GridHot.ID - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un menyiratkan negaranya berada dalam krisis besar.
Melansir Kompas.com, pernyataan itu jelas menjadi kabar mengejutkan di negara yang sampai saat ini mengeklaim tidak ada kasus virus corona.
Ketika corona mewabah pada Februari 2020, negara yang menganut ideologi Juche itu langsung menutup perbatasannya.
Keputusan itu, ditambah tekanan sanksi internasional, membuat ekonomi mereka anjlok dengan krisis pangan melanda.
Kim Jong Un sebelumnya sudah menyatakan, terdapat "masalah serius" di makanan dan meminta publik bersiap untuk situasi terburuk.
Hingga pada akhirnya, dilansir dari Kontan.co.id, krisis pangan di Korea Utara diprediksi akan memasuki fase terparah bulan depan, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, FAO, melaporkan pada hari Senin (5/7/2021).
Dalam laporannya, FAO menyebut bahwa Korea Utara menghadapi kekurangan pangan sekitar 860.000 ton tahun ini. Mereka memperingatkan bahwa negara itu dapat mengalami masa sulit pada bulan depan.
Korea Utara selama bertahun-tahun berjuang menghadapi sanksi internasional atas senjata nuklir dan program rudal balistiknya.
Sanksi tegas banyak negara membuat Korea Utara sulit melakukan kerja sama perdagangan, sehingga pasokan makanan untuk rakyatnya sendiri menjadi sulit didapatkan.
Laporan FAO yang dikutip Channel News Asia menyebutkan bahwa Korea Utara diproyeksikan akan menghasilkan 5,6 juta ton biji-bijian tahun ini. Jumlah tersebut masuk ke kategori "hampir rata-rata" dunia.
Jumlah itu kurang 1,1 juta ton dari jumlah yang dibutuhkan untuk memberi makan seluruh penduduk Korea Utara.
Dengan impor komersial yang secara resmi direncanakan sebesar 205.000 ton, Korea Utara kemungkinan akan menghadapi kekurangan pangan sekitar 860.000 ton.
"Jika kesenjangan ini tidak bisa ditutupi dengan impor komersial dan/atau bantuan pangan, rumah tangga (Korea Utara) dapat mengalami paceklik yang berat dari Agustus hingga Oktober," ungkap FAO.
Di sisi lain, Pyongyang masih tetap menutup perbatasannya sejak Januari tahun lalu untuk melindungi diri dari pandemi. Akibatnya, perdagangan dengan Beijing, yang merupakan mitra utamanya, melambat. Bantuan internasional juga telah meninggalkan negara itu.
Pandemi Covid-19, serangkaian badai, serta banjir yang melanda Korea Utara tahun lalu jadi penyebab krisis pangan sejauh ini.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, bahkan telah memperingatkan rakyatnya bahwa situasi makanan semakin tegang dan meminta semuanya untuk bersiap menghadapi situasi terburuk.
Korea Utara diharapkan bisa menjauh dari bencana kelaparan nasional parah yang sempat terjadi tahun 1990-an, yang menewaskan ratusan ribu orang.(*)