GridHot.ID - Publik Indonesia dihebohkan dengan kasusjual beli pulau tak berpenghuni diDesa Jinato, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Melansir Kompas TV, pulau yang dijual tersebut bernama Pulau Lantigiang.
Pulau Lantigiang kabarnya dijual Rp 900 juta, tapi baru dibayar DP rp 10 juta.
Kepolisian Resort Kepulauan Selayar yang menyelidiki kasus tersebut mengatakan, pihaknya sedang memeriksa tujuh orang saksi.
Hasilnya, diketahui bahwa Pulau Lantigiang dijual oleh Syamsu Alam kepada Asdianti sebagai pembeli.
"Kami telah memeriksa tujuh saksi termasuk Kepala Dusun Jinato Asryad. Masih ada saksi yang belum diinterogasi, seperti Kepala Desa Jinato Abdullah dan Sekdes Jinato Rustam," kata Paur Humas Polres Selayar Aipda Hasan, dikutip dari Kompas.com
Lantas, seperti apa Pulau Lantigiang itu?
Tentang Pulau Lantigiang Secara administratif, Pulau Lantigiang masuk ke dalam wilayah Desa Jinato, Kecamatan Takabonerate, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Baca Juga: Dari Filipina ke Papua, Polisi Bongkar Praktik Jual Beli Senjata, Satu Unitnya Berharga Puluhan Juta
Tak hanya itu, pulau ini juga termasuk dalam kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, yaitu kawasan pelestarian alam dengan ekosistem yang masih asli dan terjaga.
Status Taka Bonerate sebagai taman nasional itu berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 280/KPTS-II/1992 dengan luas 530.765 hektar.
Melansir laman Taman Nasional Taka Bonerate, Pulau Lantigiang memiliki luas sekitar 10 hektar dan tak berpenghuni.
Hanya memerlukan waktu 15-30 menit untuk mengelilingi seluruh pulau itu.
Keindahan dan Daya Tarik Wisata
Meski tak berpenghuni, Pulau Lantigiang memiliki daya tarik wisata berupa hamparan pasir pantai yang putih dan air laut yang sangat jernih, sehingga cocok untuk bersnokling.
Untuk menuju pulau itu dari Makassar, Ibu Kota Sulawesi Selatan, ada beberapa alternatif transportasi yang bisa digunakan.
Berikut di antaranya:
- Menggunakan pesawat dari Bandara Sultan Hasnuddin (Makassar) dengan tujuan Bandara H Aeropala ( Selayar) dan tersedia setiap hari.
- Menggunakan bus umum dari Bandara Sultan Hasanuddin menuju terminal bus Mallengkeri (Makassar), kemudian disambung dengan bus tujuan Kota Benteng (Selayar).
Nantinya, penumpang akan dibawa menyeberangi laut melalui Pelabuhan Bira (Bulukamba) selama 2 jam untuk sampai di Pelabuhan Pamatata (Selayar).
Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju kota Benteng dengan kisaran waktu 1,5-2 jam.
Selanjutnya menuju ke Pelabuhan Pattumbukan untuk menuju Pulau Jinato, gerbang masuk TN Taka Bonerate dengan waktu tempuh sekitar 6-7 jam dan 2,5 jam dengan kapal speed boat.
Dari Pulau Jinato itu, hanya 30-45 untuk tiba di Pulau Lantigiang.
Habitat peneluran penyu
Dikutip dari situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (4/3/2020), disebutkan Pulau Lantigiang merupakan habitat peneluran penyu.
Dari hasil pemantauan pada maret 2020, ditemukan 3 jejak dan sarang penyu, salah satunya berisi telur sebanyak 94 butir jenis Penyu Sisik.
Pihak Tim Resor Jinato kemudian mengamankan telur-telur penyu tersebut dengan memindahkannya ke tempat peneluran semi-alami yang berada di Resort Jinato.
Menurut Pengendali Ekosistem Hutan Resort Jinato Sunadi Buki mengatakan, telur tersebut biasanya akan menetas dalam 2 sampai dengan 3 minggu.
Pihak Resort selalu rutin melakukan pemantauan penyu di wilayah tersebut.
(*)