Gridhot.ID - Nama Irene Sukandar belakangan ini banyak menjadi sorotan usai diundang di Podcast Deddy Corbuzier untuk membahas masalah catur.
Sosoknya pun semakin dapat sorotan usai berhasil mengalahkan Dadang Subur alias Dewa Kipas dengan skor 3-0 pada pertandingan catur persahabatan.
Pertandingan catur persahabatan antara Dewa Kipas dan Irene Sukandar ini berlangsung di studio podcast Deddy Corbuzier pada Senin (22/3/2021) sore WIB.
Mengutip Kompas.com, Senin (22/3/2021), WGM Irene Sukandar berhasil unggul pada babak pertama dengan skor 1-0.
Ia kemudian kembali mengalahkan Dewa Kipas pada babak kedua dengan menggunakan bidak hitam.
Dewa Kipas akhirnya harus mengakui kekalahannya pada babak ketiga.
Irene Sukandar berhasil menutup pertandingan catur melawan Dewa Kipas dengan skor 3-0.
Terlepas dari pertandingan itu, Irene sendiri diketahui telah banyak memenangkan kejuaraan catur internasional.
Mengutip Tribunnews.com, Senin (22/3/2021), Irene Sukandar ternyata bukan orang sembarangan di dunia catur.
Pemilik nama lengkap Irene Kharisma Sukandar ini mempunyai gelar Grandmaster Wanita catur Indonesia.
Wanita kelahiran 7 April 1992 itu mulai bermain catur saat berusia tujuh tahun dengan turnamen internasional pertamanya pada usia sembilan tahun.
Mengutip en.chessbase.com, pada usia dua belas tahun, dia bermain di Olimpiade Calvia pada 2004 dan memperoleh medali perak.
Peringkat FIDE pertamanya adalah 2010 kemudian memperoleh gelar Women Grand Master (WGM) pada usia enam belas tahun di Olimpiade Dresden 2008, Jerman.
Ia juga mencatatkan sebagai wanita pertama Indonesia yang bergelar Grand Master Wanita.
Pada 2013, ia memperoleh gelar International Master gelar bagi pecatur laki-laki, setelah berjuang selama hampir enam tahun dan mencapai rating 2400.
Kiprah Irene di dunia catur sendiri dimulai saat mengikuti kejurnas catur tahun 1999 di Bekasi, Jawa Barat.
Saat itu tim Sumatera Selatan kekurangan satu pemain dan ia pun akhirnya didaftarkan oleh tim Sumsel.
Namun, ia tak berhasil memperoleh nilai dalam pertandingan di kiprah Irene di dunia catur dimulai saat mengikuti kejurnas catur tahun 1999 di Bekasi, Jawa Barat.
Saat itu tim Sumatera Selatan kekurangan satu pemain dan ia pun akhirnya didaftarkan oleh tim Sumsel. Namun, Irene gagal mendapatkan nilai di kejurnas catur.
Sejak itu Irene merasa tertantang dan ia serius belajar catur sampai akhirnya masuk Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) di Bekasi.
Di sekolah ini ia ditangani mantan pecatur nasional, MI Ivan Situru dan ia mulai memperlihatkan kemampuannya hingga memperoleh berbagai prestasi.
Pada 2001, di usia sembilan tahun ia telah meraih gelar Master Percasi (MP). Setelah itu, ia terus mencetak prestasi hingga memperoleh gelar Master Nasional Wanita (MNW) pada 2002.
Lalu di Olimpiade Catur di Malorca, Spanyol, ia juga berhasil merebut gelar Master FIDE Wanita (MFW).
Karena menuai banyak prestasi di bidang catur, Irene pun mendapatkan beasiswa kuliah.
Melalui kanal YouTubenya, Irene mengatakan bahwa catur telah membawa banyak kemanfaatan dalam hidupnya.
"Dari saya pribadi, saya bisa bilang catur ini ada uangnya, secara pemain profesional, contohnya sekarang saya di pelatnas."
"Saya di gaji oleh negara, saya bermain di kejuaraan luar negeri saya diberikan uang fee yaitu uang tampil, jadi sebelum main itu sudah diberikan."
"Dari segi pendidikan, dari S1 di Universitas Gunadarma sampai S2 di Webster University Amerika Serikat, dua-duanya saya mempunyai beasiswa penuh."
"Dari sisi pekerjaan, banyak teman-teman saya ataupun atlet catur lain yang bisa mendapat pekerjaan dari instansi yang cukup baik, dari instansi swasta maupun pemerintah mereka istilahnya dikejar-kejar untuk bekerja disana," jelas Irene.(*)