Find Us On Social Media :

Jadi Masjid Favorite Para Pejabat RI, Ini Sejarah Panjang Berdirinya Masjid Cut Meutia Jakarta, Punya Arsitektur Bangunan Khas Belanda

Masjid Cut Meutia, Jakarta.

GridHot.ID - Ibu kota Jakarta yang terkenal akan hiru pikuk dan kemewahannya, ternyata menyimpan sebuah bukti nyata perkembangan sejarah di Indonesia, pasalnya di kota metropolitan ini terdapat sebuah masjid bersejjarah yang dapat dikunjungi saat Ramadhan tiba sebagai destinasi wisata religi.

Masjid bersejarah yang dapat di kunjungi sebagai destinasi wisata religi saat bulan Ramadhan tiba itu diberi nama Masjid Cut Meutia.

Masjid Cut Meutia dikatakan sebagai masjid bersejarah lantaran masjid yang terletak di daerah menteng ini memiliki perjalanan yang panjang hingga akhirnya bangunan tersebut difungsikan sebagai masjid.

Pasalnya, saat mulai berdiri pad tahun 1912, bangunan Masjid Cut Meutia dipergunakan sebagai kantor konsultan arsitektur, setelah itu sempat berganti-ganti fungsi sesuai perkembangan zaman.

Lantas, bagaimana kisah awal bangunan tua tersebut difungsikan sebagai masjid?.

Sejarah Masjid Cut Meutia

Dikutip GridHot.ID dari Kompas.com, sejarah untuk bangunan Masjid Cut Meutia menjadi sejarah yang cukup panjang.

Awalnya bangunan yang berlokasi di Jl. Taman Cut Meutia No.1, Jakarta Pusat ini adalah kantor NV De Bouwpleg atau kantornya para arsitek Belanda pada waktu itu.

Selain para arsitek, dilantai dua gedung tersebut juga berkantorlah Jendral van Heuis.

Baca Juga: Berdiri di Area Padat Penduduk Sejak Tahun 1307 M, Ini Sejarah Masjid Al Mustofa, Bukti Perkembangan Agama Islam di Bogor

Bangunan Masjid Cut Meutia atau yang awalnya disebut dengan gedung NV De Bouwpleg adalah gedung bertingkat pertama yang dibangun di daerah Menteng.

Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, gedung tersebut akhirnya dijadikan Markas Besar Angkatan Laut, Jepang pada Perang Dunia ke II.

Setelah itu, pada tahun 1959 sampai 1960 gedung tersebut dijadikan kantor Wali kota Jakarta Pusat.

Tak sampai disitu saja, selanjutnya secara berturut-turut, gedung tersebut dijadikan kantor PAM, kantor dinas Urusan Perumahan Jakarta dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada jaman kepemimpinan Abdul Haris Nasution.  

Setelah MPRS pindah ke daerah Senayan (sekarang Gedung MPR-DPR) gedung tersebut diwakafkan kepada anggkatan 66 yonif Yo Sudarso untuk digunakan sebagai tempat beribadah.

Meski demikian, perjalanan gedung NV De Bouwpleg menjadi Masjid Cut Meutia masih terus berlangsung.

Selama kurang lebih 17 tahun, gedung tersebut hanya dapat dijadikan tempat ibadah tanpa status Masjid.

Akhirnya pada tahun 1987 dengan SK gubernur no. 5184/1987 tanggal 18 Agustus, gedung tersebut resmi menjadi masjid tingkat propinsi.

Masjid tersebut pun diberi nama Masjid Cut Meutia.

Baca Juga: Jadi Pusat Syiar Islam di Wilayah Selatan Jawa, Begini Sejarah Dibangunnya Masjid Gedhe Mataram Yogyakarta, Punya Arsitektur Unik Perpaduan Dua Budaya

Nama tersebut diambil dari jalan yang berada di dekat gedung tersebut.  

Selain itu, sejak tahun 1961, Masjid Cut Meutia berada dibawah pengawasan dinas museum dan sejarah lantaran resmi menjadi gedung yang dilindungi sebagai cagar budaya. 

Arsitektur Masjid Cut Meutia

Menjadi bangunan cagar budaya, membuat arsitektur masjid yang satu ini terbilang unik.

Dikutip GridHot.ID dari TribunJakarta.com, salah satu masjid ikonik di Indonesia ini memiliki struktur bangunan yang bukan seperti masjid.

Bisa ditebak, struktur bangunannya pun menyerupai sebuah perkantoran tempo dulu khas bangunan Belanda.

Tentu hal tersebutlah yang membuat bangunan Masjid Cut Meutia tidak seperti masjid pada umumnya, karena tidak mempunyai kubah, menara atau pelang nama besar sebagai penanda nama masjid.

Karena menjadi bangunan yang dilindungi sebagai cagar budaya, membuat Masjid Cut Meutia tak diperbolehkan untuk di rombak.

Fungsi bangunan memang dapat berubah, namun bentuknya tidak boleh diubah dan hanya direnovasi pada bagian tertentu yang memang dibutuhkan.

Baca Juga: Berdiri di Area Padat Penduduk Sejak Tahun 1307 M, Ini Sejarah Masjid Al Mustofa, Bukti Perkembangan Agama Islam di Bogor

Berubahnya fungsi gedung menjadi masjid tersebut membuat posisi mihrab dimiringkan 15 derajat ke arah kanan menyesuaikan arah kiblat. 

Perubahan juga terjadi pada tempat imam dan mimbar, dimana keduanya dibuat 15 meter menjorok ke depan.

Kondisi tersebut membuat tempat imam terpisah dari tempat mimbar.

Menariknya lagi, bentuk pintu dari masjid ini tidak ada perubahan.

Hanya saja, warna pintu dan kaligrafi yang dibuat dan disesuaikan setelah resmi menjadi masjid, ditambah dengan ornamen penambahan lampu.

Masjid yang memiliki sejarah panjang dan keunikannya tersendiri ini jelas sangat cocok jika dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata religi saa bulan Ramadhan tiba.

Terlebih, Masjid Cut Meutia ini menjadi salah satu masjid favorite para pejabat negara untuk beribadah.

Beberapa elite pejabat pernah salat di Masjid Cut Meutia diantaranya, mantan Wakil Presiden Boediono, Wiranto, Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, Prabowo Subianto dan masih banyak lainnya.

Mantan Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto pada saat berangkat dan pulang haji bersama keluarganya juga salat di Masjid Cut Meutia pada 1991. (*)

Baca Juga: Dibangun Pada Zaman Belanda, Ini Sejarah Masjid Al Alam Marunda, Jadi Bukti Peradaban Muslim di Jakarta