Find Us On Social Media :

Disatroni Orang Bersenjata Api Ngaku Agen DEA, Presiden Haiti Jovenel Mose Tewas Tertembak di Kediamannya, Dubes Edmond: Ada Video, Kami Yakin Tentara Bayaran

Presiden Haiti, Jovenel Moise

GridHot.ID - Presiden Haiti, Jovenel Moise (53) tewas dalam insiden penembakan pada Rabu (7/7/2021).

Melansir TribunJateng.com, orang-orang bersenjata api menyerang rumah presiden Haiti Jovenel Moise pada Rabu (7/7/2021) pukul 01.00 dinihari waktu setempat.

Akibatnya sang pimpinan negara itu tewas tertembak, dan sang istri kritis dengan luka senjata api.

Baca Juga: Didekapannya Ada Bocah 11 Tahun yang Tersedu Kehilangan Ayah dalam Insiden Kapal Tenggelam, Bupati Jembrana Ngaku Bakal Jadi Bapak Angkat: Saya Siap

Sementara itu, dilansir dari Kompas TV, pembunuhan terhadap Presiden Haiti, Jovenel Moïse (53) di kediamannya pada Rabu (7/7/2021) dinihari diduga dilakukan oleh sekelompok pembunuh bayaran yang menyamar menjadi agen Penegak Hukum Narkoba Amerika Serikat (AS), DEA. Hal ini diungkapkan oleh Duta Besar Haiti untuk AS, Bocchit Edmond.

“Serangan terhadap Moïse tampaknya dilakukan oleh tentara bayaran asing dan pembunuh profesional, (serangan) diatur dengan baik,” ujar Edmond seperti dilansir dari Associated Press, Rabu (7/7/2021).

Lewat rekaman video yang diperoleh polisi, diduga serangan itu dilakukan oleh tentara bayaran.

Baca Juga: Dijadikan Markas hingga Warganya Sering Jadi Korban Teror KKB Papua Pimpinan Egianus Kogoya, Terungkap Kondisi Distrik Mappenduma Setelah Ditinggal Penghuninya, Satgas Pamrahwan: Sepi

“Saya tak mau mendahului penyelidikan. Tapi kami punya video dan kami yakin, pelakunya adalah tentara bayaran,” kata Edmond.

Lebih lanjut, Edmond menerangkan, lewat rekaman video itu, diketahui para pelaku pembunuhan yang datang ke kediaman Moïse, berbahasa Spanyol dan mengaku sebagai agen DEA.

“Ini bukan cara operasi DEA di Haiti. Setiap ada operasi, selalu direncanakan dengan baik antara kedutaan besar AS dan kepolisian Haiti,” terang Edmond.

Menurut kedutaan besar AS, DEA memiliki kantor di Ibu Kota Haiti, Port-au-Prince, untuk membantu pemerintah Haiti dalam program kontra-narkotika.

Sementara itu, kondisi ibu negara, Martine Moïse yang turut mengalami luka tembak dalam serangan itu dilaporkan stabil, meski masih dalam kondisi kritis. Upaya tengah dikerahkan untuk memindahkan Martine ke Miami untuk perawatan lebih lanjut, kata Edmond.

Baca Juga: Berkhianat Membelot ke KKB Papua, Inilah Senaf Soll Pecatan TNI yang Berulah di Yahukimo, Diduga Tembak Mati Kepala Suku dan 4 Pekerja Jembatan

Perdana Menteri sementara, Claude Joseph, menyatakan, polisi dan tentara Haiti dikerahkan untuk mengendalikan keamanan di Haiti.

Namun, kendati Joseph meyakinkan bahwa ketertiban akan diberlakukan, kebingungan tentang siapa yang harus mengambil alih kendali, meluas.

Rakyat Haiti juga cemas dan gelisah. Pihak berwenang mengumumkan “keadaan pengepungan” di Haiti dan menutup bandara internasional.

Haiti juga telah meminta pemerintah AS untuk membantu penyelidikan pembunuhan yang dipimpin oleh kepolisian nasional Haiti.

Baca Juga: KKB Papua Kedatangan Malaikat Mautnya, 400 Prajurit Batalyon Pasukan Setan Siap Berangkat untuk Tumpas Para Anggota Kelompok Kriminal

Gedung Putih sendiri belum mengonfirmasi tentang bantuan itu, namun Edmond yakin, AS akan segera turun tangan membantu.

Beberapa bulan sebelumnya, Haiti juga telah berulang kali meminta bantuan keamanan tambahan pada AS.(*)