Find Us On Social Media :

Pilar Pemberian Sunan Kalijaga Konon Masih Ada Hingga Sekarang, Ini Sejarah Masjid Jami Kalipasir Tangerang, Berdiri Kokoh Sejak 1576

Masjid Jami Kalipasir Tangerang

Gridhot.ID- Terletak di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Masjid Jami Kalipasir berdiri di tengah permukiman warga.

Bangunan ibadah Masjid Jami Kalipasir itu menghadap ke arah barat, tepatnya menghadap arah aliran Sungai Cisadane.

Di bagian halaman depan Masjid Jami Kalipasir terdapat ratusan makam para ulama yang juga pemuka agama muslim di Kota Tangerang.

Masjid Jami Kalipasir merupakan masjid tertua di Kota Tangerang, Banten.

Usianya kini telah mencapai 446 tahun.

Selain menjadi masjid tertua, Masjid Jami Kalipasir juga menjadi saksi sejarah perkembangan agama Islam di Banten.

Sekretaris DKM Masjid Jami Kalipasir Raden Rudi Rahendra mengatakan, Masjid Jami Kalipasir berdiri pada tahun 1576.

Mulanya Masjid Jami Kalipasir hanya berbentuk gubuk dan berpondasikan empat tiang yang terbuat dari batang pohon kelapa.

Gubuk masjid tersebut dibagun oleh Ki Tanggar Jati pada tahun 1416 yang berasal dari Kerajaan Galuh Kawali.

Baca Juga: Anaknya Sah Jadi Mualaf usai Ucap 2 Kalimat Syahadat, Bos Perusahaan Tol Mengaku Bersyukur, Ungkap Cita-cita Bangun 1000 Masjid

"Sejarah Masjid Kalipasir ini kalau kita kembali ke belakang lebih jauh, dibangun sejak tahun 1416 oleh Ki Tanggar Jati yang berasal dari Kerajaan Galuh Kawali," ujar Raden Rudi Rahendra saat diwawancarai Tribuntangerang.com, Rabu (6/4/2022).

"Ki Tanggar Jati itu datang ke sini hanya membersihkan dan membangun kawasan ini, karena kawasan ini dulu hutan, dan dia membangun gubuk di sini menggunakan empat batang pohon kelapa," katanya

Ratusan tahun berikutnya pada tahun 1576, para ulama singgah di Masjid Jami Kalipasir.

Para ulama singgah saat itu melihat Masjid Jami Kalipasir berdiri di tepi sungai Cipamungkas (nama dulu Kali Cisadane).

"Namun setelah Ki Tanggar Jati, entah bagaimana tidak diteruskan kembali pembangunannya."

"Kemudian ada utusan para alim ulama dari Demak, Jawa Tengah, berkunjung ke Banten yang bertujuan menyiarkan agama Islam," kata dia.

"Dulu, Kali Cisadane ini namanya Kali Cipamungkas dan jadi jalur transportasi, dan setelah melihat ada bangunan Masjid Jami Kalipasir ini, mereka datang dan melihat perjalanan petilasan Ki Tanggar Jati," katanya.

Setelah diketahui keberadaanya, para ulama pun membangun, memperbesar dan memperluas Masjid Jami Kalipasir tersebut pada tahun 1576.

Dalam pembangunan Masjid Jami Kalipasir itu terdapat empat pilah kokoh yang masih dalam kondisi asli sejak dahulu kala.

Baca Juga: Semua Barang Jemaah yang Hilang Pasti Diganti Balik, Ini Sejarah Masjid Jogokariyan yang Unik, Cikal Bakalnya Berawal dari Koperasi Batik

Salah satu pilar yang ada dalam masjid itu adalah pemberian dari seorang ulama Islam Wali Songo, Sunan Kalijaga.

Pilar tersebut yang menjadi saksi dari pembangunan Masjid Jami Kalipasir dan masih berdiri kokoh hingga saat ini.

"Dalam pembangunan perluasan masjid ini, ada empat pilar yang mana salah satu pilarnya itu pemberian dari Sunan Kalijaga, dan pilar itu masih ada sampai sekarang," ujarnya.

Selain empat pilar yang berdiri kokoh itu, terdapat dua pemberian pilar lainnya di Masjid Jami Kalipasir yaitu Baluarti dan Pasir Karba.

Baluarti merupakan pemberian dari ayah Pahlawan Nasional asal Banten, Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu Sultan Abdul Ma’ali Ahmad dan Rau Martakusuma.

Sedangkan Pasir Karba dipasang oleh ulama yang berasal dari salah satu negara di Timur Tengah, saat pembangunan Masjid Jami Kalipasir dilakukan.

"Setelah Masjid Jami Kalipasir ini berdiri, ayah dari Sultan Ageng Tirtayasa itu memberikan hadiah yang tidak semua masjid punya yaitu sebuah kenang-kenangan bernama Baluarti, yang diberikan sekitar tahun 1680," kata Rudi.

"Sebelum tahun 1555, ada utusan ulama yang berasal dari Timur Tengah, bersama dengan Sunan Kalijaga, mereka menebarkan pasir karba sebentuk pasir atau tanah berwarna hitam dari Irak".

"Tapi, kita enggak tahu itu pasir itu ditaburin di pondasi masjid dalam lapis keberapa," ucapnya.

Baca Juga: Cocok Dikunjungi Saat Liburan ke Solo, Ini Sejarah Masjid Agung Surakarta yang Umurnya Lebih dari 4 Abad

"Pasir Karba itu tidak seperti tanah lain, jadi kalau kaki kita basah, kaki kita enggak akan kotor sama sekali," katanya.

Menurutnya, tidak semua masjid memiliki Baluarti. Masjid yang memiliki pemberian Sultan Abdul Ma’ali Ahmad itu hanya masjid tertua di Cirebon, Jawa Barat dan Demak, Jawa Tengah.

Kini, Baluarti pemberian orangtua pahlawan nasional tersebut ditempatkan pada pondasi tertinggi Masjid Jami Kalipasir yaitu sebagai pengganti kubah.

Sedangkan Pasir Karba yang ditebarkan dalam pembangunan Masjid Jami Kalipasir bertujuan untuk mempersatukan masyarakat dan alim ulama untuk bersatu dalam agama islam.

"Saat ini, Baluarti itu kita gunakan di bagian atas bangunan Masjid Jami Kalipasir, jadi kita enggak pakai kabah, dan penggantinya Baluarti ini."

"Enggak semua masjid punya Baluarti ini, hanya masjid-masjid tertua saja, seperti di Cirebon, Demak dan Banten yaitu Masjir Jami Kalipasir ini," ucapnya.

"Untuk Pasir Karba itu ditebarkan agar mempersatukan alim ulama dan masyarakat sekitar supaya bisa bersatu meskipun dari rumpun mana pun," kata Raden Rudi Rahendra.

Artikel ini telah tayang di TribunBanten.com dengan judul Cerita di Balik Masjid Tertua di Kota Tangerang, Masjid Kali Pasir, Usianya Sudah 446 Tahun.(*)