"Dalam pemilihan presiden 2024 mendatang, kemungkinan besar akan ada kemiripan persaingan politik dan aspirasi politik yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya," jelas Bland.
"Warga Indonesia ingin pemimpin yang efektif, responsif dan bebas dari korupsi, tapi sistem politik malah hadirkan dinasti dan kekuasaan masih bertitik di partai yang bisa berkuasa."
Menariknya lagi, pilkada ini tunjukkan kecenderungan partai-partai membentuk koalisi dengan kelompok musuh untuk mempromosikan ideologi baru untuk mendukung kandidat tertentu.
Nominasi Aditya sendiri didukung oleh Golkar, koalisi dari Jokowi, dengan dua partai oposisi: Partai Demokrat dan PKS.(*)
Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Bukan Gibran, Sosok yang Kondang Lewat Media Sosial Setelah Pilkada Kemarin Ini Benarkah Akan Jadi Jokowi Selanjutnya?"