Find Us On Social Media :

Ajarkan Materi Penyimpangan Seksual Kaum Sodom Sampai Jadi Polemik, Pak Ribut Justru Dipuji Setinggi Langit oleh Pengamat, Koordinator JPPI: Tidak Semua Guru Melakukan Pendekatan Itu!

Pak Ribut

Gridhot.ID - Sedang viral sosok Pak Ribut yang kini videonya beredar luas di sosial media.

Dikutip Gridhot dari Tribunnews, Pak Ribut atau yang bernama asli Ribut Santoso ini viral gara-gara celotehannya dengan para muridnya yang masih polos.

Pak Ribut sendiri merupakan guru honorer di Sekolah Dasar Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Meski kontennya sangat hangat ditonton, ada beberapa orang yang mempermasalahkan salah satu videonya.

Video tersebut saat Pak Ribut menjelaskan tentang penyimpangan seksual kaum sodom di masa lalu.

Setelah video itu viral, banyak menuai kontrovesi dari berbagai kalangan.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, terkait dengan itu, Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji mengatakan, apa yang dilakukan guru tersebut tidak ada masalah.

"Ini menjadi pelajaran penting apa yang terjadi di umatnya Nabi Luth. Itu yang dijelaskan oleh Pak Ribut," kaat Ubaid saat dihubungi Kompas.com (26/3/2022).

Jadi, kata Ubaid, apa yang terjadi di umatnya Nabi Luth sebelum masehi yang kita tidak tahu sejarahnya sampai dengan saat ini masih relefan menjadi perbicangan.

Baca Juga: Sakit Hati Setengah Mati dengan Ucapan Ferry Irawan, Elma Theana Tak Sudi Lagi Berurusan dengan Pasangan Venna Melinda, Pemilik WO Madina Ngaku Ikhlaskan Biaya yang Seharusnya Dibayar oleh Ayah Tiri Verrell Bramasta

"Jadi menurut saya, justru guru itu seperti yang dilakukan Pak Ribut ini," ungkapnya.

Patut diapresiasi

Ubaid mengatakan, ia tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan guru tersebut terhadap murid-muridnya dan patut diapresiasi.

"Cara pembelajarannya juga menarik mengajak anak-anak untuk menyelesaikan beberapa soal latihan, kemudian menggunakan pendekatan dialog itu penting. Hari ini tidak semua guru melakukan pendekatan itu," ujarnya.

Pentingnya pendidikan seks di sekolah

Saat ditanya apakah pendidikan pelajaran seks perlu di sekolah, Ubaid mengatakan, sangat perlu, karena sudah terjadi di mana-mana kekerasan seksual di sekolah dan itu bukan sesuatu yang disengaja.

"Hal itu terjadi karena ketidaktahuan, sehingga anak-anak melakukan itu setelah kejadian mereka baru menyesal, apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan dilakukan," jelasnya.

Ubaid menyebut, masalah seks ini masih menjadi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan baik di level keluarga maupun sekolah.

Ia mencontohkan, misalnya orang tua melarang anaknya pacaran, tapi itu saja.

Baca Juga: Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, Pelantun 'Pacar Lima Langkah' Sudah Tiada, Tanpa Mengeluh Melawan Penyakit Ganas Hingga Sempat Bertahan Hidup dengan 1 Payudara

Namun ia tidak menjelaskan pacaran itu apa?.

Seharusnya, kata Ubaid, orang tua dapat menjelaskan di dalam pacaran itu apa yang tidak boleh.

"Jadi tidak ada pengetahuan seperti itu," ungkapnya.

Ketika disinggung apakah seks edukasi sudah ada kurikulumnya di Kemendikbud, Ubaid pun dengan tegas mengatakan tidak ada.

"Kalau konten itu tidak ada. Itu hanya konten yang sifatnya terintegrasi dengan biologi yang tidak ada penekan khusus pada pendidikan seks, sehingga pesan-pesannya tidak sampai, karena bisa jadi gurunya tidak memahami konten kurikulum dan seterusnya," pungkasnya.

(*)