GridHot.ID - Kementerian Pertahanan (Kemenhan) yang dipimpin Prabowo Subianto menginisiasi rencana pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) senilai Rp 1.700 triliun.
Namun demikian, pengadaan alutsista tersebut dinilai sangat berlebihan.
Apalagi, pengadaan alutsista itu dilakukan melalui skema pinjaman dana luar negeri yang dikhawatirkan akan membebani keuangan negara di masa depan.
Melansir Kontan, anggota Komisi I DPR dari Fraksi PAN, Farah Puteri Nahlia, menentang rencana Kemenhan berutang Rp 1.700 triliun untuk pembelian Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista).
"Saat ini Indonesia sedang menghadapi pandemi Covid 19. Upaya penanganan menjadi prioritas utama pemerintah agar ekonomi kita kembali pulih," ujar Farah dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Minggu (6/6/2021).
"Upaya menjaga ketahanan ekonomi masyarakat lebih urgen dan mendesak dilakukan tanpa mengurangi visi strategis penguatan pertahanan militer," sambungnya.
Anggota DPR termuda periode 2019-2024 ini menilai, pembelian alat peralatan pertahanan keamanan (Alpahankam) atau Alutsista dengan anggaran sebesar itu tergesa-gesa dan belum terencana secara matang.
Sebab, dalam pertahanan nasional perlu membaca visi menjadi strategi lalu menjadi doktrin pertahanan untuk membuat roadmap yang sesuai dengan Nawacita.
Sosok Farah Puteri Nahlia
Melansir TribunnewsWiki.com, Farah Puteri Nahlia lahir di Semarang, 2 Januari 1996 dari pasangan H. M. Fadil Imran dan Ina Adiati.
Farah Puteri Nahlia bersekolah di SD Al Kamal, Kebon Jeruk pada tahun 2000 hingga 2007.
Saat menduduki bangku SMP, Farah Puteri Nahlia sudah menunjukkan jiwa kepemimpinannya dengan menjadi Wakil Bendahara di OSIS.
Lulus dari SMP Al Azhar Bumi Serpong Damai, Tangerang pada tahun 2010, Farah Puteri Nahlia melanjutkan studi ke Sinarmas World Academy (SWA).
Gelar D3-nya ia peroleh dari University Foundation Programme, David Game College London.
Farah Puteri Nahlia telah menamatkan studi S1 dan S2 di bidang politik dan hubungan internasional di Royal Holloway, University of London.
Ia mengambil jurusan bidang politik dan hubungan internasional.
Selama berkuliah, Farah Puteri Nahlia terlibat aktif dalam beberapa organisasi seperti English Teaching Programme pada tahun 2011.
Tahun 2012, ia juga berpartisipasi dalam Habitat for Humanity Indonesia, sebuah LSM yang membantu pembangunan atau perbaikan rumah tinggal sehingga menjadi hunian yang layak, sederhana, dan terjangkau untuk keluarga berpenghasilan rendah.
Karier
Farah Puteri Nahlia pernah menjabat sebagai Komisaris Utama Masa Studio pada tahun 2018.
Selain itu Ia juga pernah menjalani masa magang di Direktorat HAM dan Kemanusiaan, Direktorat Jendral Kerjasama Multilateral Kementerian Luar Negeri di tahun yang sama.
Setelah enam tahun tinggal di luar negeri, Farah Puteri Nahlia memilih untuk kembali ke Indonesia.
Menurutnya percuma kalau ilmu yang telah ia dapat tidak diwujudkan untuk pembangunan dan keperluan tanah airnya.
Farah Puteri Nahlia memang merupakan sosok yang sangat cinta dan peduli terhadap Indonesia.
Hal ini dibuktikan ketika ia pernah membantu memulangkan TKW asal Subang yang bermasalah di luar negeri.
TKW bernama Ibu Een itu sudah lama tidak digaji dan tidak dapat pulang dari negara tempat dia bekerja meskipun sudah beberapa kali berusaha.
Berkat koordinasi Farah Puteri Nahlia dengan BPNTKI, akhirnya keinginan Ibu Een dapat tercapai.
Sejak saat itulah tergugah hati Farah Puteri Nahlia untuk menjadi anggota dewan.
Farah Puteri Nahlia berkeinginan untuk memanfaatkan ilmunya ke dalam perancangan UU di bidang pertahanan dan keamanan, intelijen, dan informasi publik.
Ia terutama tertarik dengan isu terkait hak-hak TKI karena di dapil saya sendiri banyak yang bekerja sebagai TKI.
Dari kasus Ibu Een, Farah Puteri Nahlia mempelajari Subang, Majalengka dan Sumedang (SMS).
Tiga kota yang ia singkat menjadikan SMS sebagai daerah pemilihannya.
Farah Puteri Nahlia menyampaikan terkait program lima tahun kedepan, saat dirinya lolos menjadi anggota DPR, akan membentuk Paguyuban Neng Farah.
Organisasi itu bertujuan untuk menyerap aspirasi masyarakat sebagai bahan kebijakan dalam membangun Subang, Majalengka, dan Sumedang.
Selain itu, Farah Puteri Nahlia juga berencana melakukan pengembangan UMKM untuk mendorong ekonomi masyarakat kecil.
Akan ada skill training memasak produk khas lokal, menjahit atau bimbel atau konsultasi gratis untuk para pelajar.
Farah Puteri Nahlia menjadi kader Partai Amanat Nasional (PAN) untuk daerah pemilihan Jabar IX (Kabupaten Garut dan Tasikmalaya) dan berhasil mengantongi 113.263 suara.
Sesuai latar belakang keilmuannya, Farah Puteri Nahlia duduk sebagai anggota Komisi I yang membidangi pertahanan, luar negeri, komunikasi dan informatika, serta intelijen.
(*)