GridHot.ID - Semarang memang menjadi salah satu tempat peninggalan sejarah agama Islam di Jawa Tengah, hal tersebut terlihat dari beberapa masjid-masjid bersejarah yang berdiri di wilayah tersebut.
Salah satu masjid bersejarah di Semarang terletak pada kawasan pecinannya.
Masjid bersejarah itu diberi nama Masjid Jami Pekojan.
Lokasi Masjid Jami Pekojan ini sendiri terletak di Jalan Petolongan nomor satu, Kampung Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah.
Sekitar setengah jam dari Bandara Ahmad Yani atau 15 menit dari Stasiun Besar Tawang ke arah Jalan MT Haryono, yang terkenal dengan Jalan Mataram.
Lantas, bagaimana sejarah Masjid Jami Pekojan yang dianggap sebagai masjid tertua di kawasannya ini?.
Sejarah Masjid Jami Pekojan
Masjid ini berdiri kokoh di tengah permukimam warga keturunan Koja dan Gujarat.
Koja dan Gujarat sendiri merupakan sebutan bagi pedagang Islam dari kawasan India dan Pakistan.
Dua kaum tersebut tak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Masjid Jami Pekojan.
Dikutip GridHot.ID dari Kompas.com, nenek moyang kaum Koja dan Gujarat dulunya turut andil dalam menyebarkan agama Islam di Semarang lewat jalur perdagangan.
Selain itu, mereka juga membangun Masjid Jami Pekojan, yang kini menjadi salah satu masjid tertua di Semarang.
Masji Jami Pekojan ini telah dibangun kurang lebih sejak 150 tahun yang lalu.
Tentu, pembangunan ini untuk memudahkan kaum Koja dan Gujarat menyebarkan agama Islam.
Menjadi salah satu masjid tertua, membuat kamu penasaran bukan dengan bagaimana bentuk dari Masjid Jami Pekojan ini?.
Arsitektur Masjid Jami Pekojan
Bangunan masjid ini terdiri dari bangunan utama, berukuran sekitar 10 meter persegi yang merupakan bangunan awal.
Selain itu terdapat beberapa bagian yang direnovasi, seperti kompleks makam dan teras.
Walaupun telah berumur ratusan tahun, masih ada beberapa unsur dari Masjid Jami Pekojan yang masih terjaga keasliannya.
Unsur pertama ialah mimbar masjid, tempat khotbah di Masji Jami Pekojan ini telah berusia ratusan tahun lengkap dengan tongkatnya.
Tongkat berkepala burung tersebut terbuat dari kuningan, dan tongkat itu dicabut maka terdapat pisau panjang yang akan muncul.
Menurut warga sekitar, tongkat itu berguna sebagai senjata untuk melawan penjajah saat zaman dahulu.Lalu, di bagian inti bangunan, terdapat empat tiang tanpa sambungan yang dapat berdiri kokoh.
Tiang-tiang tersebut pun merupakan tiang asli yang sejak ratusan tahun masih kuat menopang masjid tersebut.
Berbeda dengan masjid Indonesia pada umumnya, ornamen ukiran khas Pakistan dan India kental menghiasi dekorasi dalam masjid.
Di salah satu temboknya pun terukir nama-nama saudagar Akwan yang membangun masjid ini.
Menilik ke bagian luar masjid, terdapat pohon besar nan lebat di sisi kanan dan kiri bangunan.
Ternyata pohon tersebut merupakan pohon bidara, yang dibawa langsung dari Timur Tengah sebagai obat herbal.
Pohon tersebut ternyata dapat berbuah, bentuk buahnya sendiri persis seperti apel dan bisa dimakan.
Biasanya, buah tersebut dikonsumsi oleh masyarakat sekitar sebagai obat.
Ziarah Makam Syarifah Fatimah, Pejuang Islam
Terdapat satu hal yang menarik perhatian pada Masjid Jami Pekojan ini, dahulu di beberapa sisi bangunan masjid juga terdapat puluhan makam yang masih terawat dan merupakan makam asli, yang tidak direlokasi.Namun, pada tahun 1992-an sekitar kawasan masjid yang penuh dengan makam masyarakat keturunan Gujarat direlokasi ke makam Bergota Semarang.
Kini, menyisakan makam asli para ulama besar penyiar Agama Islam di kawasan tersebut.Dikutip GridHot.ID dari Tribunjateng, salah satu ulama tersebut adalah pejuang perempuan Syarifah Fatimah yang meninggal bersama salah satu santrinya.
Makam Syarifah Fatimah pun kerap kali dikunjungi para peziarah untuk didoakan.
Makam Syarifah Fatimah tampak khusus dikelilingi pagar berwarna kuning keemasan, membuat siapa pun yang menuju timur masjid akan dengan mudah menemukan makam ini.
Begitu pula yang hendak masuk ke makam tersebut, hanya perlu naik dan turun satu anak tangga dengan bertelanjang kaki.
Semasa hidupnya, Syarifah Fatimah dikenal sebagai sosok penyebar agama Islam sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia yang kharismatik, ia juga dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. (*)