Gridhot.ID - Kim Jong Un memang terkenal sejak dulu atas kekejamannya dalam memimpin Korea Utara.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, pada bulan September 2020 lalu saja ada 5 pejabat tinggi Korea Utara yang ditembak mati gara-gara kritik rezim Kim Jong Un.
Kini yang terbaru, sang diktator kembali marah-marah di tahun 2021 ini.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memarahi kabinetnya karena kurangnya inovasi dan strategi cerdas dalam menyusun tujuan untuk rencana ekonomi lima tahun yang baru.
Hal itu diberitakan media pemerintah Korea Utara, KCNA, pada hari Jumat (12/2/2021).
Melansir Reuters, Partai Buruh yang berkuasa menyelesaikan rapat pleno empat hari pada hari Kamis, di mana Kim Jong Un juga memetakan visinya untuk urusan antar-Korea dan hubungan dengan negara lain, serta peraturan partai dan masalah personel.
Dengan ekonomi sebagai agenda utama, Kim meninjau rencana aksi untuk strategi lima tahun barunya, menghadapi sanksi internasional, penutupan perbatasan yang berkepanjangan dan pengurangan bantuan internasional di tengah pandemi virus corona.
Kim Jong Un menilai, kabinet tidak menyusun rencana yang baik dan tidak mengalami kemajuan signifikan dari yang sebelumnya, serta sangat gagal di hampir setiap sektor.
“Rencana tersebut tidak secara akurat mencerminkan ideologi dan pedoman partai serta kekurangan wawasan inovatif dan strategi cerdas,” kata Kim dalam pertemuan tersebut, seperti dilansir KCNA.
Dituliskan pula, "Karena kabinet hampir secara mekanis mengumpulkan angka-angka yang diberikan oleh kementerian, rencana untuk beberapa sektor meningkat secara tidak realistis dan yang lainnya telah menurunkan tujuan yang sudah mudah dicapai dan harus dilakukan."
Partai tersebut memutuskan untuk membangun 10.000 rumah di ibu kota Pyongyang tahun ini, menggantikan rencana konstruksi sebelumnya yang digambarkan Kim sebagai target yang terlalu rendah dan produk dari proteksionisme dan kekalahan dalam birokrasi.
Kim Jong Un juga menyerukan peningkatan kemandirian dan produksi barang dan bahan lokal, setelah perdagangan dengan China, yang menyumbang sekitar 90% pengiriman masuk dan keluar dari Korea Utara, anjlok lebih dari 80% tahun lalu karena ketatnya penguncian akibat Covid-19.
(*)