GridHot.ID - Selama ini Korea Utara terlalu diam soal kondisi negaranya di tengah pandemi covid-19.
Namun, kini tampaknya negara tersebut mulai mengalami krisis.
Mengutip Kompas.com, ketika orona mewabah pada Februari 2020, negara yang menganut ideologi Juche itu langsung menutup perbatasannya.
Keputusan itu, ditambah tekanan sanksi internasional, membuat ekonomi mereka anjlok dengan krisis pangan melanda.
Dikutip GridHot dari SERAMBINEWS.COM,hampir semua negara di dunia melaporkan mengenai kasus virus corona tersebut.
Termasuk beberapa wilayah Asia yang berbatasan langsung dengan China, yang sebagian besar nyaris terkena dampak virus mematikan tersebut.
Namun, bagaimana kabarnya Korea Utara negara yang berdekatan dengan China tersebut diam-diam saja seolah tidak terjadi apa-apa dengan mewabahnya virus corona.
Ternyata di balik semua itu, negara tersebut sedang panik dan virus corona ternyata bisa menghancurkan negara Komunis pimpinan Kim Jong-Un tersebut.
Menyadur dari Daily Star, kabarnya Korut menutup rapat-rapat perbatasan negara itu dengan China.
Konon, sejumlah penduduk di negara itu sudah terjangkit virus corona.
Sejak mewabahnya virus tersebut, Korut telah menetapkan karantina wajib selama berminggu-minggu untuk orang asing yang baru tiba.
Korut juga mengunci penjalanan lintas batas dengan negara itu.
Kabar lainnya, menyadur dari Daily North Korea, situasi ini tampaknya adalah kabar terburuk dari negara yang dipimpin Kim Jong-Un tersebut.
Pasalnya, virus corona bisa mengancurkan negara itu.
Menurut Dailystar, virus corona bisa menghancurkan negara itu.
Lantaran, mereka tidak memiliki kemampuan memerangi epidemi.
Dengan populasi lebih dari 25 juta orang, wabah itu bisa menghancurkan Korea Utara karena negara itu terlalu miskin.
Selain itu, mantan dokter Korea Utara Choi Jung-hun juga menyebut, Pyongyang tidak memiliki sumber daya melakukan karantina skala penuh.
Dia bekerja pada wabah campak di Korea Utara pada 2006 hingga 2007 dan mengatakan petugas medis tidak siap untuk melawan.
"Masalahnya, di Korea Utara adalah bahwa manual tidak diikuti," dokter menjelaskan.
"Ketika tidak ada cukup makanan yang disediakan untuk orang-orang di rumah sakit dan fasilitas karantina, orang-orang melarikan diri untuk mencari makanan."
Sementara itu, Korea Utara menghadapi ancaman menyegel perbatasannya dan memperburuk ekonomi yang memang sudah hancur.(*)