Gridhot.ID - Umat Muslim di seluruh dunia kini sedang menikmati bulan Ramadhan.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, awal Ramadhan dimulai pada Sabtu, 2 April 2022.
Ada pula yang baru memulai puasa pada Minggu, 3 April 2022 seperti di Indonesia.
Ramadhan nyatanya juga dinikmati negara yang masih dilanda perang.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, datangnya bulan suci Ramadhan di Libya yang dilanda perang membuat sekelompok sukarelawan bekerja sepanjang waktu untuk memulihkan salinan Al Quran yang lama atau rusak.
Dilansir AFP, Khaled Al Drebi, salah satu pemulih kitab suci Islam paling terkenal di Libya, termasuk di antara para perajin yang datang ke 'bengkel' atau toko Tripoli setiap hari untuk memenuhi kebutuhan pelanggan selama Ramadhan.
Bagi umat Islam, Ramadhan adalah bulan spiritualitas, di mana ibadah puasa dilakukan setiap hari dari fajar hingga senja disertai dengan doa dan amal.
Di Libya, hal ini menimbulkan lonjakan penjualan Al Quran.
“Pembelian Al Quran baru secara tradisional meningkat sebelum bulan Ramadhan, tetapi hal ini baru-baru ini berubah di Libya,” kata Drebi kepada AFP.
Menurutnya, bagi banyak orang, tradisi telah terganggu oleh kenaikan harga Al Quran, terutama sejak negara berhenti mencetaknya di Libya.
Negara Afrika Utara itu telah mengalami lebih dari satu dekade konflik, meninggalkan banyak institusinya dalam kekacauan dan memberikan pukulan besar bagi ekonomi negara kaya minyak itu.
“Biaya membeli (Al Quran) telah meningkat, sehingga jumlah orang yang mengembalikan Al Quran lama telah mendapatkan popularitas yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Drebi.
Dibandingkan dengan harga sebuah Al Quran baru, yang lebih dari 20 dollar AS tergantung pada penjilidannya, bengkel Drebi hanya mengenakan biaya beberapa dolar untuk memulihkannya.
Tetapi biaya bukanlah satu-satunya faktor. Bagi banyak orang, salinan lama juga memiliki nilai sentimental.
“Ada hubungan spiritual bagi beberapa pelanggan,” kata Drebi, seraya menambahkan bahwa banyak yang memilih untuk melestarikan Al Quran yang diturunkan dari kerabat.
“Ada yang mengatakan Al Quran ini terasa seperti aroma kakek atau orang tua saya,” tambahnya.
Mabrouk Al Amin, seorang supervisor di bengkel tersebut, mengatakan bahwa proses restorasi “membutuhkan banyak pengrajin.”
“Bekerja dengan kitab Tuhan sangat menyenangkan dan kami tidak bosan. Ada kegembiraan yang tak terlukiskan dalam pekerjaan ini,” katanya.
Pemulih mengatakan bahwa mereka telah memperbaiki setengah juta Al Quran yang mengejutkan sejak bengkel dibuka pada 2008, dan lebih dari 1.500 peserta pelatihan telah lulus dari 150 bengkel restorasi.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak wanita telah bergabung dengan barisan pemulih sukarela.
“Sejumlah besar wanita dilatih untuk memulihkan Al Quran dan hari ini mereka memiliki bengkel sendiri,” kata Drebi.
(*)