Find Us On Social Media :

Sudah Hujan Tapi Tetap Gerah, BMKG Bongkar Kapan Cuaca Panas Bakal Berakhir di Indonesia

(Ilustrasi) Warga menggunakan masker saat mengendarai sepeda motor di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (6/4/2020).

Gridhot.ID - Sempat viral kabar di internet mengatakan adanya gelombang panas di Indonesia.

Dikutip Gridhot dari Tribunnews, kabar tersebut nyatanya hanya hoax semata.

Pihak BMKG sendiri menyatakan suhu panas yang terjadi di Indonesia nyatanya normal terjadi setiap tahun.

Baca Juga: Putra Semata Wayangnya Sempat Dituding Mirip Mantan Kekasih Putri Anne, Arya Saloka Justru Bersyukur Paras Ibrahim Menurun dari Sosok Ini

Kepala Bidang Diserminasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko membenarkan bahwa suhu tertinggi siang hari mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, berdasarkan pantauan BMKG terhadap suhu di wilayah Indonesia pada 17 Oktober 2021, beberapa wilayah Indonesia terpantau suhunya mencapai 36 derajat.

“Suhu tertinggi tercatat di Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang dengan suhu 36,4 derajat celcius,” kata Hary, Senin (18/10/2021).

Baca Juga: Lowongan Kerja PT Unilever Terbaru untuk Lulusan S1, Berikut Syarat dan Link Pendaftarannya

Berdasarkan data resmi, berikut daerah yang terpantau mengalami suhu di atas 35 derajat celcius pada 17-18 Oktober 2021:

- Stasiun Meteorologi Ahmad Yani (36,4 derajat celcius) - Stasiun Meteorologi Perak I (36 derajat celcius) - Stasiun Meteorologi Kertajati (36 derajat celcius) - Stasiun Geofisika Deli Serdang (35,7 derajat celcius) - Balai Besar Wilayah 2, Ciputat (35,4 derajat celcius) - Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak (35,2 derajat celcius) - Stasiun Meteorologi Umbu Mehang Kuanda (35,2 derajat celcius) - Stasiun Meteorologi Maritim Serang (35,1 derajat celcius)

Penyebab suhu panas di Indonesia

Posisi matahari di atas Pulau Jawa, Bali, dan NTT Hary menjelaskan, setidaknya suhu maksimum yang meningkat dapat disebabkan beberapa hal.

Baca Juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Aktor Laga Kenamaan Ini Meninggal di Tengah Perjuangan Menuju ICU, Sang Istri Bongkar Penyakit yang Terus Serang Tubuh Suaminya

Salah satunya, pada Oktober, kedudukan semua gerak matahari tepat di atas Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, dalam perjalanannya menuju posisi 23 derajat lintang selatan setelah meninggalkan ekuator.

Posisi semu Matahari di atas Pulau Jawa akan terjadi dua kali, yaitu di bulan September atau Oktober dan Februari atau Maret.

“Sehingga puncak suhu maksimum terasa di wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT) terjadi di seputar bulan-bulan tersebut,” papar Hary.

Cuaca cerah, lanjut dia, juga menyebabkan penyinaran langsung sinar matahari ke permukaan lebih optimal sehingga terjadi pemanasan suhu permukaan.

Baca Juga: 'Dokter Tak Bisa Menyelamatkan Hidupnya', Innalillahi, Artis Wanita Ini Meninggal Karena Badai Sitokin, 23 Anak Yatim Menangis Pilu

Siklon tropis

Kondisi lainnya berkaitan dengan adanya siklon tropis Kompasu di Laut China Selatan bagian utara, yang menarik massa udara dan pertumbuhan awan-awan hujan.

“(Siklon) menjauhi wilayah Indonesia sehingga cuaca di wilayah Jawa cenderung menjadi lebih cerah-berawan dalam beberapa hari terakhir,” tutur Hary.

Baca Juga: 'Dokter Tak Bisa Menyelamatkan Hidupnya', Innalillahi, Artis Wanita Ini Meninggal Karena Badai Sitokin, 23 Anak Yatim Menangis Pilu

Adapun monitoring harian mengenai suhu maksimum di Indonesia dapat diakses melalui http://web.meteo.bmkg.go.id/id/pengamatan/pengamatan-harian.

Suhu panas berlangsung hingga kapan?

Hary menegaskan, tren cuaca panas ini akan mengalami penurunan sekitar bulan November-Desember.

Sedangkan untuk kondisi cuaca dan iklim saat ini, beberapa wilayah di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi Selatan merupakan wilayah yang akan mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan.

Baca Juga: Sikap Temperamental Baim Wong Dibongkar Mantan Krunya, Uus: Gue Mah Enggak Bakal

“Perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrim yang sering muncul pada periode peralihan musim ini, seperti hujan lebat, angin puting beliung, angin kencang meskipun periodenya singkat tapi sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi,” jelas Hary.

(*)