GridHot.ID - Eskalasi terburuk dalam konflik antara Israel-Palestina telah menewaskan puluhan korban jiwa.
Melansir Kompas.com, Israel mulai mengerahkan ribuan tentara ke perbatasan Gaza, sedangkan sayap bersenjata kelompok Palestina, Hamas, mengancam akan terus melanjutkan serangan roket dengan mengatakan bahwa menghantam kota seperti Tel Aviv lebih mudah dibandingkan meneguk air minum.
Juru bicara tentara Israel mengatakan, 3.000 tentara cadangan telah dipanggil untuk bersiap.
Dilansir dari Serambinews.com, kehadiran para sniper atau penembak jitu di tengah peperangan sangat ditakuti lawan.
Seperti yang terjadi pada konflik Jalur Gaza antara Palestina dan Israel yang hingga kini masih belum terselesaikan.
Pada Sabtu (21/7/2018) seorang tentara Israel tewas akibat tembakan sniper Hamas.
Kejadian tersebut membuat konflik di Jalur Gaza sempat mereda, karena terjadi gencatan senjata antara pasukan Israel dan warga Palestina.
Namun, kini kembali memanas.
Pasukan Israel yang selama ini menjadi superior di Jalur Gaza rupanya menjadi ketakutan.
Mereka bisa kapan saja menjadi sasaran tembakan sniper Hamas yang dilakukan secara senyap.
Hebatnya lagi, sniper Hamas yang sengaja membunuh satu orang tentara Israel di Jalur Gaza dalam melakukan aksinya layaknya seorang prajurit sniper sejati.
Karena, para pejuang Hamas sendiri tidak tahu siapa pelaku sesungguhnya.
Tentu saja aksi para sniper Hamas itu menciptakan kekacauan dan ketakutan di kalangan pasukan Israel.
Akibat kejadian itu, Angkatan Udara Israel kemudian melancarkan serangan udara secara membabi buta di Jalur Gaza.
Serangan yang dilakukan sniper itu merupakan serangan pertama kali oleh Hamas yang telah menggempur Israel sejak tahun 2014.
Hamas memang memiliki pasukan sniper yang sangat terlatih, namun mereka merasa tidak bertanggung jawab atas terbunuhnya prajurit Israel oleh tembakan sniper.
Diketahui bahwa persenjataan para sniper Hamas bukan senjata sembarangan.
Senjata para sniper Hamas itu berasal dari Austria dan Iran yang sudah terbukti dalam pertempuran.
Untuk senjata sniper buatan Austria, Hamas memakai senapan Styer HS 50 yang bisa menembak sasaran secara akurat pada jarak 1,5 km.
Sementara, di Indonesia senjata Styer ini juga menjadi pegangan sniper pasukan Brimob Polri.
Sedangkan untuk senjata sniper buatan Iran yang dimiliki Hamas dikenal merupakan senjata yang sangat ‘mengerikan’, yakni Sayad- 2.
Sayad-2, sebagai senjata sniper, merupakan senapan penembus material yang biasa digunakan untuk melumpuhkan sniper musuh (countersniper) pada jarak 2 km.
Misalnya target yang diincar sedang berlindung di balik tembok.
Senapan Sayad-2 yang pelurunya bisa menembus tembok ini menjadikan target bisa dilumpuhkan sniper secara akurat dan luka akibat tembakan pun sangat mengerikan.
Luka yang diakibatkan oleh hantaman peluru kaliber 50 BMG dari senapan Sayad-2 itu bisa langsung menembus tubuh dengan luka besar menganga.
Jika peluru Sayad-2 menembus rompi antipeluru, bisa sampai menghantam kepala targetnya, maka kepala korban bisa hilang separuh atau hilang sama sekali.
Masuk akal jika pasukan Israel menjadi sangat ketakutan terhadap sniper Hamas, karena luka yang sangat mengerikan dan korbannya nyaris sulit ditolong itu.(*)