Find Us On Social Media :

Buat Orang-orang Teringat dengan Gilang Jarik, Akun FB Herman Zent Viral Gara-gara Posting Foto Istrinya yang Dibungkus Kain Hingga Seperti Mumi, Dokter Kejiwaan Angkat Bicara

postingan bungkus-bungkus yang viral

Gridhot.ID - Siapa yang tak ingat dengan sosok Gilang Jarik?

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Gilang jarik sempat viral akibat kasus pelecehan seksual yang menjeratnya karena dirinya diduga memiliki fetish orang yang terbungkus jarik.

Kini ada lagi penemuan orang lain yang melakukan hal yang serupa.

Kelakuan tak lazim suami yang hobi bungkus istri pakai kain dari atas kepala hingga ujung kaki viral di media sosial.

Dikutip Gridhot dari Tribun Solo, adapun akun Facebook Herman Zent memposting foto ia membungkus istrinya layaknya seorang mumi.

Sang istri itu tampak menurut dibungkus oleh suaminya pakai kain berbeda-beda dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Ada yang dibungkus kain warna krem keemasan hingga warna ungu.

Baca Juga: Sudah Lama Damai, Luna Maya Berani Ungkap Momen Pertemuannya dengan Cut Tari Setelah Perang Dingin Akibat Kasus Ariel: Kayak Korsel sama Korut!

Wajahnya juga ikut ditutup kain.

Ada juga foto wanita itu sedang pakai jilbab panjang warna putih seperti mukena.

"Bungkus-bungkus istri lagi," tulis Herman Zent di akun Facebooknya, dikutip TribunnewsBogor.com.

Di beberapa foto lain, perempuan yang sudah dibungkus itu mengenakan setelan kemeja dan rok hitam panjang dengan jilbab warna hitam, layaknya penampilan pegawai kantoran.

Setelah itu, perempuan yang wajahnya tidak kelihatan itu dminta berpose khusus untuk sang suami.

Meski begitu, foto-foto yang ditampilkan itu memiliki kesamaan, yakni wajah wanita itu selalu ditutupi dengan kain pada setiap fotonya.

Dalam caption postingannya, Herman Zent menegaskan bahwa sosok wanita yang dibungkus itu adalah istrinya sendiri.

Baca Juga: Baru Saja Negatif, Syahnaz Justru Kembali Bagikan Kabar Pilu, Kini Giliran Sang Suami yang Positif Covid-19, Unggahannya Langsung Dibanjiri Doa oleh Para Sahabat

"Bungkus-bungkus istri, yang dibungkus istri sendiri, jadi gak ada yang dirugikan," tulis tulis Herman Zent di akun Facebooknya sambil menyelipkan emoji tersenyum.

"Kembali menekankan, bahwa yang difoto itu adalah istri saya sendiri. Jadi tidak ada pihak yang dirugikan. Camkan itu," tegasnya lagi.

Meski postingan Herman Zent itu diunggah pada November 2020, namun kini netizen kembali dibuat geger.

Aksi Herman Zent ini membuat netizen teringat dengan sosok Gilang fetish yang membungkus para wanita pakai kain jarik.

Gilang Fetish diketahui sempat bikin heboh akibat aksinya yang membungkus para wanita dengan kain jarik di bulan Juli 2020.

Disebutkan, Herman Zent memiliki fetish kepada seseorang yang terbungkus seperti mumi, meski itu istri sendiri.

Apa Itu Fetish?

Baca Juga: Kapok hingga Ngaku Insyaf, Andre Taulany Pasrah Saat Diledek Gara-gara Elus Pundak Ayu Ting Ting, Ayu Dewi: Kemarin Diomelin Ya?

Dilansir dari Youtube tvOneNews, psikolog Kasandra Putranto awalnya menjelaskan terlebih dahulu apa itu fetish.

Menurut sang psikolog, fetish termasuk ke dalam kelainan seksual atau penyimpangan seksual.

Gejalanya seperti orang tersebut mengagumi suatu objek secara berlebihan.

Selain bagian tubuh lain, bisa juga kepada benda mati, misalnya sepatu, sendal, baju, bagian baju dalam dan sebagainya.

