GridHot.ID - Penyebaran virus corona semakin tak terkendali.
Namun, selain itu, terdapat pula mutasi atau varian terbaru dari covid-19 ini.
Dikutip dari Surya.co.id, mutasi baru Virus Corona D614G dilaporkan telah terdeteksi di 13 negara, Mutasi D614G kemungkinan lebih menular namun lebih mudah dimatikan, Minggu (27/12/2020).
Penanganan pandemi Virus Corona masih terus berlangsung hingga saat ini.
Terbaru, ditemukan mutasi baru Virus Corona D614G yang terdeteksi di 13 negara yaitu Malaysia, Filiphina, Afrika Selatan, Singapura, Inggris, Belanda, Denmark, Australia, Italia, Irlandia Utara, Israel, Gibraltar, dan Perancis.
Sementara itu, riset dari kelompok kerja genetik dan tim Universitas Gadjah Mada, berhasil mengidentifikasi keseluruhan informasi genetik 19 sampel virus SARS-CoV-2 dari Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Dari jumlah itu, 17 di antaranya mengandung mutasi D614G (golongan GH dan GR). Sedangkan satu virus lainnya termasuk yang sesuai dengan susunan genom virus SARS-CoV-2 dari Wuhan China (golongan L) dan satu golongan O.
Berikut hal-hal yang perlu diketahui mengenai Mutasi Virus D614G
Apa itu Mutasi Virus?
Melansir artikel Kompas.com berjudul "Riset: Mutasi Virus Corona D614G Berpengaruh Besar di Indonesia" Mutasi virus merupakan perubahan sifat genetik atau struktur virus, yang terjadi saat virus berkembang biak di dalam sel tubuh inangnya.
Menurut Gunadi, Head, Genetics Working Group and Internationalisation, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada, Mutasi D614G mempunyai dampak yang serius: virus corona mutasi ini memiliki daya infeksi 10 kali lipat pada sel kultur, virus lebih bertahan di tubuh manusia, dan virus menyebar 20% lebih cepat antarmanusia.
Mutasi D614G juga berpengaruh terhadap jumlah virus corona yang lebih tinggi pada tubuh pasien Covid-19.
Apa Itu D614G?
Dalam laporan yang terbit di jurnal Science, para ilmuwan di University of North Carolina di Chapel Hill dan University of Wisconsin-Madison merinci mutasi virus corona D614G.
Ilmuwan sudah mengetahui adanya mutasi D614G sejak beberapa bulan lalu.
Penelitian sebelumnya menunjukkan kemungkinan mutasi D614G muncul di Eropa sebelum menjadi varian paling umum di dunia.
Studi baru ini mendukung gagasan tersebut. Mereka menemukan bahwa varian D614G bereplikasi lebih cepat dan lebih mudah ditularkan daripada virus yang berasal dari China.
Untuk lebih memahami varian ini, peneliti menginfeksi hamster dengan virus corona SARS-CoV-2 mutasi D614G dan varian asli.
Kemudian hamster itu ditempatkan di samping delapan hamster yang tidak terinfeksi. Udara bisa lewat di antara kandang, tetapi hamster tidak bisa menyentuh satu sama lain secara fisik.
Eksperimen menunjukkan bahwa varian D614G tersebut tampaknya mereplikasi sekitar 10 kali lebih cepat dan lebih menular.
"Kami melihat bahwa virus yang bermutasi (D614G) lebih mudah menular dibanding virus (asli). Ini mungkin menjelaskan kenapa virus corona yang bermutasi mendominasi manusia," kata Yoshihiro Kawaoka, penulis studi dan ahli virologi di Universitas Wisconsin-Madison, dilansir dari IFL Science, Jumat (13/11/2020).
D416G Kemungkinan Lebih Menular
"Virus D614G mengalahkan dan melampaui strain asli sekitar 10 kali lipat dan mereplikasi dengan sangat cepat dalam sel epitel hidung, yang merupakan organ penting potensial untuk penularan dari orang ke orang," tambah Ralph Baric, profesor epidemiologi di UNC Chapel Hill Gillings School of Global Public Health dan profesor mikrobiologi dan imunologi di UNC School of Medicine.
Baric menduga, kemungkinan varian D614G lebih mudah menular karena perubahan yang terjadi pada protein spike.
Mutasi D614G ditemukan memiliki "tutup" di ujung salah satu paku (spike), yang memungkinkannya menjadi lebih efektif dalam mengikat sel.
Namun, kekuatan pada mutasi D614G juga bisa menjadi titik lemahnya.
