"Semua keluhan ditangani oleh masing-masing spesialis, misalnya bapak masuk RS mengeluh sesak napas, terus kemudian mengeluh sakit perut, nanti konsul (tasi) ke siapa? Nah, dari beberapa spesialis yang menangani itu, masing-masing memberi obat tanpa melihat obat yang lain lagi, jadi obatnya udah macem-macem yang diminum, kalo udah begitu apa namanya?" dia mencoba menjelaskan logika tubrukan obat ke host PBA.
Dia juga menyangsikan alat-alat pendeteksi covid-19 yang selama ini dipakai banyak orang dan kerap mempositifkan pasiennya.
"Masa dari alat yang hasilnya berubah-ubah itu kita langsung percaya sakit," katanya lagi.
Tak hanya menyebut soal tak percaya Covid-19, dia pun meyakini bahwa kalo pun benar ini menjadi pandemi, nampaknya Lois lebih menyebut kejadian ini sebagai "plandemi" yang artinya pandemi yang direncanakan.
Lantas, siapa dokter Lois yang berani menentang kenyataan sekarang, melawan pendapat dokter di seluruh dunia, WHO dan tentu saja alat-alat medis yang disebut kerap "mencovidkan" pasiennya?
Dikutip dsri Tribunnews, sosok dr. Lois yang bernama lengkap Lois Owien ini diketahui tidak berstatus dokter lagi.
Ditengarai Surat Tanda Registrasi (STR) dokter yang dimilikinya sudah tidak aktif sejak 2017.
Selain itu nama Lois Owien juga tidak terdaftar dalam keanggotaan di Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia.