Selangkah Lagi Joe Biden Menuju Pelantikan, Perang Habis-habisan Justru Diprediksi Terjadi di Laut China Selatan, Ini Alasannya

Rabu, 23 Desember 2020 | 18:25
USNI News

Perseteruan China dan Amerika Serikat semakin membara hingga pastikan bentrokan senjata

GridHot.ID - Nampaknya hubungan antara China vs Amerika Serikat (AS) semakin memanas.

Ketegangan China dan Amerika Serikat (AS) bisa menjadi bentrokan senjata di Pasifik Selatan.

Sepertinya juga tidak ada resolusi dari kedua negara tersebut, mungkin api peperangan kan semakin membara.

Imbasnya negara-negara sekitar akan ikut-ikutan berperang.

Karena demi melindungi kepentingan nasional masing-masing, negara di Pasifik Selatan tentu akan terbagi dua blok, China atau AS.

Baca Juga: Amerika Serikat Asal Nyelonong, Tiongkok Ngamuk dan Langsung Usir Kapal Destroyer AS dari Lautannya, Laut China Selatan Kembali Memanas di Akhir Tahun

Jika sudah begini maka hanya satu yang bisa dilakukan : perkuat pertahanan dan bersiap menyambut datangnya perang.

Organisasi penelitian China memperingatkan, ketegangan di Laut China Selatan dapat meningkat menjadi perang habis-habisan menjelang pelantikan Joe Biden sebagai Presiden AS.

"Kami masih percaya bahwa risiko konflik meningkat. Meskipun kurang disebutkan dalam laporan media akhir-akhir ini, selalu ada beberapa pertemuan dalam berbagai jenis dari kedua sisi setiap hari," jelas Hu Bo, Direktur Pusat Penelitian Strategi Maritim China kepada Express.co.uk.

Dia juga menambahkan, jika AS dan China tidak dapat menemukan langkah-langkah manajemen krisis yang substantif, risiko kecelakaan atau konflik tak terduga akan tetap tinggi.

Hu Bo sebelumnya menyuarakan keprihatinan atas potensi konflik antara Washington dan Beijing.

Baca Juga: Buku Putih China Bikin Ketar-ketir Indonesia, Juragan Batubara Patut Baca Juga: Penyebab Pengangguran di Timor Leste Terungkap, Ekonomi Bumi Lorosae Ternyata Dikuasai China, Pantas Penduduk Asli Kesulitan Cari KerjaWaspada, Ini Alasannya

“Meskipun AS telah mencoba untuk memisahkan diri dari China di daerah lain, mereka masih berhubungan erat.

Kemungkinan terjadinya konflik skala besar cukup kecil. Tapi konflik skala menengah atau kecil mungkin terjadi, seperti dua kapal perang yang saling bertabrakan atau sesekali baku tembak karena kapal perang dan pesawat kedua negara saling berhadapan," paparnya.

Express.co.uk memberitakan, Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu, meminta negara lain untuk bekerja sama melawan dominasi China.

“Jika salah satu titik paling kritis dari rantai pulau pertama tidak berada di tangan negara-negara yang berpikiran sama, kita dapat membayangkan apa yang akan tercipta dalam gambaran strategis global.

Kita pasti perlu memikirkan bagaimana kita mencegahnya terjadi," ujarnya.

Baca Juga: Penyebab Pengangguran di Timor Leste Terungkap, Ekonomi Bumi Lorosae Ternyata Dikuasai China, Pantas Penduduk Asli Kesulitan Cari Kerja

Dia menambahkan, "Negara-negara yang berpikiran sama perlu bersatu, dan kita akan menjadi kuat bersama.”

Menteri Taiwan tersebut mengatakan kepada negara sekutu termasuk AS, Jepang, Australia dan kekuatan Eropa bahwa jika Taiwan menjadi mangsa China, itu akan meningkatkan jangkauan Beijing ke kawasan Pasifik.

Ketegangan antara China dan AS telah meningkat secara mengkhawatirkan selama beberapa bulan terakhir karena kedua negara meningkatkan kehadiran militer mereka di perairan yang disengketakan.

China telah membangun pangkalan militer di beberapa wilayah tersebut.Angkatan Laut AS mengeluarkan laporan yang memperingatkan China dan Rusia adalah "dua ancaman paling signifikan bagi era perdamaian dan kemakmuran global".

Baca Juga: Mudah Rusak dan Berkarat, Senjata Militer China Ini Ternyata Tidak Berkualitas, Indonesia Jadi Salah Satu Korbannya, Pejabat AS: Pembeli, Waspadalah!

Laporan itu, Advantage at Sea, mengatakan bahwa Beijing, bukan Moskow, yang menimbulkan risiko terbesar.

“Kami memprioritaskan persaingan dengan China karena kekuatan ekonomi dan militernya yang tumbuh, meningkatkan agresivitas, dan menunjukkan niat untuk mendominasi perairan regionalnya dan membentuk kembali tatanan internasional yang menguntungkannya," demikian bunyi laporan tersebut.

Dalam laporan tersebut juga dituliskan, sampai China memilih untuk bertindak sebagai pemangku kepentingan yang bertanggung jawab daripada mengayunkan kekuatannya untuk memajukan kepentingan otoriternya, hal itu merupakan ancaman paling komprehensif bagi Amerika Serikat, sekutu AS, dan semua negara yang mendukung sistem yang bebas dan terbuka.

Baca Juga: Vaksin Sinovac Buatan China yang Dipesan Indonesia Masuk Kategori Rendah, Negeri Panda Ini Justru Pesan Vaksin Buatan Inggris

AS juga menilai, China telah menerapkan strategi dan pendekatan revisionis yang bertujuan di jantung kekuatan maritim Amerika Serikat.

“China berupaya merusak tata kelola maritim internasional, menolak akses ke pusat logistik tradisional, menghambat kebebasan laut, mengontrol penggunaan titik penghubung utama, menghalangi keterlibatan kami dalam sengketa regional, dan menggantikan Amerika Serikat sebagai mitra pilihan di negara-negara di seluruh dunia,” papar laporan tersebut seperti dikutip Express.co.uk.

Artikel ini telah tayang di sosok.id dengan judul Sudah Pasti! Konflik China Vs Amerika di Pasifik Selatan Akan Berakhir dengan Bentrokan Bersenjata

(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Sosok.id