GridHot.ID - Masih ingat dengan Xanana Gusmao?
Melansir Tribun-timur.com, Xanana Gusmao adalah sosok pejuang yang memerdekakan Timor Leste.
Selain sebagai pejuang, Xanana Gusmao juga adalah Presiden Pertama Timor Leste. Kini nasibnya berubah drastis.
Timor Leste adalah negara yang pisah dari Indonesia tahun 1998 lalu.
Namun, siapa sangka jika mantan orang nomor satu di Negeri Lorosae itu sempat menjadi buruan Kopassus?
Dilansir dari Sosok.id, diketahui jika Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memiliki tugas dengan tingkat kesulitan tinggi.
Kopassus kerap diterjunkan di medan-medan sulit dalam berbagai konflik.
Salah satu misi yang dilakukan Kopassus yakni ketika diterjunkan pada konflik Timor Timur.
Saat itu, Korps Baret Merah ditugaskan untuk memburu pimpinan Timor Timur, yang kini disebut sebagai Timor Leste, Xanana Gusmao.
Xanana sendiri sudah menjadi buruan Indonesia sejak 17 tahun lamanya.
Mengutip Majalah Commando edisi 04/X/2014, pada 31 Desember 1978, presiden dari partai garis keras penentang intergrasi Timor Timur ke Indonesia, Fretilin, Nicolau Lobato mati disambar timah panas TNI.
Ketika itu, tersisa Xanana Gusmao sebagai pemimpin Timor Timur.
Rakyat Timor Timur sendiri meyakini kemampuan Xanana Gusmao mampu pecundangi musuh, bak Pitung Betawi yang tak mudah dirobohkan.
Tapi TNI lebih hebat dari Xanana.
Ketika serangan kelompok bersenjata di Mercado Baucau pada 5 Oktober 1992 terjadi, seorang prajurit dari Yonif 315 gugur.
Senjata dari prajurit itu kemudian dirampas oleh musuh.
Serangan kelompok itu sendiri terjadi ketika pembangunan dalam rangka HUT TNI sedang berlangsung.
Dirampasnya senjata salah satu prajurit memberikan sinyal tanda bahaya terhadap Indonesia.
Satuan Tugas Pasukan Khusus (Satgaspassus-X) Kopassus merespon cepat sontak merespon cepat.
Dibawah pimpinan Letkol Inf Mahidin Simbolon, Satgaspassus-X mulai bergerak dengan kekuatan 8 perwira, 12 bintara dan dua tamtama.
Mereka melakukan operasi, dan berhasil menangkap seorang jaringan klandesten Baucau-Dili-Manatuto yang ambil bagian dalam penyerangan 5 0ktober 1992, yakni bernama Antonio Anacleto Sera.
Bermula dari penangkapan itu, pemburu Kopassus mendapat informasi mengenai adanya jaringan antara seorang mahasiswa Universitas Timor Timor bernama Fernando dan pengusaha Tionghoa Akuilong dengan Xanana Gusmao.
Menanggapi info tersebut, Letkol Simbolon bergegas membentuk operasi penyelidikan untuk memburu target.
Mereka mulai mencari keberadaan Xanana Gusmao dan menciduk satu per satu orang yang dicurigai sebagai Xanana.
Sulit bagi pemburu Kopassus untuk mengorek informasi lebih jauh mengenai keberadaan Xanana.
Tapi pada akhirnya, musuh membuka mulut.
Hasil interogasi kemudian membawa tim menemui orang kepercayaan Xanana yakni Paulo Alves yang berperan sebagai Pembuka Jalan saat mengawal pemimpin Fretilin.
Perburuan masih belum beruntung, tim menemui kendala karena Paulo lolos saat hendak digrebek pada 12 November 2021.
Tim melakukan penelusuran secara estafeta pada peristiwa Bunaria Komplek-Same 1990.
Beruntung, seorang estafeta Xanana yakni Yose Tilman alias Akasio membantu tim mengendus persembunyian Xanana.
Usut punya usut, Xanana berada dalam lubang bawah tanah milik seorang anggota polisi Koptu Augusto Pereira di Desa Lahane Barat, Dili.
Letkol Simbolong dengan kilat memerintahkan tim pemburu menuju lokasi diduga tempat Xanana bersembunyi.
Jika tidak bergerak cepat, tim bisa dengan mudah kehilangan Xanana yang berpotensi pindah lokasi.
Maka pada pagi-pagi buta pukul 05.00 WIT tanggal 20 November 1992, tim pemburu dengan dua jip Toyota Hardtop dan sebuah Toyota Kijang melesat menuju sasaran.
Mendekati target, tim melihat dua anggota polisi juga bergerak menuju Dili, belakangan diketahui satu dari polisi itu adalah Koptu Augusto Pereira.
Tim penyergap segera menyebar mengepung rumah persembunyian Xanana.
Pukul 06.00 WIT tim mulai masuk ke rumah, mengejutkan seisi penghuni.
Penghuni sontak diamankan. Dengan amat senyap, personil Kopassus itu stelling siaga menghadapi kemungkinan terburuk.
Saat memasuki bilik, tim tak menemukan Xanana Gusmao.
Tapi justru dengan begitu, tim yakin Xanana masih berada di lubang bawah tanah.
Tumpukan pakaian di bawah lemari sontak diobok-obok oleh personil Kopassus.
Mereka mendapati adanya papan penutup lubang.
Dengan sergap, tim menodongkan senapan SS1 ke dalam lubang yang diisi sosok manusia bertelanjang dada.
"Xanana jangan bergerak!," teriak anggota tim.
Muncullah Xanana Gusmao dengan hanya mengenakan celana pendek dengan wajah ketakutan.
Tim memborgol pria itu dan mengecek ciri-ciri yang menunjukkan bahwa dia benar Xanana.
Ditemukan Tato Kepalan Tangan di lengan kiri, menjadi bukti sasaran tim tidak keliru.
Atas keberhasilan penyergapan buron selama 17 tahun itu, tim sontak mendapatkan apresiasi dari Presiden Soeharto, yang memimpin di masa kependudukan Indonesia atas Timor Leste. (*)