2 Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar Bagian dari Kelompok JAD, Komunikasi Lewat Medsos, Polri: Kalau Mau Amaliyah Mereka Akan Sampaikan di Telegram

Senin, 29 Maret 2021 | 19:42
(TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR)

Petugas Kepolisian melakukan olah TKP ledakan di Gereja Hati Yesus Yang Mahakudus atau Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021). Polisi menyatakan bom yang meledak tersebut merupakan bom bunuh diri.

GridHot.ID -Aksi bom bunuh diri di depan gerbang pintu depan halaman Gereja Katedral Makassar terjadi pada Minggu (28/3/2021) pukul 10.30 Wita.

Aksi tersebut dilakukan oleh dua orang pelaku.

Melansir Kompas.com, Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono menyebut kedua pelaku berboncengan dengan sepeda motor matic dengan nomor polisi DT 5984 MD.

Pelaku, lanjut Argo, melancarkan aksinya dengan berusaha memasuki halaman gereja. Namun, upaya tersebut berhasil dihentikan oleh security dari Gereja Katedral Makassar.

Baca Juga: Siapkan Bungker Senjata Kelas Berat 12 Teroris Didikan Al Qaeda yang Diciduk di Jawa Timur Sudah Rencanakan Aksi Bom Bunuh Diri, Polisi Selidiki Lokasi Tujuannya

"Pelaku sempat dicegah oleh security gereja tersebut tapi kemudian terjadilah ledakan itu," terang Argo.

Semenetara itu, mengutip Tribunnews.com,dua pelaku yang terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan tewas di tempat.

"Pelaku yang meninggal dunia ada 2 orang laki-laki dan perempuan," kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam keterangannya, Senin (28/3/2021).

Mantan Kabareskrim Polri ini mengungkapkan inisial pelaku berjenis kelamin laki-laki yakni L.

Baca Juga: Namanya Ada di Urutan Pertama, Wanita WNI Ditangkap Militer Filipina, Berhubungan dengan Abu Sayyaf Akan Lakukan Hal Ini

Sementara untuk pelaku perempuan masih diidentifikasi.

"Pelaku merupakan bagian dari kelompok JAD yang pernah melakukan pengeboman di Jolo Filipina," ungkap Sigit.

Dia meminta masyarakat agar tenang dan tidak panik paska teror bom bunuh diri. Masyarakat, menurutnya, diminta tetap melaksanakan aktivitas seperti biasa.

"Kami TNI-Polri akan memberikan keamanan dan kenyamanan kepada masyarakat," katanya.

Baca Juga: Bosan Kerja Kantoran dan Pikirannya Mudah Kena 'Sumbu Pendek', Indonesia Lagi Marak Gerakan Radikalisme Wanita, Berani Maju Di 'Garis Perang' Atasnamakan Jihad

Mantan Kapolda Banten ini menyampaikan terimakasih atas keberanian seorang satpam Gereja yang menahan pelaku agar tak masuk ke dalam gereja.

"Kami merasa prihatin sekarang sedang dirawat di rumah sakit polri karena lukanya dan semoga lekas sembuh," tandasnya.

Lebih lanjut, Sigit menyampaikan bahwa ada dua orang yang sudah selesai menjalani operasi.

"Kondisi korban sudah sadar dan bisa diajak bicara," ujarnya.

Baca Juga: Kepalanya Sempat Dihargai Rp 350 Miliar, Inilah Deretan Fakta Abu Bakar Al Baghdadi, Pemimpin ISIS yang Akhirnya Tewas Karena Bom Bunuh Diri

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Boy Rafli Amar, mengatakan penangkapan terduga teroris di pelbagai wilayah di Indonesia sepanjang tahun 2021 merupakan "langkah pencegahan lantaran banyak di antara mereka ditangkap pada masa perencanaan aksi teror".

Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar saat membuka acara Rapat Kerja Nasional Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Ke-VIII Tahun 2021 dengan tema “Kolaborasi untuk Indonesia”.

"Hal-hal yang terjadi belakangan hari ini bagian dari upaya menyetop aksi teror yang di dalam masyarakat terdapat sel-sel jaringan terorisme yang sudah berjalan," kata Boy Rafli Amar seperti dikutip Kompas TV, hari Minggu (28/3/2021).

Baca Juga: Tewaskan 14 Orang, Dalang Bom Bunuh Diri di Kota Jolo Disebut-sebut Wanita Indonesia, Perwira Militer Filipina Bongkar Sosoknya

Boy juga mengatakan, pihaknya terus menelusuri keberadaan sel-sel aktif JAD yang tersisa di Sulawesi Selatan dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah maupun pemuka agama.

Aktif di media sosial

Mabes Polri mengatakan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) lebih terstruktur di dunia maya daripada di lapangan.

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan hal tersebut berbeda dengan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) yang lebih terstruktur di lapangan.

"JAD tidak terstruktur di lapangan, beda dengan JI yang terstruktur di lapangan. Mereka terstrukturnya secara virtual," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2019) lalu.

Baca Juga: Cuma Selang Satu Jam, 2 Ledakan Bom Bunuh Diri Filipina Makan Korban Puluhan Tentara dan Warga Sipil, Petinggi Militer Menduga ISIS Jadi Biang Keroknya

Ia menjelaskan kelompok JAD akan memberi kabar terlebih dahulu apabila hendak melakukan aksi amaliyah.

Kabar itu diberikan melalui media sosial, dimana Telegram menjadi salah satu media sosial yang dimanfaatkan kelompok teroris tersebut.

"Intensitas komunikasinya di media sosial terstruktur dan sistematis. Kalau mau melakukan amaliyah, mereka akan sampaikan di Telegram maupun media sosial lainnya, misalnya 'Saya akan melakukan amaliyah pada hari ini'," kata dia.

Tapi dalam komunikasinya dia tidak akan menyebutkan secara detail siapa yang menjadi targetnya termasuk waktu dan tempatnya.

"Dia cukup men-declare akan melakukan amaliyah, mohon doanya, langsung dilakukan," katanya.

Lebih lanjut, mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu menuturkan bahwa aksi amaliyah yang dilakukan anggota kelompok tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing.

"Bergerak melakukan amaliyah dengan kemampuan masing-masing, kalau kemampuan membuat bom ya contohnya suicide bomber," katanya.

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Kompas.com, Tribunnews.com