilan tahun silam, Aminah langsung menangis.

"Saya kira setiap orangtua pasti berharap dapat bertemu lagi dengan anaknya setelah sangat lama tidak bertemu," tuturnya seraya mengusap air mata.

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul TERORIS BURON 20 Tahun Zulkarnaen Ditangkap, Terlibat Kasus Bom Bali, Diduga Hidup dari Kotak Amal.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Tribun Jabar