Para peneliti berpendapat, tutup di ujung salah satu spike juga berarti memudahkan vaksin dan antibodi untuk menonaktifkan virus.
Ini artinya, virus corona yang bermutasi mungkin lebih menular, tetapi tidak selalu menyebabkan penyakit yang lebih buruk.
Seperti yang ditunjukkan penelitian sebelumnya, D614G lebih mudah untuk masuk ke dalam sel dan lebih mudah ditularkan.
Namun, tidak ada korelasi yang signifikan antara orang yang terinfeksi virus D614G dan risiko rawat inap.
Mutasi D614G di Indonesia
Secara umum, SARS-CoV-2 dibedakan menjadi 8 golongan (clade) berdasarkan jenis mutasinya: L, S, V, G, GH, GR, GV dan O. Golongan G, GH, GR, dan GV mengandung mutasi D614G.
Berdasarkan hasil riset, virus dengan mutasi D614G ini pertama kali dideteksi di Indonesia pada awal April 2020 di Surabaya, Jawa Timur.
Virus jenis ini juga terdeteksi di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jakarta, Banten, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Bali.
Kami mengambil 110 sampel virus dari semua daerah tersebut. Pada awal pandemik, berdasarkan database SARS-CoV-2 Internasional GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data), virus SARS-CoV-2 di Indonesia didominasi oleh golongan L tanpa mutasi D614G.
Menariknya sampai akhir November 2020, saat ada 110 genom virus SARS-CoV-2 dari Indonesia di database GISAID, virus SARS-CoV-2 dengan mutasi D614G sudah mendominasi.
Ada 65 (59%) dari 110 virus dari Indonesia tersebut mengandung mutasi D614G. Hal ini sejalan dengan data persebaran virus SARS-CoV-2 di dunia.
Pada awal pandemi, virus dengan mutasi D614G hanya dijumpai sekitar 10%, lalu sampai akhir Maret naik mencapai 67%.
Sampai akhir November 2020, virus dengan mutasi D614G telah mendominasi dengan jumlah 90% virus di dunia.
Pergeseran dominasi virus dengan mutasi D614G ini terjadi awalnya di benua Eropa, kemudian diikuti di Amerika Utara, Oseania dan Asia.
Hal ini mengindikasikan persebaran virus tidak terlepas dari mobilitas manusia yang sangat dinamis.
Sampai 16 Desember 2020, jumlah pasien terkonfimasi Covid-19 secara global mencapai lebih dari 73 juta, dengan jumlah kematian di atas 1,6 juta orang.
Amerika Serikat (Amerika Utara), India (Asia) dan Brasil (Amerika Selatan) menjadi negara yang paling banyak kasus Covid-19.
Indonesia menyumbangkan kasus positif lebih dari 630.000 kasus per 16 Desember.
Menariknya, dalam riset kami, berdasarkan analisis asal virus, tiga virus dengan mutasi D614G dari Yogyakarta dan Jawa Tengah tersebut membentuk klaster tidak hanya dengan virus dari benua Asia, tapi juga dengan virus dari benua Eropa.
Sedangkan virus satunya (L) membentuk klaster dengan virus dari benua Asia saja.
Klaster di sini berarti virus mempunyai susunan kode genetik yang sama.
Saat ini karena sudah menjadi pandemik, sulit untuk melacak asal muasal virus tersebut. Sehingga kurang relevan saat ini untuk mendiskusikan asal virus SARS-CoV-2.
Baca Juga: Pesan Jokowi untuk Wamenkes yang Baru, Percepat Vaksinasi Demi Peroleh Herd Immunity yang Lebih Baik
Masih Diteliti
Menurut Gunadi, Pengaruh mutasi D614G terhadap pengembangan vaksin sampai saat masih diteliti lebih lanjut.
Belum ada pihak yang bisa memastikan bahwa vaksin akan bermanfaat untuk semua jenis mutasi SARS-CoV-2.
Riset-riset yang ada masih bersifat kontroversial. Misalnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa plasma pasien Covid-19 yang mengandung antibodi mampu melemahkan kedua jenis virus SARS-CoV-2 baik dengan atau tanpa mutasi D614G.
Namun sebaliknya, riset lain menunjukkan bahwa sekitar 7 persen plasma pasien Covid-19 yang mengandung antibodi menunjukkan penurunan kemampuan melemahkan virus SARS-CoV-2 dengan mutasi D614G.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa adanya mutasi D614G belum terbukti berpengaruh signifikan terhadap pengembangan vaksin corona saat ini.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judulApa itu virus D614G yang Disebut Varian Baru Virus Corona? Berikut Penjelasan Lengkapnya(*)