Find Us On Social Media :

Hot News! Tinggalkan Rakyat dalam Kesusahan, Sosok Panglima Militer Afghanistan yang Kabur Saat Negaranya Diserang Taliban Jadi Sorotan, Punya Rumah Mewah Berlapis Emas, Ini Potretnya

Marshal Abdul Rashid Dostum Speaks at His Promotion Ceremony in Jawzjan

GridHot.ID - Saat ini, Afghanistan telah jatuh ke tangan Taliban.

Jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban tak terlepas dari hengkangnya pasukan asing yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Melansir Kompas.com, pada Minggu (15/8/2021), juru bicara Taliban urusan politik Mohammad Naeem mengatakan kepada Al Jazeera Mubasher TV bahwa perang telah usai.

Pernyataan tersebut disampaikan Naeem beberapa saat setelah Taliban memasuki ibu kota Afghanistan, Kabul.

Baca Juga: Tinggalkan Rakyatnya di Tengah Kepungan Taliban, Presiden Afganistan Pilih Kabur dan Tinggalkan Pesan Lewat Video Online, Ini Isinya

Setelah Taliban memasuki Kabul pada Minggu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dilaporkan meninggalkan Afghanistan.

Ghani beralasan, dia ingin menghindari pertumpahan darah.

Beberapa orang di media sosial mengecamnya sebagai pengecut.

Selain Ashraf Ghani, sosok Abdul Rashid Dostum jadi sorotan dalam insiden kudeta yang sukses dilakukan Taliban di Afghanistan.

Baca Juga: Dulu Dibentuk Sebagai Organisasi Penentang Korupsi, Begini Sejarah Taliban yang Sekarang Luluh Lantahkan Afghanistan, Amerika Serikat Sampai Boyong Ribuan Prajurit Tambahan!

Melansir TribunSolo.com, Abdul Rashid Dostum adalah panglima militer Afghanistan yang kabur, justru saat negaranya diserang Taliban.

Ia dikenal sebagai jenderal sekutu Amerika Serikat.

Yang membuatnya jadi sorotan, adalah saat Taliban menguasai rumahnya.

Rumah Abdul Rashid Dostum begitu mewah.

Baca Juga: Ingat Makki Ungu? Di Indonesia Jadi Anak Band, Siapa Sangka di Amerika Sang Basist Kerja di Bank di Wall Street, Ini Kisahnya

Rumah itu terlihat penuh mebel berlapis emas.

Padahal, kebanyakan rakyat Afghanistan masih hidup kesusahan, akibat perang saudara yang tak kunjung selesai.

Melansir The New York Post pada Minggu (15/8/2021), para milisi dengan membawa senjata terlihat bersantai di istana mewah seorang panglima perang Afghanistan, setelah mereka mengambil alih Mazar-i-Sharif, kota terbesar keempat.

Baca Juga: Perekonomiannya Jauh dari Sejahtera, Timor Leste Tetap Keukeuh Gunakan Dollar AS untuk Mata Uang, Ini Alasan Dibaliknya

Video para milisi Taliban bersantai di antara furnitur berlapis emas di rumah Dostum beredar di media sosial pada Sabtu (14/8/2021), menurut saluran berita yang berbasis di Arab Saudi, Al Arabiya.

Dostum, mantan wakil presiden Afghanistan, adalah salah satu dari dua orang kuat terkenal di wilayah itu yang melarikan diri melintasi perbatasan ke Uzbekistan pada Sabtu di tengah kemajuan Taliban dalam merebut wilayah Afghanistan.

Pria 67 tahun pemimpin pasukan militer itu dan pengikutnya, serta mantan gubernur Atta Mohammad Noor, adalah musuh terbesar Taliban dan pemain kunci di Afghanistan sejak 1980-an.

Baca Juga: Ikut Latihan Gabungan Militer AS Bareng 21 Negara Kuat, Indonesia Dapat Kesempatan Belajar Taktik 'Intersepsi Multilateral, Berikut Penjelasannya

Dostum dan Noor telah bersumpah untuk melindungi Mazar-i-Sharif, kota terbesar keempat di negara itu, bersama dengan pasukan keamanan Afghanistan.

“Mereka tidak akan pernah lolos. Mereka semua akan dibunuh. Saya akan mengubah Afghanistan utara menjadi kuburan Taliban,” sumpah Dostum saat itu seperti yang dikutip dari The New York Post.

Noor memimpin pasukan milisi Afghanistan, tetapi gagal dan akhirnya Mazar-i-Sharif berhasil direbut, menurut laporan itu.

Baca Juga: Gusar dengan Gerakan Latihan Militer Gabungan AS - Korsel, Adik Kim Jong Un Naik Darah hingga Beri Ancaman Ini ke Penjuru Semenanjung Korea

Dia mengatakan di Twitter bahwa dia dan Dostum aman, sambil menyalahkan "konspirasi" atas jatuhnya Afghanistan utara di tangan Taliban.

Jatuhnya kota Mazar-i-Sharif menandai beralihnya kendali seluruh Afghanistan utara ke tangan Taliban.

Pada Minggu (15/8/2021), Taliban berhasil memperluas kekuasaannya dengan merebut Jalalabad, ibu kota provinsi Nangarhar, menyisakan Kabul yang masih dipegang pemerintah Afghanistan.

Ketika Taliban dengan cepat bergerak di ibu kota negara Kabul, Presiden Biden mengerahkan 1.000 tentara tambahan ke Afghanistan untuk membantu mengevakuasi personel Amerika dan sekutu dari negara yang jatuh dengan cepat itu.

(*)