Find Us On Social Media :

Emosi Berujung Rasis, Atlet Korea Selatan Jadi Bahan Bullyan Netizen USai Kalah hingga Sebut Atlet Iran Peraih Medali Emas di Olimpiade Tokyo 2020 Sebagai Teroris

Atlet menembak asal Iran.

Gridhot.ID - Baru-baru ini pagelaran Olimpiade Tokyo 2020 dihebohkan dengan adanya tindakan rasisme kepada seorang atlet.

Sontak beritanya menyebar dan mendadak menjadi trending topik di Twitter dengan Tagar #SouthKoreaRacist, Minggu (1/8/2021).

Dilansir Gridhot dari Twitter, hal ini terjadi lantaran atlet menembak asal Korea Selatan menyebut saingannya di Olimpiade Tokyo 2020 sebagai teroris.

Baca Juga: Ketuk Pintu Rumah Taqy Malik Minta Nasi, Begini Nasib Kakek Asal Tegal yang Duitnya Habis Usai Seminggu Cari Kerja di Jakarta

Sebutan itu dilontarkan atlet menembak Korea, Jin Jong Oh mengkritik Komite Olimpiade Internasional.

Ia mengkritik karena telah mengizinkan anggota Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) untuk bersaing di Olimpiade Tokyo.

Anggota IRGC yang dimaksud adalah Javad Foroughi.

Baca Juga: Adam Rosyadi Dihina, Agnez Mo Pasang Taring Sambil Banggakan Pacar Tercintanya, Ternyata Kalimat Ini yang Buat Sang Penyanyi Naik Darah

Ia berlaga di nomor pistol udara 10 meter itu dan berhasil memenangkan medali emas.

Javad Foroughi berhasil mengalahkan saingannya yakni Damir Mikec dari Serbia dan Wei Pang dari China.

Namun kemenangan Javad Foroughi malah menuai komentar negatif dari Jin Jong Oh, penembak Korea yang pernah meraih enam medali emas dari ajang Olimpiade.

Mengutip Insider, Jin Jong Oh melabeli Javad Foroughi sebagai teroris karena ia adalah anggota IRGC.

"Bagaimana bisa seorang teroris memenangkan posisi pertama? Itu hal yang paling tidak masuk akal dan konyol," kata Jong-Oh kepada wartawan di Bandara Seoul, menurut Korea Times.

Baca Juga: Rusak Ranjang Olimpiade Tokyo 2020 Sambil TikTokan, Tingkah Atlet Israel Bikin Rakyat Jepang Kesal, Kelakuan Noraknya Dikecam

IRGC merupakan sebuah kelompok yang dicap oleh Amerika Serikat sebagai organisasi teroris pada 2019.

Korps Pengawal Revolusi Islam adalah pasukan elit yang melakukan misi bayangan di luar perbatasan Iran dan menekan perbedaan pendapat internal di dalam.

Mereka hanya melapor kepada pemimpin tertinggi negara itu. Beberapa dari anggota ini adalah pasukan komando yang memasok dan melatih militan di sekitar wilayah tersebut.

Baca Juga: Nicholas Sean Singgung Soal Anak Baik Saat Bersama Puput Nastiti Devi, Putra Sulung Ahok Tunjukkan Perlakuan Begini Saat Bersama Adik Tiri

Operasi mereka telah dikaitkan dengan serangan teror seperti pengeboman tahun 1983 di kedutaan besar AS dan barak Marinir di Beirut.

Sementara itu, Jong Oh sendiri gagal melewati tahap kualifikasi di Olimpiade Tokyo sehingga ia dipulangkan ke Korea Selatan.

Meski begitu, komentarnya tentang Foroughi telah menjadi berita utama di berbagai media asing.

Gegara komentarnya pula, banyak netizen berbondong-bondong mengecam Korea Selatan di Twitter.

Mereka menggaungkan tagar #SouthKoreaRasict karena komentar atlet Korea bersifat rasis.

Baca Juga: MAKI Sebut Pinangki Diistimewakan, Terungkap JPU Tak Kunjung Eksekusi si Mantan Jaksa ke Lapas Wanita, Ini Dalihnya

Komentar Jong Oh itu muncul setelah United for Navid, kelompok yang dibentuk setelah insiden eksekusi pegulat Iran Navid Afkari, mengkritik Komite Olimpiade Internasional.

Mereka juga tidak setuju dengan sikap Komite Olimpiade Internasional yang telah mengizinkan Foroughi berkompetisi.

"Kami menganggap pemberian medali emas Olimpiade kepada penembak jitu Iran Javad Foroughi tidak hanya menjadi bencana bagi olahraga Iran tetapi juga bagi komunitas internasional, dan terutama reputasi IOC."

Baca Juga: Janda Zumi Zola Sudah Jarang Tersorot Media, Begini Kehidupan Sherrin Tharia Usai Ceraikan Suaminya, 2 Bisnis Ini Jadi Sumber Penghidupannya

"Foroughi yang berusia 41 tahun adalah anggota lama sebuah organisasi teroris hingga kini," katanya dalam sebuah pernyataan.

"IRGC memiliki sejarah kekerasan dan pembunuhan tidak hanya terhadap orang-orang Iran dan pengunjuk rasa di sana."

"Tetapi juga orang-orang yang tidak bersalah di Suriah, Irak dan Lebanon. Ini adalah organisasi teroris asing yang ditunjuk oleh Amerika Serikat."

"Kami menyerukan penyelidikan segera oleh IOC, dan sampai penyelidikan selesai, penangguhan penghargaan medali apa pun," imbuhnya.

Sampai saat ini, Foroughi belum memberikan komentar apapun terkait kritikan yang ditujukan padanya.

Baca Juga: Panas, Anggota DPRD Jawa Timur Kini Pasang Badan Bela Haters Ayu Ting Ting, Sikap Umi Kalsum dan Ayah Rozak Dinilai Arogan

Mengutip The Guardian, Foroughi tercatat pernah bertugas di Suriah sebagai perawat antara 2013 dan 2015.

Dalam sebuah wawancara, ia mengaku pertama kali mencoba menembak dengan pistol di sebuah aula yang terletak di bawah gedung rumah sakit tempatnya bekerja sebagai perawat.

Foroughi belum pernah melihat pistol sebelumnya, tetapi setelah diinstruksikan cara penggunaannya, mampu mencetak sekitar 85 poin dari 10 tembakan.(*)