Find Us On Social Media :

Ini Dia Profil Novalia Pishesha, Arek Malang Tulen yang Jadi Peneliti di AS dan Berhasil Temukan Vaksin Covid-19 yang Mudah Diproduksi di Indonesia, Pernah Setara dengan Mark Zuckerberg dan Pendiri Google

Profil Novalia Pishesha

Gridhot.ID - Sosok Novalia Pishesha kini sedang mendapat sorotan.

Dikutip Gridhot dari Tribunnews, Nova kini mendapat sorotan berkat hasil temuannya.

Nova yang merupakan peneliti asli Indonesia tersebut melakukan tugasnya di Amerika Serikat dan berhasil menemukan kandidat vaksin covid-19 baru yang bakal mudah untuk diproduksi di Indonesia.

Bahkan nantinya vaksin tersebut akan lebih murah untuk diproduksi.

Baca Juga: Lowongan Kerja BUMN PT Nindya Karya Terbaru, Simak Kualifikasi Lengkap Berikut

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Nova, nama panggilannya, pada awal November 2021, menerbitkan jurnal ilmiah tentang kandidat vaksin Covid-19 berbasis protein yang ia kembangkan, yang menyasar langsung sel-sel penyaji antigen (antigen-presenting cells/APCs), pada jurnal PNAS (Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America).

Ia beserta timnya mengujicobakan vaksin itu terhadap tikus muda dan tua. Hasilnya, metode itu memicu kekebalan tubuh tikus terhadap SARS-CoV-2 – virus penyebab Covid-19 – dan variannya.

Dirinya mengatakan kandidat vaksin miliknya efektif 100 persen karena semua tikus uji coba terbukti terlindungi.

Profil Novalia Pishesha

Akhir Oktober lalu, Nova masuk ke dalam daftar 35 inovator Asia Pasifik berusia di bawah 35 tahun versi MIT Technology Review, karena dianggap mempelopori teknologi nanobodi untuk pengobatan penyakit autoimun.

Baca Juga: Haters Wajib Waspada, Ternyata KD Bukan Satu-satunya, Ayu Ting Ting Kini Tengah Buru Akun Lain yang Kerap Hina Dirinya dan Keluarganya

"Innovators Under 35 MIT Technology Review" merupakan pengakuan terhadap para inovator muda yang karya-karyanya dapat merevolusi gaya hidup dan membentuk masa depan dunia teknologi dan industri.

Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, pendiri Google, Larry Page, dan pendiri Twitter, Jack Dorsey, sebelumnya juga menghiasi daftar tersebut.

Sebelum menekuni bidang rekayasa hayati (bio-engineering), Nova menamatkan pendidikan SMA di Singosari, Malang, Jawa Timur. Sejak dulu, ia ingin menguasai ilmu yang bisa membantunya menolong orang-orang sakit.

Pasalnya, beberapa orang terdekatnya “meninggal tiba-tiba” setelah sakit tanpa diagnosis.

Baca Juga: Lowongan Kerja Lulusan D3 dan S1, PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi Anggota Pertamina Group Buka Kesempatan Emas di Posisi Ini, Intip Syarat dan Cara Mendaftarnya

“Saya punya bibi yang saat saya beranjak dewasa menderita lupus, sebuah penyakit autoimun yang cukup umum. Beberapa teman saya juga menderita dan meninggal karena lupus waktu SMP. Hal-hal seperti itu yang benar-benar membuat Anda sadar bahwa ada banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan."

Nova sempat kuliah kedokteran selepas SMA, ketika ia memutuskan untuk keluar karena tidak cocok dengan sistem pendidikan di kampusnya.

Ia lantas bekerja bersama orang tuanya dan menjadi guru les, sebelum merantau ke San Francisco, AS.

Di negeri Paman Sam, ia berkuliah di City College of San Francisco dan lulus dalam bidang rekayasa hayati dari University of California at Berkeley pada 2011 melalui beasiswa.

Baca Juga: Arti Kedutan di Area Wajah Menurut Primbon Jawa, Waspada Jika Terjadi di Pipi Kanan Atas Dekat Mata

Nova melanjutkan pendidikannya di Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada tahun 2012 dan meraih gelar PhD dalam bidang yang sama pada tahun 2018.

“Sebagai mahasiswa doktoral, saya melakukan penelitian rekayasa sel darah merah dan kemudian mendaftarkan beberapa hak paten dari situ. Kemudian, penasihat studi doktoral saya mendirikan perusahaan dari penelitian itu, yang kini menjadi perusahaan bioteknologi yang melantai di bursa saham sejak beberapa tahun lalu,” ungkap Nova.

“Pada intinya, hal itu membuat saya berpikir bahwa apa yang saya kerjakan mungkin sangat bermanfaat, maka itu saya lanjutkan saja sambil mencari kesempatan, membangun lebih banyak hal, menemukan lebih banyak hal, menciptakan lebih banyak hal, dan semoga saja – karena sekarang Indonesia tampaknya membutuhkan lebih banyak vaksin – temuan vaksin ini bisa bermanfaat.”

Baca Juga: Anak-anaknya Dituding Bikin Hidup Teddy Melarat Gegara Ambil Uang Kos-kosan, Sule Marah Besar: Nggak Ada Urusan!

Selain disibukkan dengan penelitian dan bimbingan mahasiswa, Nova juga menjadi konsultan bagi sejumlah perusahaan dan tengah membangun perusahaan rintisan yang bergerak dalam bidang bioteknologi.

(*)