Bahkan, hanya dengan memandang objek saja, dia dapat mencapai orgasme.

"Fetish itu adalah gangguan atau penyimpangan seksual di mana seseorang mencari pemuasan kebutuhan dari benda-benda mati dan bagian tubuh yang non alat reproduksi.

Bisa jadi itu kaki, tangan, kuku, jempol. Tapi bukan bagian yang biasanya dan wajarnya orang-orang lain secara normal misalnya," jelas Kasandra.

Baca Juga: Pernah Jadi Korban Pelecehan Seksual, Cinta Kuya Tak Berani Cerita ke Uya Kuya dan Astrid: Aku Tu Pakai Baju Biasa Lho

Dilansir dari The AsianParents, fetish bukanlah suatu hal yang dapat dengan mudah diketahui.

Hal ini karena saat cenderung menyukai sebuah fetish, maka akan langsung menikmatinya, tanpa mengkategorikan fetish tersebut terlebih dahulu.

Misalnya, seorang lelaki punya fetish pada sepatu hak tinggi.

Maka dia tidak akan orgasme apabila pasangan seksualnya tidak menggunakan sepatu hak tinggi ketika sedang berhubungan seks dengannya.

Sementera itu, menurut dr. Alvina, Sp.KJ, dokter spesialis kedokteran jiwa dari Primaya Hospital Bekasi Barat menerangkan bahwa fetish adalah objek yang tidak hidup.

"Fetish adalah objek yang tidak hidup," kata Alvina kepada Kompas.com.

Sementara fetishim adalah penggunaan objek yang tidak hidup sebagai metode untuk membuat seseorang terangsang secara seksual.

Alvina mengatakan, fetishism mungkin bisa terjadi saat anak menjadi korban atau anak melihat penyimpangan seksual.

Baca Juga: Ashanty Akui Rasakan Perubahan Besar Setelah Lakukan Pengobatan di Turki: Dokter Bilangnya dari Pikiran

Namun ada juga teori yang mengatakan bahwa perilaku fetishism bisa berkembang di masa pubertas.

Fetishism belum tentu gangguan jiwa sepanjang tidak menimbulkan distres dan tidak menimbulkan gangguan fungsi.

Lantas, apakah kondisi ini berbahaya untuk diri sendiri dan orang lain?

Ketika fetishism sudah menimbulkan distres dan gangguan fungsi, tentu bisa menimbulkan dampak buruk bagi dirinya dan orang lain.

Dampak buruk bagi orang lain dapat timbul bila perilaku fetishism melanggar hak orang lain dalam rangka mencari objek fetish.

"Misalnya seseorang jadi mencuri pakaian dalam dan menimbulkan rasa tidak aman bagi lingkungan," kata Alvani.

Selain itu, orang dengan fetishism biasanya disertai gangguan mental lainnya.

Apakah fetishism dapat disembuhkan?

Fetishism belum tentu gangguan jiwa sepanjang tidak menimbulkan distres dan tidak menimbulkan gangguan fungsi.

Baca Juga: Akui Dirinya Sering Lontarkan Kata-kata di Persidangan, Rizieq Shihab Minta JPU Tidak Dendam dengan Omongannya: Jangan Diambil Hati...

Untuk memenuhi kriteria gangguan jiwa, seseorang dengan fetishism harus mengalami distres yang bermakna dan gangguan fungsi seperti merasa terganggu atau menderita dengan kondinsinya.

"Saat menjadi gangguan, diagnosisnya menjadi gangguan fetihistik," kata Alvina.

Menurut Alvina, gangguan fetihistik bisa diterapi dengan berbagai modalitas psikoterapi baik individual maupun kelompok.

Selain dilakukan psikoterapi, seorang psikiater juga dapat memberikan terapi obat-obatan dan hormon untuk membantu penyembuhan penderita fetishism.

Karena perilaku fetishism dapat terbentuk sejak masa anak-anak dan pubertas, untuk menghindarinya, Alvina mengimbau masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang ramah anak.

Selain itu juga peduli pada kesehatan anak baik secara fisik maupun mental dan bersikap melindungi anak dari paparan kekerasan.

"Baik kekerasan fisik, mental, maupun seksual," tutupnya.

(*)