Ada Campur Tangan Putra Indonesia di Penemuan Vaksin AstraZeneca, Ini Peran Indra Rudiansyah di Tim Sarah Gilbert yang Dipuji Dunia Setinggi Langit

Selasa, 20 Juli 2021 | 20:42
Dok. KPCPEN dan istimewa via Kompas.com

Ini dia sosok Indra Rudiansyah yang ikut bantu penemuan vaksin Astrazeneca untuk tangkal covid-19

Gridhot.ID - Dunia kini memang berusaha kembali pulih dari wabah covid-19 yang mengerikan.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, sudah banyak vaksin yang beredar di dunia dan digunakan banyak orang untuk membantu memperkuat imun mereka dari serangan covid-19.

Salah satu yang sedang dapat perhatian lebih adalah vaksin AstraZeneca hasil dari tim pimpinan Sarah Gilbert.

Selain Sarah Gilbert, ada putra Indonesia yang terlibat dalam penemuan vaksin AstraZaneca (AZ) untuk menangkal Covid-19.

Baca Juga: Diduga Direkam di Salah Satu Kantor di Ende NTT, Viral 28 Oknum Satpol PP Asyik Pesta Miras dan Berdansa Saat PPKM Darurat, Disebut Sudah Diberi Sanksi Ini

Dikutip Gridhot dari Kontan, Sarah dibantu sejumlah peneliti dari berbagai latar belakang, termasuk Indra Rudiansyah yang berasal dari Indonesia.

Sosok Sarah Gilbert baru-baru ini viral di media sosial karena mendapatkan penghormatan khusus saat menonton pertandingan tenis Wimbledon.

Ia bersama sejumlah rekannya berjasa pada kemanusiaan dengan menciptakan AZ, vaksin Covid-19 termurah yang dipakai di berbagai negara.

Ternyata, ada andil anak bangsa Indonesia dalam riset yang dilakukan di Universitas Oxford, Inggris ini.

Baca Juga: Pesona Amanda Manopo di Ikatan Cinta Mulai Tergeser, Sosok Pemeran Baru Nadya Arina Berhasil Curi Perhatian Fans, Berikut Biodatanya

Indra Rudiansyah, mahasiswa doktoral salah satu kampus tertua di dunia ini, tergabung dalam tim Jenner Institute pimpinan Sarah.

Tim ini bekerja keras sejak 20 Januari 2020 untuk menguji coba vaksin virus corona di Pusat Vaksin Oxford. Kala itu, para peneliti kekurangan SDM untuk menjalankan riset dengan urgensi tinggi ini.

Semua orang diperbolehkan bergabung untuk mempercepat proses produksi vaksin ini.

Indra Rudiansyah, yang sedang menerima beasiswa LPDP, lalu masuk ke tim untuk membantu uji klinis. Ia bertugas menguji antibody response dari para relawan yang sudah divaksin.

Baca Juga: Lowongan Kerja BUMN 2021, PT Indra Karya Membutuhkan Banyak Karyawan untuk Sejumlah Posisi, Simak Persyaratan Lengkapnya

Kepercayaan ini diberikan berkat pengalaman dia terlibat dalam pengembangan vaksin rotavirus dan novel polio di Biofarma setelah lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Saya tentunya sangat bangga bisa tergabung dalam tim untuk uji klinis vaksin Covid-19 ini, meskipun ini bukan penelitian utama untuk thesis saya," ujar dia seperti dimuat di Kompas.com.

Indra memang sedang menjalani pendidikan S3 Clinical Medicine di Universitas Oxford dengan penelitian thesis terkait vaksin malaria.

Namun, langkahnya diambil sebagai sikap nyata untuk berpartisipasi dalam pembuatan vaksin yang sedang dibutuhkan banyak orang.

Ia juga tampil dalam video perkenalan tim riset yang dirilis Deutsche Bank pada Februari lalu. Lewat publikasi itu, masyarakat kemudian menyadari sosok peneliti muda yang membanggakan ini.

Baca Juga: Pantas Saja Rumah Tangganya dengan Bambang Trihatmodjo Awet Sampai Sekarang, Ternyata Mayangsari Punya Ritual Khusus Agar Sang Suami Tak Kepincut Wanita Lain, Rahasianya Bikin Melongo!

Menjamin vaksin diproduksi dengan benar

Vaksin AstraZaneca merupakan salah satu yang pertama kali dipakai di Indonesia, selain Sinovac.

Sayangnya, program vaksinasi di Indonesia masih belum berjalan lancar karena berbagai sebab.

Masih banyak masyarakat yang meragukan efektivitas vaksin ini, karena dianggap produksinya terlalu kilat dan berbagai kecurigaan lainnya.

Sebagai orang yang terlibat langsung dalam produksinya, pemuda Bandung ini menjelaskan vaksin AZ dibuat dengan proses yang layak dan sesuai.

Proses pengembangan vaksin ini hanya membutuhkan waktu enam bulan sudah menghasilkan data uji preklinis dan initial data untuk safety, serta imunogenitas pada manusia.

Baca Juga: Tak Lagi Dipuji, Ririe Fairus Panen Komentar Pedas Karena Penampilannya Ini, Terungkap Fakta di Baliknya

Studi dilakukan terhadap 560 orang dewasa yang sehat, termasuk 240 orang berusia di atas 70 tahun.

"Biasanya untuk vaksin baru paling tidak memerlukan waktu lima tahun hingga tahapan ini," ujar alumnus S2 Bioteknologi ITB dengan Fast Track Program itu.

Hasilnya, vaksin AstraZeneca lebih dapat ditoleransi pada orang yang lebih tua daripada orang dewasa muda.

Meski harganya termurah, efikasi atau kemanjurannya tergolong tinggi, termasuk mencegah infeksi varian Delta.

Indra juga menambahkan, vaksin yang beredar saat ini berstatus emergency used sehingga clinical trial masih terus berjalan.

Pasien yang sudah divaksinasi akan terus dipantau untuk mendapatkan data lebih lanjut tanpa menghilangkan prinsip utamanya untuk mengurangi dampak infeksi Covid-19.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, kontan