Gridhot.ID - Wabah covid-19 memang belum berakhir.
Sudah setahun lebih seluruh dunia mengalami krisis ekonomi akibat wabah covid-19 yang menyebar secara keji.
Bahkan perusahaan sekelas Garuda Indonesia sampai memutuskan melakukan manuver ekstrim.
Dikutip Gridhot dari Kontan, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menawarkan program pensiun dini karyawan.
Manajemen GIAA berdalih langkah itu diambil sebagai upaya untuk memulihkan kinerja maskapai plat merah tersebut di tengah tekanan pandemi covid-19.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) pun buka suara terkait tawaran tersebut.
Ketua Harian Sekarga Tomy Tampatty membeberkan, pihaknya sudah menyampaikan tanggapan kepada direksi GIAA mengenai langkah restrukturisasi perusahaan.
Sedangkan mengenai tawaran pensiun dini, Tomy menyampaikan bahwa Sekarga tidak dalam posisi mendukung ataupun menolak.
Tapi, dia menegaskan Sekarga memahami kondisi perusahaan Garuda Indonesia yang saat ini tengah lesu terhantam pandemi.
Sekarga mengingatkan, rencana restrukturisasi dengan pengurangan pekerja wajib dibicarakan dengan serikat karyawan.
Hal itu sesuai dengan undang-undang dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang berkaitan dengan hubungan industrial.
Yang pasti, Tomy menekankan bahwa pihaknya menolak jika nantinya perusahaan melakukan PHK secara sepihak.
Selain menyalahi undang-undang dan PKB, Tomy mengingatkan bahwa Presiden Joko Widodo juga telah melarang perusahaan melakukan PHK secara sepihak.
"Kami memahami jika pengurangan dilakukan dengan cara penawaran pensiun dini, dan kami menyatakan menolak dengan tegas jika perusahaan melakukan PHK secara sepihak, karena itu menyalahi undang-undang dan PKB," kata Tomy kepada Kontan.co.id, Minggu (23/5/2021).
Untuk menjaga keberlangsungan bisnis perusahaan, imbuh Tomy, pihaknya mendukung upaya manajemen GIAA melakukan renegosiasi dengan lessor dan vendor.
Langkah ini mesti dilakukan secara lebih maksimal, sembari melakukan upaya peningkatan pendapatan.
Adapun, pendapatan GIAA dapat didongkrak melalui pengelolaan potensi cargo, gudang kargo dan potensi charter.
"Pengelolaan potensi corporate account ini perlu ada upaya yang lebih maksimal karena potensi pasarnya cukup besar," sambung Tomy.
Sekarga pun optimistis kinerja GIAA akan merangkak naik dan kembali pulih.
Tomy yakin, bisnis penerbangan akan kembali bertumbuh seiring dibukanya destinasi wisata baik domestik maupun internasional.
Selain itu, ada ibadah haji dan umroh, juga perjalanan dinas dari instansi pemerintahan maupun swasta.
"Kami tetap optimis ke depan pertumbuhan bisnis penerbangan akan menggeliat lagi dan untuk penyelamatan aset bangsa flag carrier Garuda Indonesia, kami memohon bantuan dan dukungan dari menteri BUMN, menteri keuangan, Komisi VI dan Komisi XI DPR-RI, bapak presiden dan seluruh rakyat Indonesia," pungkas Tomy.
Sebelumnya Direktur Utama Garuda Indonesia (GIAA) Irfan Setiaputra dalam keterangan resmi, Jumat (21/5/2021) menyampaikan bahwa pihaknya tengah dalam tahap awal penawaran program pensiun yang dipercepat, bagi karyawan yang memenuhi kriteria dan persyaratan keikutsertaan program tersebut.
Menurut Irfan, penawaran program ini dilakukan sejalan dengan upaya pemulihan kinerja usaha yang tengah dijalankan GIAA supaya bisa lebih sehat, serta adaptif menjawab tantangan kinerja usaha di era kenormalan baru.
Irfan menambahkan, situasi pandemi yang masih terus berlangsung hingga saat ini mengharuskan GIAA melakukan langkah penyesuaian aspek supply & demand di tengah penurunan kinerja operasi imbas penurunan trafik penerbangan yang terjadi secara signifikan.
Dia menegaskan, program pensiun dipercepat ini ditawarkan secara sukarela terhadap karyawan yang telah memenuhi kriteria.
Irfan bilang, kebijakan ini menjadi penawaran terbaik yang dapat manajemen GIAA upayakan terhadap karyawan di tengah situasi pandemi, yang mengedepankan kepentingan bersama seluruh pihak baik karyawan maupun Garuda.
"Ini merupakan langkah berat yang harus ditempuh perusahaan. Namun opsi ini harus kami ambil untuk bertahan di tengah ketidakpastian situasi pemulihan kinerja industri penerbangan yang belum menunjukkan titik terangnya di masa pandemi Covid-19 ini," tutup Irfan.
(*)