Find Us On Social Media :

Padahal Sudah Yakin Timor Leste Bakal Jadi Duri di Indonesia, Soeharto Malah Dapat Bisikan dari Sosok Ini Hingga Akhirnya Caplok Bumi Lorosae

Mantan Presiden Soeharto

Gridhot.ID - Timor Leste merupakan negara yang sangat dekat dengan Indonesia.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, sebelumnya Timor Leste merupakan bagian dari Indonesia sebelum akhirnya memerdekakan diri.

Diketahui sebelum diambil alih Indonesia, presiden Soeharto sudah pernah ragu untuk mengambil wilayah tersebut.

Baca Juga: Sudah Move On dari Alvin Faiz, Larissa Chou Siap Menikah Tahun Depan, Umi Rania Beberkan Sosok Calon Suaminya: Agamanya Bagus, Cukup Dewasa

Namun, karena bujukan negara ini, akhirnya invasi militer dilakukan.

Dikutip Gridhot dari Serambinews, sejak lepas dari Portugis, Timor Timur berusaha menentukan nasib sendiri, antara bergabung dengan Indonesia, Portugal, atau berdiri sendiri.

Namun, entah bagaimana ceritanya Indonesia justru masuk dan sempat mencaplok Timor Timur dalam waktu sebentar.

Baca Juga: Ngelus Dada Arya Saloka Disebut Berjodoh dengan Amanda Manopo hingga Singgung Soal Keturunan, Putri Anne Beri Reaksi Tak Terduga

Lantas apa alasan Indonesia mencaplok Timor Timur?

Awalnya bermula dari pertemuan Australia dan Indonesia tahun 1974-1976, yang dimuat dalam buku setebal 900 halaman.

Dalam dokumen itu dijelaskan keinginan kuat perdana menteri Australia Gough Whitham, yang memaksakan kehendaknya.

Salah satunya adalah permintaan untuk mencaplok Timor Leste, oleh Indonesia.

Lalu, dalam pertemuan dengan Presiden Soeharto tahun 1974, Whitham mengatakan dengan hati-hati bahwa Timor Timur harus berintegrasi dengan Indonesia.

Catatan pertemuan Australia mengutip pernyataan Whitlam, "Timor Portugis terlalu kecil untuk merdeka."

Baca Juga: Kebaikan Amanda Manopo Tak Pandang Agama, Sambil Ucap Bismillah Pemeran Andin Berniat Bangun Masjid: Atas Izin Allah SWT

"Itu tidak layak secara ekonomi. Kemerdekaan tidak akan diterima di Indonesia, Australia, dan negara-negara lain di kawasan ini," katanya

Whitlam, catatan laporan itu, menawarkan dua pemikiran dasar, "Pertama, dia percaya bahwa Timor Portugis harus menjadi bagian dari Indonesia."

"Kedua, ini harus terjadi sesuai dengan keinginan yang diungkapkan dengan benar oleh rakyat Timor Portugis (julukan Timor Timur sebelum menjadi Timor Leste)."

Perdana Menteri Australia menekankan bahwa ini belum menjadi kebijakan Pemerintah tetapi kemungkinan akan menjadi seperti itu.'

Saat itu Suharto menjawab bahwa Timor Timur bisa menjadi "duri di mata Australia dan duri di punggung Indonesia".

Alhasil, invasi yang dilakukan oleh Indonesia ternyata membuktikan prediksi itu.

Soeharto sendiri awalnya enggan mencaplok Timor Timur tanpa alasan.

Baca Juga: Mulutnya Berbusa dan Hampir Meregang Nyawa, Presenter Kondang Ini Akui Punya Masa Lalu Kelam yang Buat Orangtuanya Kecewa

Bahkan tidak ingin Timor Timur masuk sebagai wilayah Indonesia.

Namun, setelah mendapat masukan dari intelijen, salah satunya Mayjen Ali Murtopo, Soeharto mulai berpikir ulang.

Salah satu pertimbangan adalah Fretilin yang berideologi komunis, yang bisa membuat Indonesia di bawah Soeharto ketar-ketir.

Seperti kita tahu, Presiden Soeharto adalah sosok yang anti komunis.

Baca Juga: Terletak di Jurang Terjal dengan Kemiringan 90 Derajat, Petugas Evakuasi Jasad Gabriela Meilani Baku Tembak dengan KKB Papua

Akhirnya Indonesia melakukan invasi pada 7 Desember 1975, namun operasi ini memperburuk konflik.

Alhasil PBB harus turun tangan dan membantu menyelesaikan konflik tersebut.

Pada 5 Mei 1999 kesepakatan antara Indonesia dan Portugal, untuk mengadakan referendum di Timor Timur dikenal dengan perjanjian New York terjadi.

Baca Juga: Lagi Bahagia-bahagianya Hamil Anak Pertama, Nadine Chandrawinata Justru Pasang Wajah Melas di Instagram, Akui Ditegur Dimas Anggara Gegara Nekat Lakukan Hal Ini

PBB juga membentuk United Nations Mission In East Timor (Unamet) untuk mengawal kesepakatan Indonesia dan Portugal dalam referendum itu.

Hasilnya 78 orang penduduk Timor Timur memilih merdeka, dan bulan Oktober 1999 Timor Timur resmi berpisah dengan Indonesia, dan setelah merdeka namanya berganti menjadi Timor Leste.

(*)