Gridhot.ID - China kini menjadi negara yang mempunyai banyak musuh.
Hal ini bermula karena China berusaha mengkalim kedaulatannya di Laut China Selatan.
Beberapa wilayah pun menjadi memanas dan mengakibatkan konflik.
Dilansir dari Kontan.co.id, salah satu wilayah yang hingga kini menanggung konflik dengan China adalah Taiwan.
Situasi di Selat Taiwan kompleks dan suram, Presiden China Xi Jinping mengatakan dalam surat ucapan selamat pada Minggu (26/9/2021) kepada pemimpin partai oposisi utama Taiwan yang baru terpilih.
Para ahli menilai, aksi intimidasi militer China yang belum pernah terjadi sebelumnya ke wilayah udara Taiwan telah mengkonfirmasi bahwa Perang Dunia III sekarang menjadi “kemungkinan” yang kuat.
Kondisi ini memicu Taiwan untuk meminta bantuan Australia.
“Itu sangat besar kemungkinannya,” jelas analis senior Australian Strategic Policy Institute Michael Davis mengatakan kepada Sky News Australia.
Dia menambahkan, “Kita seharusnya tidak menipu diri sendiri bahwa konflik kekuatan besar semacam itu tidak bisa terjadi.”
Seperti yang diberitakan, Beijing memerintahkan 80 jet tempur untuk mensimulasikan serangan atas wilayah udara selatan Taiwan pada akhir pekan lalu.
Sejak itu, China terus melanjutkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Davis juga bilang, intimidasi terhadap Taiwan dipandang sebagai proxy untuk konfrontasi dengan barat.
“Ketika Anda melihat bagaimana modernisasi PLA telah terjadi selama beberapa tahun terakhir – mereka secara aktif bersiap untuk melawan dan mengalahkan Amerika Serikat dalam perang. Jadi mereka mengerti bahwa – mereka tahu apa taruhannya – dan mereka tidak bisa membiarkan Taiwan tetap independen secara de facto. Dari sudut pandang Xi – mereka harus merebut Taiwan dan mereka pasti akan mencobanya," papar Davis.
“Kita harus siap untuk itu – alternatif untuk tidak melakukan apa pun adalah pada dasarnya membiarkan China menguasai wilayah Indo-Pasifik dan itu akan menjadi bencana besar,” jelasnya lagi.
Melansir Sky News, Taiwan telah menyarankan bahwa mereka mungkin membutuhkan bantuan Australia, Menteri Luar Negeri Joseph Wu mengatakan kepada media Australia pada akhir pekan.
"Kami ingin terlibat dalam pertukaran keamanan atau intelijen dengan mitra lain yang berpikiran sama, termasuk Australia, sehingga Taiwan lebih siap menghadapi situasi perang. Kami telah berdiskusi satu sama lain secara pribadi selama beberapa waktu dan kami memahami dukungan Australia dan kami menghargai dukungan Australia," kata Wu.
Pada bulan April, Michael Goldman, seorang diplomat senior Amerika di Canberra, mengkonfirmasi bahwa Australia dan Amerika Serikat sedang mendiskusikan rencana darurat jika konflik militer meletus di Taiwan.
Strategi China terhadap Taiwan tidak hanya militer.
"Selain ancaman militer, mereka telah mendirikan kroni mereka di dalam Taiwan dan mereka menjalankan banyak kampanye informasi yang salah," kata Wu.
Meningkatnya fokus pada Taiwan terkait dengan masalah Presiden Xi Jinping di dalam negeri, kata Wu.
"Kami sangat prihatin jika ketidakpuasan domestik atau perlambatan ekonomi menjadi sangat serius, Taiwan bisa menjadi target," ia memperingatkan.
Pada perayaan seratus tahun Partai Komunis China pada bulan Juli, Xi mengatakan setiap upaya untuk mengkonsolidasikan kemerdekaan Taiwan akan disambut dengan “tindakan tegas”.
“Menyelesaikan pertanyaan Taiwan dan mewujudkan reunifikasi penuh China adalah misi bersejarah dan komitmen Partai Komunis China yang tak tergoyahkan,” katanya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan "hanya ada satu China di dunia" dan "Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China".
China selama beberapa dekade telah membangun ekonomi dan militer yang menyaingi Amerika Serikat.
Australia, AS dan Inggris baru-baru ini menandatangani aliansi AUKUS, yang memperkuat kemitraan militer mereka.(*)