Sebelumnya Dianggap Berbahaya hingga Bisa Ancam Kematian, China Justru Buat Vaksin Oplosan karena Diklaim Lebih Ampuh, Berikut Strateginya!

Senin, 12 April 2021 | 18:13
freepik

China berencana menggabungkan vaksin Covid-19.

Gridhot.ID-Kegiatan vaksinasi untuk mencegah penyebaran virus corona telah dilakukan di berbagai negara.

Melansir dari Kompas.com, ada beberapa jenis vaksin seperti, Pfizer, AstraZeneca, Sinovac, untuk mencegah corona.

Namun, belakangan ini malah muncul isu pencampuran vaksin karena menganggap keampuhan vaksin Covid-19 disebut-sebut mulai rendah.

Baca Juga: Dapat Rejeki Lebih di Tengah Pandemi, Mimpi Kakek 70 Tahun Penjaga Makam Menteng Pulo Ini Perlahan Terwujud: Lagi Nabung Buat Biaya Kuliah S2 si Bungsu

Untuk itu China mempertimbangkan mencampur berbagai vaksin Covid-19.

Rencana itu disampaikan oleh Gao Fu, kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.

"Pihak berwenang harus mempertimbangkan cara-cara untuk memecahkan masalah, bahwa tingkat efektivitas vaksin yang ada sekarang tidak tinggi," lapor kantor berita China The Paper mengutip perkataan Gao Fu.

Baca Juga: Istrinya Dituduh Hilang Perawan Sebelum Nikah, Atta Halilintar Mencak-mencak Tak Karuan, Ancam Bakal Lakukan Hal Ini ke Pelaku: Kalau Gentle Jangan Pakai Akun Fake!

Komentar Gao Fu ini adalah yang pertama kalinya seorang pakar ternama di "Negeri Panda", secara terbuka menyinggung kemanjuran vaksin virus corona China yang relatif rendah.

China sendiri terus gencar melakukan vaksinasi dan mengekspor vaksin corona ke seluruh dunia.

Negara pimpinan Xi Jinping itu sudah menyuntikkan sekitar 161 juta dosis sejak vaksinasi dimulai tahun lalu.

Mereka menargetkan 40 persen dari 1,4 miliar populasinya sudah divaksin Covid-19 pada Juni.

Namun ada beberapa orang yang tak kunjung mendaftar vaksinasi, sedangkan sebagian besar kehidupan di China sudah kembali normal dan kasus domestiknya terkendali.

Baca Juga: Tekuni Seni Bela Diri Sejak Remaja, Ternyata Yayan Ruhian Pernah Jadi Pelatih Silat Paspamres di Usia 20 Tahun: Awal Karier Sebelum Main Film

Gao sebelumnya menekankan cara terbaik untuk mencegah penyebaran Covid-19 adalah vaksinasi.

Dalam wawancara dengan media pemerintah baru-baru ini dia juga menuturkan, China ingin memvaksinasi 70-80 persen populasinya antara akhir 2021 sampai pertengahan 2022.

Saat konferensi pers di Chengdu pada Sabtu (10/4/2021), Gao menambahkan bahwa opsi untuk mengatasi masalah kemanjuran vaksin Covid-19 adalah dengan mengganti dosis vaksin dari teknologi berbeda.

Baca Juga: Etika Jadi Nomor Satu, Nagita Slavina Diharuskan Begini Saat Bertemu dengan Teman-teman Ibunya, Sahabat Rieta Amalia Dibuat Kaget Tak Percaya

Pilihan juga juga sedang dipelajari oleh para pakar kesehatan di luar China.

Gao mengatakan, para ahli tidak boleh mengabaikan vaksin mRNA hanya karena sudah ada beberapa vaksinasi yang jalan di China.

Dia pun mendesak pengembangan lebih lanjut.

Saat ini tidak ada vaksin mRNA yang beredar di pasar China, padahal teknologi itu dipakai oleh perusahaan-perusahaan vaksin ternama seperti Pfizer-BioNTech dan Moderna.

Kantor berita AFP mewartakan, di China ada empat vaksin yang telah disetujui secara bersyarat, tetapi tingkat kemanjurannya jauh di bawah Pfizer (95 persen) dan Moderna (94 persen).

Baca Juga: Hadirnya di Pernikahan Atta-Aurel Tuai Sorotan, Ternyata Jokowi Punya Kedekatan Historis dengan Kakak Ashanty Jauh Sebelum Jadi Presiden, Begini Cerita Lengkapnya yang Tak Banyak Orang Tahu

Hasil uji coba vaksin Sinovac di Brasil menunjukkan sekitar 50 persen kemanjuran dalam mencegah infeksi, dan 80 persen ampuh mencegah kasus yang memerlukan penanganan medis.

Sementara itu vaksin Sinopharm memiliki tingkat kemanjuran masing-masing 79,34 persen dan 72,51 persen.

Lalu vaksin CanSino keampuhannya 65,28 persen mencegah Covid-19 setelah 28 hari.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com, intisari-online